Penyair,Pemalu,Pencemburu (Awal--Selesai)
“Hab, kamu udah makan?”
Aku menggeleng.
“Ya udah, makan yuk. Indomie goreng akan
menjadi santapan yang wah, di siang yang dingin ini”.
“Jan, menurut kamu tadi aku salah gak
sih?”
“Ooo..Jadi kamu masih mikirin masalah
tadi, menurutku sih enggak, tapi seharusnya kan kamu tau, Bu Eni itu kan
terkenal dengan kesensitifan dan kegalakannya.”
“Aku kan cuma nulis, gak ribut dan
ngobrol”
“Ya begitulah, tapi gak usah terlalu
dipikirin. Jangan dimasukin ke hati.”
“OK” anggukku antusias. Lelaki satu ini
sangat baik padaku. Januar Sahin.
***
“Perkenalkan nama saya Ahbab...eh
ding..”
Teks Drama Bahasa Indonesia yang
dibuatkan Januar begitu susah untuk dipraktekkan. “Macam karya William Shakespare
saja.”ujarku
“Tidak, Putu Wijaya” sanggahnya.
“Ya Putu bambu sekalian, harum pandan
dan lezat”
Aku mencoba mengimpor humor. Sejak tadi
suasana latihan ini amat tegang.
“Kalau putu..s cinta gimana?” sambung
Andri mulai nyeleneh.
“Asal ngga putus tali ko...”
“Tali komando, maksudnya”..Januar
meluruskan.
Melantur. Kami mulai tertawa bersama.
Tingkah pura-pura saja aku belum mampu
untuk memerankan, bagaimana dengan peran asli di dunia nyata nanti. Ah,
sudahlah.
Astaga. Lagi-lagi bayangan itu muncul
ditengah latihan ini. Latihan ini kan seharusnya fokus untuk pengambilan nilai
bahasa indonesia.
Drama ‘Janji cinta yang terlambat’ .
Judul yang unik karya Januar.
Bayangan perkenalan dengan remaja lugu
nan lunak suaranya itu. Alamak. Lagi lagi.