Traumatikal : Puisi Esai
Malam
ini aku berangkat lagi
Menuju
lapagan gasibu dengan uang sepuluh ribu
Ku
kayuh scorpion si belalang tempur
Main
catur lagi menang lagi
Semoga
Kuparkir
sepeda di sebelah utara, tidak lupa ku kunci
Sedikit
keliling aku mencar Pak Tedi
Ketika
bertemu aku bertanya Pak : adakah problem baru?
Wah
ini yang sudah dibuka kuncinya semua. Jawabnya dingin.
OK...
Aku
berbalik. Mencari pak Catur lain’
Tidak
sampai lima menit bertemu lah teka teki lainnya.
Sekali
main . kalah
Dua
kali menang.
Mau
ketiga kali. Di banned oleh pak catur. Aku kesal kenapa tidak boleh main.
Kuajar teman sebelah langkahnya.
Dia
paham. Langkah yang tepat.
Dia
menggerakkan. Baru langkah pertama, pak catur menjatuhkan rajanya, menyerah.
Aku
pergi. Dia menghampiri. Dia mengancam. Dia bilang “saya orang sini jangan
main-main. Kamu kan sudah saya larang. Kamu mau menghancurkan, apa? mau mengacau?”
Saya
diam tunduk-tunduk.
Saya
pulang, di tengah lampu merah saya sms Pak Tedi tentang kejadian tersebut.
Pak
Tedi bilang, ”Jangan takut ada saya. Dia memang orangnya ngeselin. Suka
marah dan banyak yang tidak suka sama dia. Main catur itu bukan masalah menang
atau kalah, kalau mau main, main aja.”
Ah
aku pun lega....