Demi Tuhan I
“Rim..! Rim..! Buka pintunya..! Rim.! Rim...! cepat Rim....ini
aku!”
“Ya..ya sebentar” Aku beranjak banting badan menuju pintu,
sumber suara gaduh yang mengganggu.
“Wah kurus kali kau sekarang Bro. Btw ada apa gerangan? Jangan kuat-kuat lah kau gebuk pintu ini. Sudah jam sepuluh malam. Mengganggu tetangga”. “ Panjang ceritanya Rim. Mau pinjam motor, boleh ‘kan? Kelaparan nih, sudah tiga hari nggak makan” “Kau jangan tiru-tiru akting pengemis kayak di sinetron itu lah. Di film-nya sok miskin. Wah aslinya, miliarder. Mobilnya banyak menyumbang polusi dan macet. Stop tipu-tipu Bro” Aku membeo logatnya. Maklum logat Batak yang terkenal dan gampang dikenal. “Wah siapa pulak yang tipu-tipu. Aku ini mengatakan makna sebenarnya Rim. Denotatif. Tiga hari belum makan. Nanti aku jelaskan. Sekarang mana kuncinya ? Mau beli makanan dulu”
Kurogoh saku celana. “Bensinnya sudah sakratul maut itu.
Tolong kau selamatkan saja” sambil mengulurkan kunci Jupiter MX-ku. “Tenang
Rim, nanti aku bawa ke klinik dokter Boyke dia. ” “Gak lucu Bro, isi pertamax-98
aja”. “Ah aman lah itu” jawabnya berdamai.