Cerpen Anton : Cinta Hakiki ?
Rasanya baru saja aku
mengelus kening, eh tak sampai semenit, keringat muncul lagi. Matahari dalam
klimaksnya memancarkan panas ke bumi. Sel surya di atap rumah gedongan itu
tentu bahagia mendapatkan cahaya sepanas ini pikirku. Bandung sungguh panas
tengah hari ini.
“Wah supir angkot udah pada
kaya semua ya Bro?”
“Hahaha..yang sabar atuh
Mas. Sebentar lagi juga lewat kok.”
“Udah setengah jam kita
nunggu masa belum ada angkot lewat?”
“Nah itu dia. Relatifitas
Mas, nunggu angkot kalo panasnya segarang gini rasanya bakal lama banget. Tapi
kalo kondisinya disamping gadis cantik. Setengah jam ini bakal terasa setengah
detik.”
“Huh..Udara panas disini kayaknya
membuat naluri humorku menguap”
“Aku juga gak sedang
ngelucu”,Guntur terlihat kesal karena aku tidak memuji analoginya.
Mobil angkot hijau kemudain melambat
di depan kami.”Akhirnya” Pikirku dalam hati.Aku dan Gun segera masuk ke angkot.
Sudah tak sabar rasanya mencicipi makan siang yang sudah terhidang di rumah.
Enam jam belajar di kelas rasanya cukup menguras energi.
“Assalamu’alaykum” aku
membuka pintu.
“Waalaykumsalam” terdengar
suara Fitri menyahut dari dalam. Fitri biasanya memang selalu pulang lebih
cepat dariku. Satu alasannya, Fitri kelas dua SMP, aku kelas dua SMA.
“Fit, ada apa senyam-senyum
begitu?”
“Mau sedekah ama Kakak”
Fitri terus senyum lagi dan beralih ke blackbery-nya.
Setelah sedikit
memperhatikan ekspresi Fitri dan buku ditangannya, aku sekarang paham sekali.
Untuk kedua kalinya adikku yang sangat penuh rasa ingin tahu ini mengupas lagi
ruang privasiku. Tidak tanggung-tanggung, kali ini diary-ku-lah referensinya. Kemarin handphone
sekarang diary. Darahku melaju cepat menuju ubun-ubun. Tetapi hal lain terjadi
di tengah perjalanan darahku menuju ubun-ubun : Ibu yang tahu apa yang akan
kulakukan menepuk pundakku dari belakang, Ibu mengangguk dan senyum.
Mengisayaratkan aku supaya segera ganti baju dan makan siang.
ALAMAK. Fitri. Fitri .
Mengapa pula ia harus melakukan hal ini? Bukankah masih banyak pekerjaan yang
seharusnya ia lakukan? Membuat PR, Membantu ibu mencuci piring atau menyiram
bunga. Mengapa harus menceritakan kisah kasmaranku kepada Ibu?
Aku marah betul pada Fitri.
Pokoknya seminggu ini dia harus dihukum. Aku tak boleh sedikitpun mengajaknya
ngobrol. Jangankan mengajak bila diajak pun aku akan diam saja seperti patung.
“Dan, ada apa kamu dengan
Fitri? Kata Fitri kamu marah dan ngambek. Benar begitu?”
“Gak ada apa-apa kok Yah”
aku terus pura-pura asyik membolak balik komik Naruto.
“Kamu sebagai kakak harusnya
pandai mengajari adikmu. Kalau dia salah, nasihati. Jangan didiamkan apalagi
dibiarkan” Ayah mengambil pelan komik karangan Masashi Kisimoto itu dari
tanganku.
“Iya yah” anggukku takzim.
“Ayah, Bang Anton itu sedang
pacaran sama Teh Nisa kakaknya temenku. Gara-gara aku cerita ke Ibu isi SMS dan
diarynya, Bang Anton cuek ke Fitri” Fitri mengeluarkan suara manjanya.
“Benar begitu Ton?”. Aku
terdiam. Bohong itu dosa.
“Begini saja. Kalau Anton
gak mau cerita. Ayah saja yang bercerita. Refleks aku dan Fitri merapat. Kalau
Ayah sudah bercerita, pasti banyak pelajaran dan nasihat didalamnya.
“Dulu ayah sangat tertarik
kepada seorang gadis. Dia cantik seperti kamu Fit, matanya bulat rambutnya
hitam berkilau, kulitnya putih. Ayah sempat menyatakan perasaan ayah kepada
beliau. Gayung bersambut, cinta ayah tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi
berterima dua tangan. Lama ayah menjalin hubungan dengannya sampai akhirnya
perasaan ayah kepada sang gadis itu memakan perasaan cinta ayah kepada nenek
kalian. Ayah pernah mencuri uang nenek kalian untuk sekadar mentraktir si gadis
yang ayah taksir tadi. Sekarang Ayah menyesal.” Tidak ada komentar dari aku dan
Fitri. Padahal biasanya Fitri itu selalu kritis.
“Yang paling ayah ingat
sekaligus yang paling ayah sesali adalah ketika ayah bertengkar dengan gadis
itu, ayah membentak nenek kalian. Waktu itu, ayah baru saja balik dari
pertemuan dengan si gadis. Nenek kalian sudah menunggu ayah dengan makan malam
yang sudah terhidang. Son, makan dulu Nak, mumpung gulenya masih anget. Masih
anget.
Ayah kesal saat itu karena
baru saja datang sudah disuruh makan. Ayah cuek dan langsung ke kamar."
Tanpa disadari air mata ayah
meleleh. Ayah yang kami kenal selalu bijak dan tegas itu ternyata punya sisi
kelembutan. Ia menangis bercerita kepada kami. "Begitulah ceritanya Ton,Fit" Ayah mengusap kedua kepala kami sambil tersenyum dalam tangisnya. "Jadi jangan sampai kalian kehilangan cinta kalian. Cintailah keluarga kita ini. Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka” Begitu kata Tuhan dalam Al-Qur’an.
Cintailah sesuatu yang halal dengan cara yang halal. Niscaya kemudian Allah
akan membimbing kalian menemukan cinta yang sesungguhnya.
2 comments
Write commentsmenyentuh...aku seneng banget ama cerpen2 kak asra
Replyhehe..mksh saudara/i anonim...ternyata ada juga yang baca blog ini.
Reply