Laki-laki itu menangis di pangkuan bundanya
Laki-laki itu menangis.
Bagiku ini adalah sebuah pemandangan langka. Sebab di film-film di novel dan
cerita-cerita pendek jarang sekali aku menyaksikan. Benar-benar langka. Pria
berusia 24 tahun itu terisak, suaranya parau. Weep-nya meluapkan segala
kesedihan itu. Disampingnya seorang ibu tua mengelus-elus punggung dan sesekali
mengusap kepalanya. Aku jadi ingat ibu menghiburku karena jatuh dari sepeda
waktu kecil dulu.
“Sudahlah nak. Allah pasti
akan berikan yang terbaik untukmu. Sabar, sabar.” Sang Ibu terus membujuk anak
lelakinya itu. Tangisannya sedikit berkurang. Nafasnya yang tersengal kini
mulai berangsur teratur. ”Dia memang bukan yang terbaik untukmu, Nak.
Allah pasti sudah merencanakan. Insyaallah penggantinya akan lebih baik Nak. Lebih
cantik hatinya, lebih mulia akhlaknya.” Selepas kalimat tersebut kulihat ia meneteskan
air mata. Sang ibu tidak tahan melihat anaknya merasakan kepedihan yang sangat.
Meski demikian sang ibu tetap tidak ingin menampakkan wajah sedih diantara
bulir-bulir air matanya. Kedua anak beranak itu menangis menghadapi takdir yang
Tuhan tuliskan. Dipeluknya erat-erat anak kesayangannya itu. Mungkin kalau
ayahnya masih hidup, tentu beliau pun tak akan tahan. Tentu akan luluh hatinya melihat anak
sematawayangnya itu menanggung kesedihan tak terperikan. Ia pun akan ikut
menangis. Atau apakah beliau juga sedang menangis di alam sana? Hanya Tuhanlah
yang tahu.