Malam Minggu di Gasibu
Malam ini malam minggu. 9
Maret 2014. Seperti biasanya saya spent
the night tanpa teman(perempuan). Kurang lebih pukul 21.00 WIB, saya berrgerak
untuk melanjutkan rasa penasaran saya pada ‘langkah tiga skak mat’ di lapangan
gasibu dua minggu lalu.
Waktu itu, 23 Februari, saya dan beberapa teman(laki-laki)
bermalam minggu di lapangan gasibu Bandung. Tak sengaja kami berjumpa dengan seorang
bapak, yang nanti akan saya sebut sebagai Pak Catur. Beliau berumur 50 tahun
menuurut perkiraan Cipta, tetapi 51 menurutku(apa bedanya?). Pak catur duduk di
atas tikar usang kecoklatan dengan tiga papan catur lipat di depannya. Kertas putih
A4 berlaminating, bertuliskan. Asah otak
teka teki catur tiga langkah mati.
Aturan mainnya adalah kamu harus
memegang buah putih dan melangkah duluan. Kamu harus men-skak mat raja hitam dengan tiga langkah atau kurang(kurang dari
tiga mustahil sih kayaknya). Apabila kamu tidak bisa men-skak mat tiga langkah
maka kamu dinyatakan kalah. Bila remis pun demikian. Ceritanya, dua minggu lalu
saya bersama cipta mengikuti teka-teki asah otak itu. Insertnya 5 ribu rupiah. Setelah
merencanakan langkah yang matang. Cipta mulai eksekusi.
Singkat cerita.
Pak
Catur tersebut bisa menghindar dengan mudah dan hasilnya kekalahan kami.
Singkat cerita lagi (maaf ya banyak singkat ceritanya) Beberapa teman lain
bosan melihat kami yang ngotot
nongkrong di spot ini. Sampai ada diantara mereka berkata begini : “Tidak
mungkin !! tidak mungkin ada jalannya, posisi catur itu sudah dia atur
sedemikian rupa supaya kalian(Saya dan cipta) kalah. Teka-teki itu memang tidak
ada jawabannya. “Tapi kan kalau kamu mau
buka rahasianya bisa, bayar 30 ribu” balasku. Aku tidak terima klaimnya. Menurutku hal-hal yang tidak kita ketahui
bukan berarti hal itu tidak ada. Misalnya dalam kasus teka-teki catur ini. Kita
tidak tahu tiga langkah yang bisa men-skak mat. Tetapi jelas dan terang bahwa
bukan berarti tidak ada jalannya bukan? Kita saja yang tidak tahu.
O iya
aku hampir lupa. Hadiahnya. Kalau menang(menemukan langkah) adalah minuman suplemen
energi dan beberapa bungkus rokok(yang kata bapak itu nominalnya sekitar 35000).
Akan tetapi ini bukan tentang hadiahnya, melainkan jalan dan kemampuan untuk
menemukan solusi tersebut. Aku dan Cipta yang sering bercatur tertantang si Pak
Catur.
Setelah akhirnya menyerah pukul 12 malam saya dan teman yang bernama
cipta tersebut pulang ke kosan.
Karena penasaran apakah teka teki Pak Catur memang ada jawabannya atau tidak,
Karena penasaran apakah teka teki Pak Catur memang ada jawabannya atau tidak,
Saya langsung mensimulasikan posisi tersebut
dengan software catur Fritz 13. Ternyata benar, tidak ada
jawabannya. Wah berarti Pak Catur ini tidak fair.
Ini penipuan intelektual. kutukku dalam hati. “Cari uangnya kok kayak
gini, tipu-tipu !” aku kesal sekali. Cipta berkomentar,“Coba lagi
aja Sra, siapa tahu bisa ketemu. Aku yakin kalau Pak Catur itu bukan penipu. Buktinya tadi dia tepati janjinya. Kalau sudah ada tujuh orang yang coba
kemudian gagal, Pak Catur akan membuka rahasianya, tadi teka-teki yang satunya lagi sudah dibuka rahasianya.Kemudian jika dia tidak tahu
rahasianya, Pak Catur berani ganti rugi 60 kali lipat : 300 ribu”. Suara bass Cipta terdengar meyakinkan.
Saya mencoba menaikkan
spec softaware-nya. Awalnya Fritz 13 itu hanya menggunakan mode 1 CPU engine Fritz. Saya mengganti engine-nya menjadi Crafty 23.01 dengan
500 MB Hashtable size, serta membuat deep
analysis chekmate search. Hasilnya. Luar biasa. Amazing. Sughoi. Ketemu. Dengan
Tiga langkah, buah hitam benar-benar tidak bisa menghindar dari skak mat meski bagaimanapun langkahnya. Alamak ! ternyata prasangka burukku tidak terbukti.
Luar biasa. Seharusnya
pikiran dilawan dengan pikiran. Klaim yang luar biasa membutuhkan bukti yang
luar biasa(Mark Twain). Aku ingat quotes ini.
Terbantahkan juga kata
temanku bahwa Pak Catur sudah men-setting posisi yang tidak mungkin ada
solusinya. Terbukti paralel sekaligus pendapatku, bahwa yang tidak ketahui bukan
berarti langsung tidak ada. Bisa jadi dia ada tetapi kita tidak tahu. Maka itulah gunanya kita
belajar dan memahami.
Esoknya karena penasaran aku
ke lapangan gasibu lagi, tetapi tidak beruntung Pak Catur sudah tidak disana lagi.(Mungkin minggu depan)
Seminggu kemudian aku
sengaja meluangkan waktu ke gasibu untuk mencari Pak Catur dan memecahkan
teka-tekinya. Namun, waktu itu, saya yang baru saja selesai menyaksikan
kekalahan Barcelona atas Real Madrid 1-2 tidak menemukannya di sana. Lapangan gasibu baru selesai dipake salah seorang calon walikota Bandung untuk promosi. Tidak ada Pak Catur.
Kemudian malam ini, 9 Maret
2013 saya mencari lagi(no hopeless) belum beruntung, lapangan baru selesai dipake oleh Rosemery (saya tidak tahu
persis apa itu Rosemery, karena yang ada cuma baliho besar-besar bertuliskan Rosemery dengan sponsor perusahaan rokok).
Setelah dua kali berkeliling
lapangan, saya tidak kunjung menemukan Pak
Catur. Saya beristirahat di salah satu kursi panjang dari semen.
Di sana saya bertemu dengan seorang bapak lagi (tetapi pasti bukan Pak Catur).
Kami berkenalan. Beliau katanya kebetulan mampir. "Pas lewat sini Bapak
mendengar ada musik-musik, jadi Bapak setop saja angkotnya. Refreshing." terangnya. Beliau dulu kuliah di akuntansi Unpad. "Sekarang kerja dimana Pak?" "Oh, pertambangan", jawabnya singkat. Beliau banyak bercerita kepada saya. Mulai dari asalnya, sejarah pendidikannya, kecintaannya kepada fisika dan matematika, sampai pernikahannya dengan gadis parahyangan dan mempunyai anak dua. Anak pertama beliau adalah perempuan yang tengah kuliah akuntansi juga di Unpad semester 4. Yang kedua kelas 3 SMA ( katanya mau masuk ITB). Beliau juga bercerita
tentang pengalamannya di Kalimantan pernah jadi guru honor, dan sempat ditawari
jadi guru tetap. Selain itu beliau juga cerita bahwa motor anaknya, Mio pernah hilang di
gasibu.
Beliau menawariku segelas capuccino. Aku tidak menolak. Bandung memang dingin malam itu. Kami minum bersama. Aroma kopi jenis capuccino bercampur dengan dinginnya angin malam menambah hangatnya percakapan kami. Saya juga menceritakan juga tentang
tujuan kedatangan saya ke gasibu untuk mencari si Pak Catur.
Kami bertukar nomor hape.
Hari sudah jam 11, saya pamit pulang dan berterima kasih padanya. Saya dayungi
itu sepeda scorpion biru menuju kosan.