[Resensi Buku Novel] Merahnya Merah (1968)
Judul :
Merahnya Merah
Penulis :
Iwan Simatupang
Penerbit :
PT TOKO GUNUNG AGUNG
Cetakan :
XIII, 1996
Tebal :
124hlm
Harga :
Rp150.000
Tokoh Kita ini mempunyai sejarah
yang cukup panjang. Sebelum meletusnya revolusi fisik, Tokoh Kita ini adalah
seorang calon rahib. Selama revolusi, beliau merupakan seorang komandan kompi.
Di akhir revolusi, beliau menjadi algojo pemancung kepala pengkhianat-pengkhianat.
Akhirnya sesudah revolusi, tokoh kita masuk rumah sakit jiwa.
Kedatangan Tokoh Kita dalam
komunitas kaum gelandangan itu cukup mendapat perhatian para anggota
gelandangan. Dia cukup dianggap dan dihormati serta dicintai oleh beberapa
diantara penghuni komunitas itu. Maria adalah salah seseorang yang mempunyai
perhatian lebih terhadapnya. Maria, yang dalam komunitas kaum gelandangan ini
dianggap sebagai sebagai ibu dari sekian para wanita setengah baya yang punya
sejarah hidup yang kelam.
Sebelumnya, Maria ini
bercita-cita menjadi perawat. Namun karena takut dengan darah, cita-citanya dia
tanam dalam hati. Batal menjadi perawat, Maria menjadi pelayan sebuah restoran
Katolik. Akan tetapi, di restoran ini dia mengalami nasib sial, dia diperkosa
oleh seseorang yang tak dikenal. Akhirnya, seminggu setelah kejadian itu, dia
keluar dari restoran itu setelah menyaksikan seorang pastor bunuh diri.
Setelah kehadiran Fifi, hubungan
Maria dengan Tokoh Kita menjadi sering tidak mesra padahal sebelumnya mereka
sangat mesra. Maria mulai uring-uringan terhadap Tokoh Kita karena cemburu.
Tokoh Kita terlihat begitu akrab hubungannya dengan Fifi, yang membawa Fifi
masuk ke dalam komunitas kaum gelandangan mereka itu adalah si Tokoh Kita itu.
Fifi diketemukannya di suatu tempat. Fifi ini adalah seorang gadis berusia 14
tahun, yang karena keganasan suatu gerombolan yang membuatnya menjadi seorang
gadis yatim piatu dan tidak punya tempat tinggal, akhirnya membuat dirinya
terpaksa seorang pelacur kelas teri dalam usahanya agar tetap hidup diatas
dunia yang ganas.
Dari awal Maria memang sudah tak
bersedia menerima Fifi masuk ke dalam kelompok mereka namun, karena dia terus
didesak oleh Tokoh Kita dan dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. kalau Tokoh
Kita yang berbicara, selain mengirakan apa yang dikehendaki si Tokoh Kita
karena cintanya yang demikian dalam pada si Tokoh Kita.
Suatu hari Fifi raib dari
lingkungan mereka. Para anggota gelandangan dikerahkan mencari Fifi ke segenap
penjuru kota, tapi mereka selalu pulang dengan keadaan nihil dan putus asa.
Yang paling merasa kecewa tiap kali pulang, yaitu Pak Centeng. Pak Centeng
merasa terhina karena gagal mencari dan menemukan Fifi. Dia malu sebab selama
ini belum pernah Pak Centeng gagal menjalankan misi. Dia malu berat karena
predikatnya sebagai Centeng yang paling jagoan diantara para Centeng se kota
itu. Ia pun yakin akan dapat menemukan Fifi.
Beberapa hari berikutnya giliran
Tokoh Kita yang raib dari kelompok gelandangan itu. Lagi-lagi kelompok
gelandangan itu ribut dan kalang kabut mencari ke segenap pelosok kota.
Lagi-lagi Pak Centeng merasa malu dan terhina tak terhingga karena gagal lagi
menemukan Tokoh Kita. Yang paling mengejutkan adalah ketika Maria juga
tiba-tiba menghilang. Dia raib seperti Fifi dan Tokoh Kita.
Seluruh armada telah dikerahkan
dalam mencari ketika gelandangan yang raib, tapi nihil lagi. Lagi-lagi yang
paling merasa terhina adalah Pak Centeng, sebab bagaimanapun dia merasa
martabatnya sebagai Centeng yang jagoan telah rendah di mata para Centeng yang
lain maupun diantara para temannya sesama gelandangan. Para polisi juga
dikerahkan sama, mereka tak berhasil menemukan ketika manusia yang raib
bagaikan tertelan bumi.
Lama-kelamaan, tiba-tiba Tokoh
Kita muncul ke permukaan gelandangan itu. Tapi dia sendiri, Fifi dan Maria
tidak bersamanya. Serta merta berpuluh pertanyaan menyerbu di Tokoh Kita. Semua
mempertanyakan dimana Fifi dan Maria. Tokoh Kita menceritakan apa sebenarnya
telah terjadi. (http://kedairomanindonesia.blogspot.com/2011/06/merahnya-merah.html)
dengan sedikit perubahan.
Poin penting dari novel Merahnya
Merah adalah perjalanan manusia yang bergumul dengan absurditas kehidupan.
Manusia bebas namun dengan adanya kesadaran lain dan banyak faktor lain,
mengurangi nilai kebebasan manusia. Misalnya kematian. Kematian menjadi semacam
pengurang kebebasan manusia. Manusia bisa memilih untuk bunuh diri atau tetap
menjalani hidup. Manusia bisa mencari makna namun barangkali ia sendiri tidak
mampu untuk menampung makna hidup yang begitu limpah. Atau memang hidup tidak
bermakna sama sekali. Jadi jalani saja hidup, maknai dia, kita yang memberinya
makna, memberi warna. Hidup meski terus meski misterius. Itulah hakikat
pemberontakan.
Kegelandangan, sulitnya hidup,
kehidupan pelacur kelas teri, cinta bersegi banyak, menjadi realitas utama yang
diikat Iwan pada novel ini. Kebersamaan diantara para gelandangan, pencarian
hakikat hidup dan dinamika hidup kegelandangan itu sendiri.
Fifi dan Maria suka kepada Tokoh
Kita. Pak Centeng dan Kawannya Bekas Bang Becak suka kepada Maria. Tokoh Kita suka
kepada Fifi. Di dalam novel Merahnya Merah, Iwan juga melukiskan bagaimana
Cinta dapat membuat manusia bisa lupa esensinya. Bisa lupa diri.
Novel yang sedikit berbeda dengan
dua novel iwan. Ziarah dan Kering. Novel ini adalah novel pertama Iwan. Bedanya
adalah ada nama tokoh disini yaitu Maria dan Fifi. Sama seperti novel Koong
1975 yang terbit setelah Iwan meninggal 1970. (Sama-sama punya nama tokoh,
Koong : Pak Sastro dan Bu Sastro).
Novel Merahnya Merah ini
menggunakan twist-ending. Akhir cerita yang dipelintir. Aspek-aspek
lain seperti alur, penokohan, setting
tetap sama dengan novel Iwan yang lain. Tokoh utama tetaplah tokoh kita(tokoh
tanpa ketunggalan identitas). Tokoh yang dimiliiki secara kolektif oleh
pembaca. Dengan sifat kegelandangannya. Kemudian alur flashback sorot-balik. Menyusun novel ini hingga penyelesaian
konfliknya yang asik.
Tidak bisa dipungkiri lagi Iwan
Simatupang selalu menyisipkan filsafat kehidupan ke dalam karya novelnya.
Eksistensialisme jelas menjadi aliran yang ia anut. Tema kesepian kebebasan
pilihan hidupnya dan kesadaran sosial selalu jadi tema utama novelnya.
5 comments
Write commentsini dijual mas? saya berminat. ada contact/email?
Replyemail saya: jangankaukalah@gmail.com
terima kasih
terima kasih sudah berkunjung mas @eko, sila cek email ya
ReplyMAsih ada stok Novel Merahnya merah kah mas?
ReplyKalo ada, saya beli..
Kalo kehabisan, saya minta dicopykan..
Alamat email saya riamali86@yahoo.co.id
Terima kasih sebelumnya...
Reply