[Resensi Buku] Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri
Resensi Buku Kierkegaard
Judul : Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri
Sendiri
Penulis : Thomas Hidya Djaya
Penerbit : KPG
Cetakan : II, Maret 2010
Tebal : xviii+178hlm
Harga : Rp
“apa
gunanya kalau kebenaran berdiri di hadapan saya, dingin dan telanjang, tidak
peduli apakah saya mengenalinya atau tidak, dan malah membuat saya takut dan
bukannya percaya?”
Itulah kutipan langsung yang
seketika saya temui dicover buku ini dan membuat diri saya penasaran tentang
Kierkegaard. Kierkegaard melemparkan sebuah pertanyaan bagi
dirinya(Kierkegaard) dan bagi siapapun yang punya dirinya (sendiri) mengenai
kebenaran.
Lalu selanjutnya meletup lagi
pertanyaan-pertanyaan baru
Apa yang harus saya lakukan?
Pencarian makna hidup adalah
pergulatan menjadi diri sendiri dengan menghayati kehidupan yang otentik. Adakah
rasionalitas bagi pengalaman eksistensial? (fenomena eksistensial jatuh cinta)
Soren Aabye Kierkegaard
dilahirkan tanggal 5 Mei 1813 di Kopenhagen Denmak. Ia adalah anak bungsu dari
7 bersaudara. Tahun 1813 juga adalah kelahiran komposer Jerman yang terkenal
Richard Wagner dan ayah Friederich Nietzsche. Kierkegaard tumbuh dalam keluarga
kelas menengah yang cukup berada. Ayahnya Michael Pedersen Kierkegaard, sudah
berumur 56 tahun ketika Kierkegaard lahir. Pengalaman yang sangat membekas bagi
Kierkegaard adalah saat Ibu dan kelima kakaknya satu per satu meninggal karena
sakit sebelum ia berumur 21 tahun.
Tahun 1837, ia mulai jatuh cinta
kepada Regina Olsen, putri seorang pejabat terhormat. Tiga tahun kemudian
Kierkegaard bertunangan dengan Regina. Tahun 1841 setahun setelah pertunangan,
Kierkegaard tiba-tiba mengembalikan cincin pertunangan itu kepada Regina dan
mengakhiri pertunangan itu 3 bulan kemudian, sebelum ia berangkat ke Berlin.
Regina sangat sedih dan
keluarganya mencoba membujuk Kierkegaard namun Kierkegaard tidak mau. Ia punya Vita ante acta. Masa lalu yang menjadi
duri dalam daging baginya, yang tidak sanggup ia utarakan kepada Regina dan
tidak pula sanggup membohongi Regina. Kierkegaard melankolik garis khusyuk (Senartogok:
2015). Beberapa pengamat bilang bahwa Kierkegaard tidak sanggup menjadi suami
atau ayah yang baik buat Regina dan anak-anak mereka kelak. Selain itu juga ada
yang menganggap bahwa Kierkegaard sudah pernah berhubungan seks dengan
perempuan diluar pernikahan yang kemudian membuat dirinya tidak ingin mengotori
kehidupan Regina yang berasal dari keluarga baik-baik dan terpandang.
Idealisme dan proyek filsafat Hegel (1770-1831)
Idealisme : dunia tergantung pada
gagasan yang kita bangun, atau merupakan hasil kegiatan kesadaran kita.
Immanuel Kant (1724-1804)
merintis ini-> Pengalaman kita mengenai dunia ditentukan oleh struktur akal
budi dan kategori –kategori pikiran yang kita miliki. Dunia ‘penampakan’
phenomena ditentukan struktur kesadaran, berlawanan dengan noumena dunia pada
dirinya sendiri.
Filsuf idealis sesudah Kant :
Fichte (1762-1814), Schelling (1775-1854) serta Hegel (1770) menidak dunia pada
dirinya sendiri.
Kesadaran universal/ Ding absolute (absolute self) ‘bentuk
kesadaran’ kita (forms of consciousness)
sedang berusaha merealisasikan identitas diri Absolute ini. 2 alasan membicarakan ini :
1. Di
Eropa, awal abad ke-19 ada orientasi budaya baru aliran romantik (romanticism) yaitu pembebasan emosi
manusia dan ungkapan bebas kepribadian dalam karya-karya artistik. Hal ini juga
merupakan kritik atas zaman pencerahan yang terlalu menekankan akal budi.
2. Eropa
sedang dilanda perang dan pergolakan dimana-mana. Revolusi Inggris (1608)
menghapus hak-hak ilahi Rajanya. Revolusi Prancis (1789-1799) menghancurkan
kekuasaan monarki.
Eksistensialisme dan Kebenaran sebagai subyektivitas
-Hidup dengan hasrat spontan
(wilayah estetis)
-Perhitungan baik-buruk (wilayah
etis)
-Relasi dengan yang Abadi dan
transenden (religius)
Diri akan mengalami gelisah
karena tidak mampu menggapai realitas obyektif pengaruh kategorisasi (dalam
harus mengambil konsep linguistik yang terbatas keputusan penting)
Kebenaran bagi manusia akhirnya
masalah subyektivitas : masalah relasi diri manusia itu dengan sesuatu yang
melampaui dirinya.
Drama eksistensi manusia
Memilih dan memutuskan sehingga
mengundang penderitaan (agony).
Ketidaklengkapan informasi membuat cemas. Hegel , Aristoteles dan Kant, manusia
adalah rational being pengada yang
rasional, menggunakan akal budi ingin tahu dan berusaha menggapai kebenaran.
Menurut Kierkegaard, manusia
merupakan pengada yang selalu ditantang untuk memilih dan mengambil keputusan dalam pergulatan hidupnya.
Kemewaktuan (temporalitas)
Terlalu terfragmentasi untuk
dibuatkan suatu sistem yang mencakup segala-gala. Banyak uncertainty yang sulit dipahami secara rasional, dan malah membuat
manusia merasa cemas akan masa depannya. Inilah yang dikritik oleh Kierkegaard
atas filsafat idealisme Hegel. Filsafat Hegel memang bisa dianalogikan dengan
naik ke puncak bukit dan mengamati perkampungan di bawahnya. Memang segalanya
dapat tampak dan kelihatan. Bisa diperoleh pandangan yang holistik dan
menyeluruh, namun tidak detail. Tidak kepada diri manusia individu. Filsafat
Hegel tidak akan bisa tahu bahwa ternyata penghuni rumah sedang kelaparan atau
terjadi cekcok dengan keluarga atau. Perasaan seorang pemuda yang sedang
dirundung kasmaran jatuh cinta.
Saat filsafat menjelaskan dunia
padahal yang diperlukan adalah mengubah dunia kata Marx, Kierkegaard dapat
mengubah objek nya. Jangan-jangan dunia ini dipengaruhi oleh kita diri kita
juga sebagai subjek. Jadi menjelaskan pergulatan dan mengubah diri menjadi
otentik adalah bentuk mengubah dunia juga.
Wilayah eksistensi dan keputusasaan (sphere of existence)
Tahap-tahap jalan hidup (stages on life’s way)
Based on modes of being-in-the-world
1. Wilayah
estetis (aesthetic) tanpa merujuk good and evil, aestetis sensasi
pemenuhan keinginan spontan (immediate)
yang ada hanya satisfaction dan dissatifatction dan fullfillment
2. Wilayah
etis (ethical)berdasarkan baik buruk
, rasio dan suara hati, refleksi kategori utama dalam mendefinisikan
eksistensinya
3. Wilayah
religius (religious) good and evil sudah tidak memenuhi. Yang
bernilai hanya relasi dengan yang ilahi.
Pandangan Climacus (nama samaran
Kierkegaard) mengenai kebenaran sebagai subyektivitas. Latar belakangnya adalah
pandangan Hegel mengenai pengetahuan obyektif dan absolute yang diperoleh dari kesadaran diri Roh Absolut dalam
perjalanan sejarah. Climacus : relasi orang dengan kebenaran yang dipeluknya
jauh lebih penting daripada hakikat kebenaran itu sendiri. Kritik Kierkegaard :
sikap puas diri (complacency)
mengabaikan sikap batin.
Kebenaran sebagai subyektivitas
Kebenaran harus bisa dipeluk
secara pribadi. Efek dari relasi dengan yang transenden keseriusan. Kebenaran masalah
batin (Inwardness) (Concluding
Unscientific Postcript).
Kebenaran Obyektif
1. Bersifat
manusia (human objective knowledge) available dengan approximate. Climacus : kebenaran, ketidakpastian obyektif yang
dipeluk erat-erat dalam proses appropriasi oleh batin yang paling berhasrat.
2. Ilahi
(divine obejctive knowledge)
unavailable bagi manusia (tidak ada akses menuju ke sana)
Lia mencintai Bram. Dia yakin
dengan perasaannya tersebut. Lia meyakini bahwa Bram adalah lelaki pilihannya
yang tepat. Ia siap dan mempersiapkan diri untuk menikah dengan Bram. Ia dapat
menganggap bahwa takdirnya adalah Bram, pasangan yang sudah dijanjikan buatnya.
Singkat cerita gayung bersambut, Bram menikahi Lia. Mereka hidup sebagai
pasangan suami istri yang rukun. Lia makin yakin bahwa memang Bram sudah
dituliskan sebagai pasangannya dari surga. Kebenaran yang digenggam oleh Lia
adalah kebenaran subjektif bukan kebenaran objektif milik ilahi. Lia tidak akan
tahu apakah Bram mempunyai keyakinan yang sama dengan yang diyakininya. Hingga
akhirnya singkat cerita Bram menceraikan Lia setelah 20 tahun pernikahan
mereka.
Ternyata selama ini Bram
bagaimana tentu tidak akan diketahui oleh Lia, apakah dia punya wanita lain
atau kasus apa? Yang jelas kalau kita mengambil prinsip Kierkegaard. Hakikat
kebenaran itu bukanlah yang pertama dan utama akan tetapi relasi kita dengan
kebenaran yang kita yakinilah yang menjadi fokus diri.
Kebenaran moral dan religius
sehari-hari bukan kebenaran sains ujar Kierkegaard. Sains mungkin kebenaran
objektif. Sikap terhadap yang transenden (berhala atau idol). Penghayatan batin
atas kebenaran.
Buku ini menyajikan biografi
Kierkegaard dengan lengkap. Mulai dari kehidupan pribadinya dan pergulatan
dirinya dengan diri sendiri disertai dengan pandangan-pandangan melalui
karya-karyanya. Dengan gaya bahasa yang renyah, buku ini mengantarkan sosok
Kierkegaard yang mencari dan memperoleh religiusitas dalam hidupnya.
Tahapan-tahapan Kierkegaard juga menunjukkan hal yang manusiawi, ia bukan
malaikat yang diutus suci dengan setumpuk filsafat utuh. Namun Kierkegaard
adalah tokoh melankolis garis khusyuk yang mencoba meruqyah diri manusia
melalui filsafatnya. Melalui karya-karyanya yang dihasilkan saat bergulat dan
bergumul dengan dirinya. Bahkan demi menjaga objektivitas pembaca, agar
karyanya tidak disangkutpautkan dengan peristiwa hidup pengarang, Kierkegaard
acapkali menggunakan nama samaran dalam setiap karyanya, dengan harapan orang
akan lebih fokus membahas dan memahami ide-idenya.
Tulisan-tulisan Kierkegaard pada
umumnya tidak terkenal di luar Denmark. Para Filsuf dan publik Denmark sendiri
tidak pernah menanggapi karya-karya tersebut secara serius. Pengaruh
Kierkegaard baru sangat terasa dan diakui pada abad ke-20. Banyak filsuf dan
penulis berutang budi kepada Kierkegaard atas inspirasi yang diberikannya
kepada mereka, misalnya Martin Heidegger, Karl Jaspers, dan Jean-Paul Sartre.
Teriakannya untuk memperhatikan eksistensi sang subyek akhirnya didengar oleh
banyak orang dan menjadi bahan pemikiran filosofis bagi banyak pemikir.
Sebagai peletak dasar pondasi
eksistensialisme, buku ini menjadi salah satu bacaan wajib untuk mengenal tokoh
Kierkegaard ini. Thomas Hidya Tjaya berhasil membawa Kierkegaard kedalam buku
kecil 178 halaman berbahasa Indonesia ini. Jika ingin mengetahui lebih dalam,
dalam buku ini juga disertakan daftar kepustakaan yang lengkap dari karya-karya
Kierkegaard. Ada kepustakaan utama (yang merupakan terjemahan langsung karya
Kierkegaard dari bahasa Denmark ke bahasa Inggris) dan kepustakaan sekunder
yang merupakan tulisan oranglain tentang Kierkegaard.
Selamat membaca.
3 comments
Write commentsAda copy an buku ini gk ya
ReplyKebetulan buku ini sedang dipinjam kawan. Setahuku buku ini udah dicetak ulang lagi sama penerbit KPG, mestinya ada di Gramedia atau di lapak-lapak buku onlen semisal bukalapak :-)
Reply