Gol Hadiah
“Anak-anak,
JANGAN LUPA. PR-NYA DIKUMPULKAN BESOK DI MEJA IBU. PALING LAMA PUKUL SEBELAS.
LEWAT DARI ITU, TIDAK AKAN IBU TERIMA.” Bu Rosa menutup pelajaran matematikanya
hari ini.
“Ya
Buuuuuuuuuuuuuuk” Jawab murid-murid serempak.
Murid
kelas 2B berhamburan keluar. Mereka seperti baru saja lepas dari kandang singa.
Pelajaran matematika memang pelajaran yang kurang diminati sebagian besar
murid. Kata mereka, matematika itu singkatan dari makin ditelaah makin tidak
karuan. Tidak terkecuali Alfa, Brader dan Darsa. Tiga anak laki-laki ini juga sama.
Kadang mereka sering bergurau, “Kurang kerjaan apa Al-Khawarizmi dan Phytagoras
menemukan rumus-rumus serumit ini” Padahal kalau mereka mau berpikir.
Matematikalah salah satu ilmu yang paling dasar di bumi ini. Matematika adalah
ratu dan pembantu segala ilmu.
“Brad,
Dar, kita bikin PR nya bareng aja yuk !” Alfa mengajak kedua karibnya tersebut.
Brader
dan Darsa diam. Ah mungkin mereka tidak dengar. Alfa mengulangi lagi. Tentu
dengan suara yang lebih keras. “Brad, Dar, kita bikin PR Matematikanya bareng
aja yuk.”
“Hmm...Maaf
Alfa, aku kayaknya ga bisa. Hari ini aku harus ke rumah nenek. dia lagi sakit.
Besok aku juga kayaknya ga sekolah.” Brader beralasan
“Ya,
aku juga Alfa, aku mau ke kebun membantu ayah menebang padang.” Darsa juga
menolak.
“OK.
No problem. Semoga nenekmu cepat sembuh Brader. Dan Darsa jangan lupa ya, minum
Extrajoss dulu baru kerja. Dan jangan lupa pemanasan. Kalau tidak, nanti bisa kejang
otot loh”
Ah,
tak apalah bikin PR matematika sendiri. Kan ada kakak. Dia pasti bisa dimintai
tolong pikir Alfa dalam hati.
***
“Kak,
bisa tolong bantu aku nggak bikin PR Matematika? Alfa mendekati kakanya yang
sedang asik membaca buku. Kakaknya tidak menjawab. Ah mengapa? Mengapa hari ini
banyak orang yang tidak mendengar suaraku? Apa suaraku ini sudah udzur?
Perasaan aku sudah bicara normal. Tadi pagi saat meminta uang saku ke mama juga
begitu. Harus dua kali dulu baru terdengar. Tadi Siang juga, Brader dan Darsa
juga tak mendengar. Malam ini kakak? Atau telinga orang-orang sudah mulai pekak
semua?
Alfa
mengulangi untuk kedua kalinya. Tentu dengan suara yang lebih keras. “Kakak
sayang, bisa tolong bantuin aku bikin PR Matematika? Aku belum ngerti nih.
Malah dikumpul besok lagi” Kali ini suara Alfa belum juga terdengar oleh
kakaknya. Alfa mengulangi kalimat yang persis sama dengan volume suara dua kali
lebih keras. “Apa, apa?” Kakak baru menggubris. Ia menyibakkan rambut panjangnya
ke belakang seperti iklan shampo di TV. Kakak melepaskan headset dari kedua
telinganya. Alfa mengulang permintaannya lagi untuk kesekian kalinya. ”OK”
kakak Alfa mengangguk tanda setuju.
***
Esoknya,
seperti biasa. Sekolah seperti biasa. Ibu menyiapkan sarapan pagi. Nasi goreng
tanpa cabai, tanpa kecap. Hanya garam dan bawang saja. Di tambah telur dadar
sebagai asupan proteinnya dan mentimun sebagai sayurannya. Meski sederhana
tetapi akan terasa lezat bila disyukuri. Alfa berangkat kesekolah dengan angkot
seperti biasa.
“Brad,
gimana kabar nenekmu?” Brader tidak menyahut. Entah karena tidak mendengar,
atau tidak peduli. Alfa memperkuat suaranya. Kali ini Brader pasti akan
mendengar. “BRAD, GIMANA KABAR NENEKMU?” aneh Brader si teman dekatnya tidak
juga menyahut. Alfa beralih kepada Darsa, “Dar, gimana kemarin kamu gak lupa
minum ekstra joss kan?
Udah selesai belum panennya,? Alfa
membuat percakapan lagi,
just make convesation.
Padahal ia tahu Darsa tidak panen kemarin tetapi membabat gulma. Tapi ini adalah salah satu starteginya. Semoga
dapat feedback. Alfa salah besar ternyata ia tidak di gubris. Ada apa
dengan mereka? Ada apa denganku? Apa salahku?
***
“Kamu lihat Alfa gak? Ada yang mau aku bicarakan padanya. Masalah administrasi kelas. Putri
bertanya kepada Brader. Memang kelas belum dimulai. Tapi biasanya alfa sudah datang jam segini. Tapi hari ini belum. Mungkin karena
kesiangan atau alasan lain. Yang pasti tidak karena terjebak macet. Di desa ini belum sekalipun terjadi macet. Tidak
seperti di kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta. Sampai bel berbunyi Alfa pun belum kelihatan batang hidungnya.
“Tugas ini harus kalian lakukan berkelompok ya. Alfa tolong kamu bagi kelompoknya .”ujar Bu Asti, guru ekonomi. Alfa sebagai ketua kelas memang serng dipercaya untuk membagi kelompok dalam kelas. Ia cukup dipercaya
oleh guru dan oleh teman-temannya. Tentu kalau tidak demikian ia tidak akan dipilih menjadi ketua kelas.
“Alfa tidak hadir buk.” Ujar seorang siswa berambut
ikal. Ia mengacung.
“Kemana sakit? Atau izin?”
Bu Asti melempar pertanyaan.
“Alfa buk, “ celetuk salah seorang
murid
“Ia ibu tahu Alfa. Alfa Samkati kan? Ketua kelas ini.”
Bu Asti segera mengiyakan.
“Maksud Sophan itu Alfa itu alfa Buk. Tidak ada keterangan.”
Putri mengedipkan dua jari telunjuk dan tengahya saat mengucapkan kata ‘alfa’.
Maksudnya alfa dalam tanda kutip.
Oh maaf. Tadi Ibuk tidak nyambung. Baiklah kalau Alfa tidak ada. Kamu saja Sophan.”
“Tapi, ee ee Buk” Sophan bersungut-sungut menggaruk
kepalanya yang tidak gatal.
“Sudah terima saja. Nanti kau kubantu” ucap Brader.
***
“kemana si Alfa ya Brad? Darsa bertanya pada Brader. Dagu
darsa naik setengah inchi.
Brader
mengangkat kedua
bahunya sambil mengerutkan kening.
“Jangan-jangan ia sakit hati karena kita acuhkan
kemarin”
ucap Darsa dengan nada bersalah.
“Itu memang hukuman yang pantas. Ia telah melanggar
janji kita. Bukankah dahulu Nabi juga pernah menghukum Ka’ab bin Malik
demikian? Bahkan waktunya lebiih lama lagi.. Untuk Alfa kita hanya akan lakukan sepuluh hari. Tenang saja.
Semoga ini menimbulkan efek jera”
“Tapi kan belum tentu benar. Kita harus selidiki lebih dulu. Lagi pula
bukankah terlalu kejam tidak mengajaknya bicara sepatah kata pun?
Kan ada Hukuman yang lebih ringan. Membayar denda misalnya. Dahulu itu kan Ka’ab bin Malik dihukum gara-gara tidak mau ikut jihad bersama
nabi.”
“Jadi kau mulai kasihan padanya? Yang salah harus
dapat hukuman Dar, agar ia kelak tahu kesalahanya dan mau merubahnya.
Dan jera, tidak mau mengulangi lagi.”
***
“Sudah
dua hari alfa, tidak ada keterangan. Kemana gerangan ia? Aku tidak boleh diam
saja seperti ini. Aku harus pergi menemuinya dan menjelaskan semua ini.”
“Brader,
saya ndak bisa terus-terusan begini. Gara-gara kita kucilkan kemarin, Alfa
sudah dua hari alfa. Saya harus menemui dia dan menjelaskan hal ini. Saya akan
kerumahnya sepulang sekolah nanti.”
“Baiklah
kalau memang itu yang kau mau. Tapi aku tidak mau ikut. Hukumannya belum
selesai.”
***
“Assalamu’alaikum”
“Waalaikumsaalam.
Maaf ibu, Alfanya ada? Belum pulang sekolah nak Darsa. Memangnya kalian tidak
bertemu di kelas tadi?”
Ah
aneh benar. Belum pulang kata ibunya. Berarti tadi ia berangkat sekolah. Tapi
kenapa ia bolos? Karena kami?
“Eh
tadi saya buru-buru Bu saya tidak sempat bilang ke dia kalau saya mau datang
kesini. Kalau begitu saya pamit dulu Bu”
“Eh
Nak Darsa tidak mau menunggu? sebentar lagi ia datang”
“Nah
itu dia” Ibu Alfa menunjuk ke arah kanan Darsa. Terlihat di ujung gang Alfa
memakai seragam. Dengan lagak pulang sekolah. Aneh kenapa ia bolos? Ah jangan
sampai gara-gara kejadian 3 hari yang lalu.
Tidak
sampai semenit si Alfa sudah sampai di rumah. Alfa, ini ada temanmu Darsa, Eh
iya Alfa, boleh ku pinjam buku catatan biologimu? Tadi aku ketinggalan. Oh ya.
Boleh. Ibu tinggal dulu ya.
Tidak
etis rasanya jika aku adukan bahwa Alfa bolos kepada Ibunya didepan mata Alfa
sendiri. Bisa jadi ada yang terluka,haha.
Di
antara mereka berdua tidak ada percakpan apa-apa.
“Darsanya
mana Nak?” “Sudah pulang Bu” jawab Alfa singkat
***
“Alfa
bolos Brad, kemarin aku sudah kerumahnya. Ternyata Ibunya belum tahu kalau ia
tidak sekolah. Yang ibunya tahu, ia sedang sekolah karena memang berangkat dari
rumah pakai seragam. Dan pulangnya juga sama dengan biasanya.”
“Jangan-jangan
dia kesal dengan kita dan lari ke hal negatif. Game online misalnya. Bisa saja
kan?” Darsa mengadukan hal itu kepada Brader.
“Ah
tidak mungkin karena itu. Mungkin ia ada masalah dengan pacar barunya itu.
Bertengkar mungkin. Atau sedang kencan mungkin. Ya remaja yang namanya pacaran
begitulah.” Balas Brader ketus.
“Kan
dia belum tentu pacaran dengan putri Brad”
“Aku
tak mengerti jalan pikiranmu lagi Dar. Sudah sejelas itu status fb-nya kemarin
adalah Salsabila Putri Zaffaran. Apa coba namanya? Status fb bang, status fb
nama perempuan sebaya. Bukan mahram pula. Sebelumnya saya juga sudah banyak
menemukan missed called dan income calls di hapenya. Nama kontaknya Putri.”
Nada bicara Brader meninggi. Darahnya melaju ke ubun-ubun.
Kita
boleh berprasangka baik Dar. Tapi tidak kepada orang yang jelas-jelas sudah salah.
“Berarti
ada yang salah dengan janji kita dahulu. Kau masih ingat kan? Ikrar shubuh hari
di Masjid Ashliyah itu? Bintang timur menjadi salah satu saksi bahwa persahabatan
kita ini adalah persahabatan yang membawa kebaikan. Dan kita juga berjanji
untuk tidak pacaran. Sekarang malah Alfa melanggar janji itu. Hukumanlah yang
pantas untuknya.” Kemarahan brader mulai mereda berganti dengan rasa sedih.
***
“Alfa
bolos Brad, kemarin aku sudah kerumahnya. Ternyata Ibunya belum tahu kalau ia
tidak sekolah. Yang ibunya tahu, ia sedang sekolah karena memang berangkat dari
rumah pakai seragam. Dan pulangnya juga sama dengan biasanya.”
“Jangan-jangan
dia kesal dengan kita dan lari ke hal negatif. Game online misalnya. Bisa saja
kan?”
“Ah
tidak mungkin karena itu. Mungkin ia ada masalah dengan pacar barunya itu.
Bertengkar mungkin. Atau sedang kencan mungkin. Ya remaja yang namanya pacaran
begitulah.”
“Kan
dia belum tentu pacaran dengan putri Brad”
“Aku
tak mengerti jalan pikiranmu lagi Dar. Sudah sejelas itu status fb-nya kemarin
adalah Salsabila Putri Zaffaran. Apa coba namanya? Status fb bang, status fb
nama perempuan sebaya. Bukan mahram pula. Sebelumnya saya juga sudah banyak
menemukan missed called dan income calls di hapenya. Nama kontaknya Putri. Kita
boleh berprasangka baik Dar. Tapi tidak
kepada orang yang jelas-jelas sudah salah. “Berarti ada yang salah
dengan janji kita dahulu. Kau masih ingat kan? Ikrar shubuh hari di Masjid
Ashliyah itu? Bintang timur menjadi salah satu saksi bahwa persahabatan kita
ini adalah persahabatan yang membawa kebaikan. Dan kita juga berjanji untuk
tidak pacaran. Sekarang malah Alfa melanggar janji itu. Hukumanlah yang pantas
untuknya.”
“Beginilah
sebenarnya yang terjadi Alfa” Darsa baru saja memutar audio rekaman dari HP-nya.
Percakapan yang ia rekam kemarin ini ia gunakan menjadi penjelas masalah yang
sebenarnya bukan masalah itu.
“Astaga.....”
ucap Alfa sambil tertawa kecil... Memang status fb itu benar. Tetapi itu bukan
berarti pacaran kan? Waktu itu aku perlu info biodata di fb Putri. Jadi aku
membuka profilnya via HP. Bermaksud mengetikkan namana di kotak pencarian, eh
malah ada di kotak status. Dan malangnya saya baru tahu 3 hari kemudian, saat
buka fb di warnet. Sebelumnya saya udah sms dia. Tapi karena dia tidak membalas
saya cari tahu saja sendiri. Ini juga perintah Pak wali kelas kok. Untuk buku
kelas. Dan waktunya mepet sekali. Kalau masalah kontak yang sering missed call
itu. Itu putri yang lain. Lagi pula nama kontaknya itu bukan Putri tetapi pakai
huruf k, k’ Putri. Kakakku yang sedang kuliah di Jakarta. Ia memang sering
menelpon ku. Aku tidak pernah ingkar janji.
Aku masih ingat betul Ikrar Ashliyah itu.”
Kedua
sahabat itu tersenyum.
***
“Astaga.....”
ucap Alfa sambil tertawa kecil... Memang status fb itu benar. Tetapi itu bukan
berarti pacaran kan? Waktu itu aku perlu info biodata di fb Putri. Jadi aku
membuka profilnya via HP. Bermaksud mengetikkan namana di kotak pencarian, eh
malah ada di kotak status. Dan malangnya saya baru tahu 3 hari kemudian, saat
buka fb di warnet. Sebelumnya saya udah sms dia. Tapi karena dia tidak membalas
saya cari tahu saja sendiri. Ini juga perintah Pak wali kelas kok. Untuk buku
kelas. Dan waktunya mepet sekali. Kalau masalah kontak yang sering missed call
itu. Itu putri yang lain. Lagi pula nama kontaknya itu bukan Putri tetapi pakai
huruf k, k’ Putri. Kakakku yang sedang kuliah di Jakarta. Ia memang sering
menelpon ku. Aku tidak pernah ingkar
janji. Aku masih ingat betul Ikrar Ashliyah itu.”
Lagi-lagi
Darsa memutar rekaman audio percakapannya dengan Alfa kepada Brader. Brader merasa
sangat malu. Mukanya seperti kepiting rebus. Matanya berair. Tetapi lekas ia
menyeka, agar butirannya tidak jatuh. Ia langsung menghambur keluar. Menaiki
sepeda polygon menuju rumah alfa. Ah betapa salahnya aku.
Aku
harus meminta maaf kepada Alfa.
Lebih
dari itu aku harus dihukum.