Manusia kini ?
Dewasa kini, kepercayaan
klasik (yang menyimpang) mulai dianut kembali. Kepercayaan animisme dan
dinamisme seolah bermetaforfosis menjadi kepercayaan baru. Di sana sini banyak
makhluk yang men’dewa’kan benda mati. Seperti : Uang, Handphone, Tablet PC, dan
akun jejaring sosial.
Manusia zaman kini banyak yang
lebih sayang kepada gadget dan benda
mati lainnya daripada kepada manusia lainnya. Bukti konyolnya : bila hape atau tablet-nya jatuh, dia akan risih dan cemas. Tetapi bila ada teman
yang terjatuh tersandung batu misalnya, malah ditertawakan (curhat pengalaman
pribadi).
Manusia zaman kini juga
semakin senang dan bahagia dengan dunia yang tidak terlihat alias maya. Tidak
sedikit yang sibuk mencitrakan diri di dunia gaib dan lupa mana kehidupan yang
sebenarnya. Mempercantik dan memperganteng foto yang akan dipajang di akun,
membijak-bijakkan diri melalui status, bahkan yang lebih parah, pura-pura gaul
dengan memakai istilah-istilah keren yang ramai beredar (padahal belum tahu
artinya). Tidak sedikit yang membuat ‘diri palsu’ di dunia maya. Lupa mana yang
akan dibawa ke akhirat nanti.
Ironis, ada yang berubah
menjadi seorang penyair dalam semenit, berubah menjadi motivator dalam setengah
menit, menjadi pembenci, komentator dan kritikus dalam seperempat menit serta menjadi
penggalau, makhluk yang seolah paling pantas dikasihani di semesta dalam
sepuluh detik.
“Apa-apaan sih kamu?
Beraninya fitnah sana-sini. Kamu tahu gak? Saya itu gak pernah kenal sama yang
namanya Feri. Malah dituduh yang nggak lagi. Kenal aja gak, pernah ketemu aja
gak”
“Tapi aku liat di facebook sama twitter
kamu. Dia itu paling sering nge-like
dan komen status kamu.”
“Udah deh, jangan pura-pura lagi. Aku capek kamu bo’ongin terus. Capek tau capek !”
“Huh mending aku temenan
sama ini daripada kamu.” Dini asyik menggeser-geser jemarinya diatas kaca yang
konon bernama LCD itu.
“Terserah kamu aja.”
Heru berpaling. Kesal sekali
tampaknya dia. Sudah dimakan cemburu dibentak pula lagi. Keningnya yang berkerut
membuat mukanya kusut. Tidak sampai sepuluh detik ia mengambil keputusan : meninggalkan
Dini dengan Tablet PC nya.
“Lagi kesel nih. Aku punya
pacar yang overprotektif, paranoid.”