Ngigau 4 : Rindu Pertama : Setipis Kulit Ari dengan Kehilangan
Pernahkah kalian merasakan rindu?
Jika tidak maka tulisan ini bukan
untuk kalian. Meneruskan membaca ini bukanlah sebuah kebijaksanaan. Ini tertulis
khusus bagi orang-orang yang pernah merasakan rindu.
Rindu hanya beda tipis dengan
kehilangan. Mungkin setipis kulit ari.
Rindu seperti layaknya perasaan
biasa. Merasa rindu juga wajar. Jangan pernah mengartikan negatif tentang
rindu. Rindu bukanlah sebuah dosa dan kesalahan. Manusiawi jika manusia merasa
rindu.
Rindu. Mungkin ada hal-hal yang
akan selalu kita rindu, masa kecil ketika tidak ada beban dan stress, masa
bermain layangan di lapangan, masa mandi hujan dan bermain lumpur, atau
menonton serial kartun di hari minggu.
Setelah dewasa rindu pun
bertambah jenis. Rindu kepada seseorang yang pernah dikagumi. Rindu kepada masa
dan suasana saat hati diliputi cemburu. Rindu saat menjauh dari rutinitas mulia
yang dulu.
Rindu kepada kampung halaman bagi
seorang perantau. Rindu belaian ibu, rindu nasihat ayah. Rindu bersitegang
dengan kakak. Rindu bertengkar dengan adik. Atau palig tidak rindu tidur di
kasur sendiri.
Rindu memang akan selalu ada
sampai akhir zaman. Rindu hanya diperuntukkan bagi manusia yang mempunyai. Mempunyai
bukan berarti memiliki sepenuhnya karena suatu saat kita akan berpisah jua
dengannya. Kehilangan, saat itulah kita merasa rindu.
Rindu. Dalam bahasa inggris
diterjemahkan sebagai missed. Yang berarti juga sekaligus
kehilangan.
Kehilangan yang jadi fitrah manusia selalu. Sebenarnya mungkin rindu ada agar
kita selalu tahu dan bersyukur kalau pada akhirnya kita akan kehilangan
semuanya.
Rindu. Bukan berarti kita
kehilangan semuanya. Karena rindu hanya perasaan.
Rindu bisa membuatmu meneteskan
air mata. Rindu bisa membuat hatimu menangis. Maka sebelum kau kehilangan
rindumu, jagalah selalu dalam setiap doa dan sujudmu.
bila
aku, bila aku berubah semu
bila aku jatuh sendu
bila aku hilang merdu
aku, dalam puisi berlagu, aku, mengadu……..
pada mata-mata sayu
dalam rongga dihentak batu
dalam air mata yang mengabu
aku cinta pada ibu
aku sayang padamu ibuku……….
bila aku jatuh sendu
bila aku hilang merdu
aku, dalam puisi berlagu, aku, mengadu……..
pada mata-mata sayu
dalam rongga dihentak batu
dalam air mata yang mengabu
aku cinta pada ibu
aku sayang padamu ibuku……….