Rumah sakit. Kontrakan and somethin(k) between.
Tadi malam tidak sengaja aku
menyebut frasa rumah sakit dalam sebuah monolog. Rumah sakit, dua kata, satu
makna yang acap aku perdebatkan dengan teman semasa SD dulu. Aku membantah
temanku karena menurutku rumah itu bukanlah benda hidup. Jadi mustahil
merasakan sakit. Hal ini dibantah oleh mereka, rumah sakit itu ada. Buktinya
jelas. Katanya ada tulisan ‘Rumah Sakit Harapan Kami’ dan bangunannya bisa
dikunjungi karena tidak jauh dari lokasi sekolah. Aku tetap pada pendirianku
karena aku berpikir begitu saintifik saat itu. Tidak perlulah kita membahas topik
itu kali ini (perdebatan rumah sakit).
Apakah kalian pernah juga
mengalaminya?
Rumah sakit bagiku adalah
sebuah bangunan yang dibuat atas banyak kepentingan. Citra. Kemanusiaan.
Bisnis. Ekonomi. Budaya. Dan Lainnya. Banyak para kepala daerah berlomba
mendirikan rumah sakit di daerahnya agar bisa diliput media program kerjanya
meningkatkan fasilitas kesehatan di daerah tersebut. Padahal, bukankah sebaliknya
? Coba kalian renungkan sendiri !
Ada juga yang dengan nilai
moral dan kemanusiaan membuat rumah sakit untuk menolong sesama manusia. Karena
kesadaran bahwa manusia harus sehat agar dapat menjalankan kewajibannya. Ada
juga rumah sakit bisnis. Untuk menghasilkan uang dan keuntungan berlimpah.
Buktinya, eksisnya rumah sakit yang tidak akan mau ‘menyentuh’ pasiennya
sebelum disetorkan rupiah dengan nominal otorisasi pihak rumah sakit. Ada lagi
yang kebudayaan. Bisa kalian temukan sendiri contoh-contohnya.
Terlepas dari itu semua,
bagiku rumah sakit adalah rumah yang yang lebih dari sekadar bangunan. Rumah
sakit menjadi tempat paralelnya rasa sedih, cemas, gembira, haru, duka cita
serta suka cita. Mari membayang, betapa banyak kelahiran yang terjadi di rumah
sakit. Kelahiran yang sewajarnya disambut gembira oleh para keluarga. Mari
membayang lagi(dengan otak kanan). Kematian yang amat ditakuti oleh sebagian besar
manusia. Banyak manusia yang mengakhiri(diakhiri) episode hidup di dunia di
rumah sakit. Hal yang sama sekali berbeda. Kelahiran dan kematian. Menjumpai
dunia yang sesak dan meninggalkan dunia yang indah dan penuh kenikmatan. Rumah
sakit menjadi tempat puncak perasaan.
Rumah sakit sebagai gedung tempat menyediakan dan memberikan
pelayanan kesehatan yg meliputi berbagai masalah kesehatan;(Menurut KBBI)
Sementara itu rumahku. Kontrakan
kalian. Kosan mereka. Akan selalu menjadi tempat pertengahan.
Jika kalian nanti sakit,
maka berobatlah kerumah sakit. Jika kalian punya istri yang akan melahirkan
bisa dibawa ke rumah sakit. Aku tidak sedang mempromosikan rumah sakit. Aku
juga sedang tidak mengajak kalian untuk ke rumah sakit dan menuhankan rumah
sakit. Aku ingin mengajak kalian bersyukur karena sekarang belum berada di
rumah sakit. Karena Tuhan masih memberikan izin kesehatan. Suatu saat jika
kalian. Ya jangan takut. Karena kalian sekarang bersyukur. Kalian mengingat
Tuhan saat sehat. Tentu Tuhan tiada lupa bila kalian sakit kelak.
Tulisan ini terinspirasi
dari meninggalnya seorang anak karena ruangan ICU nya sedang dipakai untuk
Syuting sebuah sinetron. Dikabarkan bahwa sang anak menjadi terlambat
mendapatkan kemoterapi. Kematian memang sebuah kepastian. Kematian merupakan
sebuah ketetapan. Tetapi berusahalah untuk selalu menjaga kesehatan. Kalau
sakit. Berobatlah. Jangan lupa berdoa. Kalau perlu berobatlah ke rumah sakit.
Jangan sampai kejadian seperti syuting ini terjadi lagi.