MANAJEMEN IRI
MANAJEMEN IRI
Oleh : AsW Lubis
Permasalahan sosial yang akhir- akhir ini yang terjadi di Indonesia sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Diantara banyaknya permasalahan sosial, yang identik dengan nuansa psikologis adalah persoalan sosial- emosional, salah satu diantaranya adalah iri.
Menurut beberapa ahli , iri dapat menimbulkan persoalan serius dan tidak dapat pula kita pungkiri iri telah banyak membuat orang berniat jahat. Sebagai konsep psikologi, dalam relasi sosial iri memiliki muatan emosi yang sangat tinggi. Iri bukan hanya emosi negatif, antara lain perasaan inferior atau lebih dikenal dengan rendah diri.
Ada 4 kategori mengenai pola relasi iri terhadap orang lain dan diirikan orang lain
1. Pernah merasa iri dan merasa diirikan oleh orang lain, pola semacam ini menimbulkan kecendrungan envied personality ( Richard dan Wigley, 2000 ).
2. Pernah merasa iri tetapi tidak merasa diirikan oleh orang lain, pola ini menimbulkan kecenderungan merasa rendah diri ( inferior ).
3. Tidak pernah merasa iri tetapi merasa diirikan oleh orang lain, pola ini memiliki kecendrungan merasa hal yang ada pada dirinya sudah memadai dan memiliki Percaya diri yang bisa mencapai tingkat terlalu tinggi sehingga merasa orang lain iri padanya ( Vecchio, 2005 ).
4. Tidak pernah merasa iri dan tidak merasa diirikan oleh orang lain, pola ini memiliki kecendrungan menerima kenyataan yang adapada dirinya dan melihat apa yang terjadi pada orang lain memang sudah seharusnya terjadi demikian.
Alasan iri dan diirikan
1. Umum : Mencakup hal- hal yang bersifat relatif luas dan tidak spesifik
2. “Sesuatu” : Hampir mirip dengan yang umum namun tidak disebutkan
3. Nasib : Berkaitan dengan nasib dan keberuntungan yang diperoleh
4. Fisik : Kondisi fisik dan penampilan
5. Gender : Perbedaan jenis kelamin
6. Keluarga : Menggambarkan keharmonisan dalam keluarga
7. Akademis : Prestasi akademis
8. Materi : Kondisi ekonomi dan kesejahteraan
9. Religius : Kesalehan dan ketaatan beragama
10. Cinta : Hubungan kasih sayang antar individu
11. Relasi sosial : Lebih populer dan lebih banyak teman
12. Pengembangan pribadi : Prestasi individu yang dicapai melalui pengembangan diri
Sungguh tidak dapat kita bayangkan jika pada zaman globalisasi ini telah terbuka lubang hitam yang membuka peluang merajalelanya iri negatif ini. Karena tendensi globalisasi identik dengan materi, maka orang pun semakin sulit mengendalikan rasa iri.
Namun siapa yang tahu bahwa masih banyak orang yang memanfaatkan rasa irinya, memanajemen irinya menjadi aset positif sebagai penunjang dan sebagai generator pengubah dirinya menuju hal yang lebih baik dan maju. Mereka itulah orang- orang yang memiliki kemauan lebih, mereka mempunyai langkah- langkah khusus untuk mengendalikan rasa iri untuk melejitkan potensi diri mereka. Mereka menguasai manajemen iri dan seni mengendalikan iri tersebut, sebab iri itu penting dan bermanfaat dan ada beberapa iri yang diperbolehkan dan bahkan dianjurkan dalam agama Islam. Lalu iri yang seperti apa yang diperbolehkan itu?
1. Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki dan nikmat yang didapat oleh orang lain.
2. Iri adalah perasaan benci yang timbul akibat orang lain menerima nikmat, dan ingin nikmat tersebut dihilangkan dari orang lain tersebut.
3. Iri adalah ingin mendapatkan nikmat yang diperoleh oleh orang lain tanpa menghilangkannya dan ia berusaha keras untuk mendapatkan nikmat itu. Hal ini merupakan iri yang diperbolehkan tersebut. Iri yang diperbolehkan adalah iri terhadap hal yang bersifat ukhrawi.
Sebelum kita lanjutkan mari kita mengevaluasi diri kita masing- masing. Apakah kita pernah merasa iri terhadap hal- hal dibawah ini ?
Apakah kita pernah merasa iri kepada orang yang sanggup menghafal Al-Quran bahkan tunanetra pun mampu melakukannya ?
Apakah kita pernah merasa iri kepada orang yang selalu bangun pada sepertiga malam terakhir menahan rasa kantuknya, menjauhkan lambungnya dari tempat tidurnya demi shalat tahajjud dan berdzikir kepada ALLAH ?
Apakah kita tidak merasa iri kepada orang yang tidak pernah terlambat bangun di subuh hari dan melaksanakan shalat subuh berjamaah di Masjid ?
Apakah kita pernah merasa iri ketika saudara kita mempunyai harta yang banyak dan menginfaqkan hartanya tersebut di jalan yang diridhai ALLAH SWT ?
Apakah kita tidak merasa iri dengan orang- orang yang mendekatkan diri kepada ALLAH dan menjauhi hal- hal yang lagho, dan juga berislam secara kaffah ?
Iri kepada hal- hal yang baik seperti diatas merupakan hal yang positif jika hal tersebut memotivasi kita untuk bersemangat menuju kesuksesan dengan cara meneladani bahkan mungkin dapat melebihinya.
Sebenarnya merupakan hal yang manusiawi jika kita merasa iri terhadap keberhasilan seseorang. Apalagi ditengah kondisi sosial yang penuh kesenjangan seperti saat ini. Sebagai manusia yang normal, kita pun ingin merasakan keberuntungan dan kesuksesan yang dirasakan orang lain. Dan kita harus punya skill khusus untuk memanajemen iri untuk melejitkan potensi diri kita.
Ternyata rasa iri bisa juga menjadi pemicu motivasi kita untuk maju. Dengan catatan sekali lagi kita harus punya skill mengelolanya. Sebenarnya ada dua hal yang dapat ditimbulkan dari sifat iri ini. Yang pertama dapat membenamkan kita pada perasaan kesal, kecewa, sedih, depresi bahkan frustasi. Yang kedua adalah rasa iri cenderung membangkitkan semangat kita untuk bersaing secara sehat dengan orang- orang yang berhasil disekitar kita. Semoga kita mampu mengelola rasa iri tersebut dan menjadi manusia- manusia yang sukses di dunia dan akhirat amin.