Mencoba tidak Tunduk kepada Tuan Rutinitas
Hari
ini seperti biasa lagi. Sahur dengan teman-teman sekosan. Bangun pukul tiga
lebih lima lapan (03.58). Sahur jam
empat (04.00). Rutinitas. Aku terjebak dalam rutinitas yang kuciptakan sendiri.
Aku ikuti rutinitas dengan mata terbuka.
Terpikir
ide untuk menambahkan variasi, maka terwujudlah tulisan-tulisan ini supaya
kelak aku bisa ingat apa yang terjadi hari ini. Supaya hari esok aku dapat kembali
membaca catatan-catatan sambil tertawa kecil. Bisa dibaca oleh anak cucuku
kelak supaya mereka bisa mendapatkan pembelajaran bagaimana ayah dan kakek
mereka hidup dulu pada zamannya.
Malam
itu pukul 23.00 WIB Tanggal 12 Juli 2013. Aku tepat berumur 20 tahun, sejam
sebelum ini. Dua puluh tahun lebih enam jam pada saat aku menuliskan ini.
Sebentar, tunggu dulu. Azan subuh sudah berkumandang. Dengan tidak mengurangi
rasa sayang ku kepada kalian. Aku ke Salman dulu untuk memenuhi panggilan Allah
Yang Maha Kuasa, menunaikan kewajiban : Sholat subuh. Nanti insyaallah aku akan
sambung lagi.
Oke
kembali lagi berjumpa bersama aku di sini. Aku mencoba mengubah rutinitas kali
ini. Aku makan sahur dengan dua mata sapi. Kiri dan kanan.
Aku
minum segelas jeruk hangat.
Aku
mandi subuh. Bukan mandi pagi. Pukul lima pagi, aku mandi, terasa air yang
segar lagi menyegarkan me-refresh
aliran darahku, sebut saja begitu. Mungkin ada reaksi fisis yang menyebabkan
pembuluh darah menjadi
‘sedemikian
rupa’ sehingga aliran darah terasa lancar dan pasokan oksigen keseluruh tubuh
menjadi optimal. Fresh itulah efeknya.
Sebenarnya
aku tidak tahu akan fokus dimana dalam tulisan ini, karena ada banyak
kalimat-kalimat yang melayang-layang di ruang pikirku. Mulai dari Ibu penjual
nasi yang sampai setengah tiga di pasar Ciroyom, katanya : mencari segenggam
berlian, acara lawakan yang konyol di siaran TV spesial ramadhan. Update-an PES 2013 yang masih 30 persen
dari 1,23 GB. Ah mana hari senin ada
ujian Dinsis lagi. Walah-weleh tiba-tiba
aku jadi ingat kata Bang Ilham tadi malam. Kita
hidup ni santai-santai aja kan. Hepi-hepi aja. Jalan-jalan , daki bukit, turun
lagi, mandi disungai. Aku pun membayangkan bila saja hidupku esok demikian,
santai-santai aja tak perlu banyak pikiran
dan beban. Menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan. Tapi semua itu tentu butuh
pengorbanan lebih dahulu.
Supaya
topik ini terasa punya tujuan, ada baiknya aku menuangkan gagasan tentang
optimisme. Kebetulan tadi malam Prof.Hermawan menyebutkan ini dalam ceramah
singkatnya sebelum tarawih di Masjid Salman ITB.
Orang
muslim itu orang yang optimis bukan pesimis. Optimis karena berpikiran postiif
karena persangkaan Allah akan sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Perlu digaris
bawahi kalau perlu lagi dibold dan diitalic, orang muslim itu pesimis melihat
sebuah kemajuan dan masa depan yang lebih baik bukan karena sombong, melainkan
karena kepercayaan diri dan konsep diri yang jelas.
Mengembalikan
sifat optimisme tentu tidaklah semudah mengedipkan kelopak mata. Butuh sebuah
tekad dan pengorbanan yang setimpal ataupun dua tiga timpal.
Kata
Prof Her, tahun 1974 saat pertama ia masuk salman. Adzan subuh itu masih
diputarkan dengan tape recorder dan
jumlah jemaah sholat saat itu belum mencapai satu shaf. Bahkan bisa jadi hanya adzan saja, tidak ada shalat shubuh
berjamaah. Tapi sekarang, 2013, salman sudah ramai jemaahnya. Tidak satu dua
orang lagi, tetapi ratusan.
Nah,
inilah sikap optimisme dalam memandang sebuah perubahan. Kalau dulu mahasiswa
itu sedikit yang menghafal Quran sekarang sudah banyak mahasiswa yang mengisi
otaknya dengan database Al-Quran. Ya sekali lagi kita harus optimis kepada diri
kita bahwa semua yang kita lakukan akan mendapat pertimbangan disisi-Nya. Tahun
74 Prof Her optimis bahwa jemaah Salman ini akan meningkat. Akan banyak
mahasiswa-mahasiswa yang cerdas spiritualnya mengisi shaf-shaf Salman.
Barangkali
karena sudah dua halaman, aku akan sudahi sampai disini. Inilah kiranya catatan
yang dapat kutuliskan hari ini kepada kalian semua. Semoga bisa diambil
hikmahya. Dari segala kekurangan aku memohonkan maaf kepada kalian dan
memintakan ampunan kepada Allah SWT. Semoga amal puasa ramadhan kali ini di
terima di samping-Nya. Amin
Wassalam.