Jangan Menyerah : Frasa terbaik untuk saat ini
Lama sudah saya tak menulis.
Mungkinkah saya sudah kehilangan cinta kepada dunia tulisan? Astaga entahlah.
Semester ini,semester ke dua saya di teknik fisika itb. Kata pak nugraha, dosen
wali saya, semester ini adalah semester yang
;paling berat; di tf ini. Bagaimana tidak? Matematika rekayasa sistem
II, fisika kuantum dan medan elektromagnetik berkumpul di semester yang sama. Padahal menurut beliau,
untuk belajar fisika kuantum itu prerequisite nya adalah matrek II fenomena
gelombang dan medan elektro magnetik. Sementara itu, kuliah seperti fenomena
gelombang baru akan ada di semester selanjutnya. Sederhanya begini, saya akan
belajar kalkulus dan aljabar bebarengan. Tapi kata de massiv(tak tau ejaannya):
Jangan menyerah. Ya jangan menyerah adalah frasa terbaik untuk menghadapi hal
ini.
Wow..saya malah jadi curhat
ya. Mari sejenak kembali kepada tujuan. Semester tiga ini saya sedikit beranjak
dari lumpur malas yang memakan saya hidup-hidup. Mulai dari bersih-bersih kamar
dan mengganti lampu kamar menjadi lampu pijar kuning. Ceritanya ganti suasana
gitu. Selanjutnya sejak tpb saya tidak pernah sekalipun mempunyai buku teks
pegangan. Sekarang alhamdulillah udah mulai nyicil meski baru Cuma sedikit. Mau
tau judulnya?
Eits. Meskipun pas TPB saya
gak pernah beli buku teks tapi sekitar 30 an novel dan belasan buku non-fiksi
mulai dari self building, sejarah sampai politik saya borong dan sesekali baca.
Waktu itu saya belum minat beli buku teks. Sekarang ups jangan macam-macam,
Mulai dari quantum mechanics David J griffths, Buku Circuit analysis nya om
nelson sampai intruduction to fluids mechanics sampai complex variables and
applications pak james ward dan Churchill. Ada ditangan.
Apa sebenarnya tujuan saya
menulis ini. Tidak ada tujuan apa-apa. Mungkin tidak ada pesan moral disini.
Tetapi, ya tetapi cerita ini minta ditulis melalui keyboard laptop saya.
Kita boleh berubah jadi
orang lain untuk kembali menjadi diri kita sendiri.
Asal kita benar-benar tidak
tersesat dalam jiwa orang lain. Bukankah kita benar-benar menjadi diri sendiri
setelah kita mewakili jiwa dan pikiran
kita sendiri. Tubuh fisik kita hanyalah medium. Dan pikiran serta perasaan
kitalah yang sebenarnya diri kita sebenarnya