di satu waktu, di satu tempat
di samping dua gelas kopi mokakucoba memungut makna perkawanan yang tersisa
ditemani tiga pasang kekasih yang khusyuk bercakap-cakap
kusapu segala rindu pertemuan tahun lalu
di hadapan tigabelas lampu taman yang perkasa, aku merenung
tidak mengapa berpisah : asal tak sampai kehilangan jiwa
di anak tangga, aku mangu, dipandangi pokok kayu, pohon beringin, pinang, kurma dan lima bersaudara air mancur
tiang listrik dan lampu merah di persimpangan, seolah ingin berkata sesuatu apa
larik cahaya halogen yang menyilaukan, membuat daun jadi oranye, kuning dan terang, seperti hendak sampaikan pesan dari kau yang jauh
di sudut sana, kaukah yang mengirim ceria dalam wajah-wajah itu?
di ujung sana, kaukah yang menghembus angin malam syahdu ini?
rumput hijau dibalik pagar itu, kaukah? mengajak tubuhku berguling?
Dua belas bulan lalu, kita mulai menghitung jumlah tusuk sate metafora dipuncak sana
Dan akan selalu membekas.
Mudah-mudahan kau senang dimana saja