Mabuk 19
Tengah malam. Awal pagi. Dinihari.
Kunaiki lantai dua, kuinjak anak tangga. Aku berjalan-jalan
berputar linglung sunyi.
Mondar-mandir menimbang-nimbang berat badan yang tak kunjung terhitung.
Tak mau kutidur sebab akan kehilangan
Kuulangi langkah-langkah kaki. Mendekati jendela. Menjangkau
aku, menggapai kusen atasnya.
A.....
Kudapati kertas kuning tentang kisah tinta merah
Inikah berita tentang surga yang istimewa itu?
Rakaat-rakaat yang sudah entah berapa kali ini, aku ingin
menemui di sebalik kayu. Nanti
Ingin berenang aku di udara tanpa sayap dan hanyut
Hendak berlari aku kelaut tanpa ombak dan larut
Bersama embun malam, air garam dan mabuk
Oooooo.........mengapa harus tanpa ruhmu yang abadi
Kemana lagi jiwaku merindu tanpa sajadamu nan teduh
Belum? Belumkah jam tujuh?