Pak Cik Bram eps 2
Apa
yang terjadi sebenarnya?
Pak Cik Bram punya cinta
sejati. Gadis impian, begitu aku mengistilahkannya. Agar mudah diidentitasi
kemudian. Pak Cik sudah akrab dengannya sejak kelas satu sekolah dasar dulu. Kelas
5 mereka mulai kirim-kirim surat. Kisah cinta monyet 70-an. Kucing-kucingan
untuk mencoba pacaran. Kemudian mereka mulai backstreet saat kelas 3 SMP.
Meskipun istilah backstreet pada saat itu belum lahir ke dunia mereka.
Tamat SMP mereka membuat
tekad untuk mendaftar di sebuah SMA. Pak Cik masih ingat ia membonceng gadis
kecilnya di tempat duduk belakang yang spesial ia buatkan di tukang kayu
kampung sebelah. Kemudian membuatkan rangkanya dari besi. Gadis impiannya
begitu cerah saat mereka akhirnya diterima di SMA itu. Takdir tuhan pun
mengiyakan, mereka sekelas. Dari kelas satu sampai tiga. Semuanya berjalan
seperti kehendak hati. Sampai akhirnya pada saat menjelang UNAS tanda-tanda itu
muncul.
Tanda-tanda yang tidak
diinginkan terjadi oleh Pak Cik ku. Gadis impiannya ingin masuk kuliah jurusan
kebidanan.
Pak Cik sebenarnya mau
mengalah mengikuti keinginan gadis impiannya untuk ikut sekolahnya. Tetapi ini
hal yang diluar kemampuan Pak Cik. Sekolah kebidanan saat itu hanya menerima
siswa wanita saja.
Setelah mereka berdua
berumbuk, akhirnya ikhlaslah Pak Cik muda berpisah dengan gadis impiannya. Saat
itulah mereka mulai jarang berkomunikasi.
Pak Cik mengambil D3 Teknik
Elektronika di Universitas.
Singkat cerita Tuhan
menakdir lain untuk kisah cinta Pak Cik. Gadis impiannya akan segera menikah
dengan seorang sarjana muda dari kota. Pak Cik menerima isu ini dari teman
sekolah semasa SMP mereka dulu, Marni. Pak Cik tidak percaya sampai akhirnya
undangan itu ia terima. Ya. Undangan pernikahan dari gadis impiannya.
Pak Cik tidak habis pikir
bagaimana mungkin gadis impiannya semudah itu melupakannya. Bagaimana mungkin
semua ini terjadi. Bagaimana mungkin ini adalah benar-benar undangan dari
Sarah. Gadis impian. Gadis masa kecil yang dulu selalu bersamanya. Ribuan
pertanyaan ‘bagaimana’ memenuhi benak Pak Cik.
Pak Cik memutuskan untuk
ikut kuliah pula. Ia membanting tulang bekerja keras agar bisa melanjutkan
menuntut ilmunya. Ia membohongi seorang profesor di Jepang. Mengirim surat agar
bisa belajar disana. Ia ingin meninggalkan sekelumit cinta sejatinya di desa.
Ia pergi selama sebelas tahun sampai sekarang akhirnya ia bekerja di sebuah
pabrik besar di Jepang. Beliau sukses. Uangnya banyak. Ia bahkan akan membangunkan
sebuah unit pembangkit listrik tenaga mikrohidro di desa kami. Sayangnya ia
belum bisa melupakan Sarah cinta masa kecilnya yang kini sudah punya empat
orang anak. Yang paling tua akan segera melanjutkan studinya di Jepang.
Disini ceritaku dimulai.