Cinta Ilusi
Cinta Ilusi
Saat kulihat engkau berjalan, wahai kekasih
lesuku,
Buat melantunkan lagu, meraungi kubah :
bergema penindasan,
Harmonis dan megah bagai jejak langkahmu,
Menganugerahkan ketenangan dari tatap matamu profan
Bila kupandang engkau, berbinar di sinar
lentera ,
Dahi pucatmu dihias pesona anomali,
Kini ketika pelita malam menyigi kabut
senja,
Matamu memukauku bak lukisan berseni
tinggi,
Aku berkata – Alangkah cantiknya dia!
Betapa berbeda!
Ingatan dahsyat , istana kerajaan dan
menara perintah,
Seuntai kalungan bunga: hatinya, seperti
buah persik yang merah terluka
Telah ranum - umpama tubuhnya bagi seorang
penghayat muhibah.
Engkaukah buah musim gugur bercitarasa tertinggi?
Engkaukah kendi pemakaman pengundang ratap
kesedihan?
Semerbak – sebabkan sebagian limbah timur terseret mimpi ;
Bantal mungil berbulu halus, seikat bunga
atau emas setumpukan?
Aku mafhum, ada sepasang mata, melankolis teramat sangat,
Tanpa misteri istimewa, tanpa kebohongan
yang rahasia,
Kuil yang megah, tiada peninggalan, batu
keramat,
Lebih kosong, lebih belantara dari dirimu ,
O angkasa?
Ah, apakah bayanganmu, tak begitu cukup
bagiku,
‘Tuk menyalakan karsa tempat kebenaran
semena-mena dibenci?
Segala serupa bagi diriku! keluguan atau hatimu yang
beku,
Perangkap atau topeng, Aaahh ! padamu
juwita aku memuji!
diterjemahkan dari :
Illusionary Love
When I behold thee wander by, my
languorous love,
To songs of viols which
throughout the dome resound,
Harmonious and stately as thy
footsteps move,
Bestowing forth the languor of
thy glance profound.
When I regard thee, glowing in
the gaslight rays,
Thy pallid brow embellished by a
charm obscure,
Here where the evening torches
light the twilight haze,
Thine eyes attracting me like
those of a portraiture,
I say — How beautiful she is! how
strangely rich!
A mighty memory, royal and
commanding tower,
A garland: and her heart, bruised
like a ruddy peach,
Is ripe — like her body for
Love's sapient power.
Art thou, that spicy Autumn-fruit
with taste supreme?
Art thou a funeral vase inviting
tears of grief?
Aroma — causing one of Eastern
wastes to dream;
A downy cushion, bunch of flowers
or golden sheaf?
I know that there are eyes, most
melancholy ones,
Wherein no precious secret deeply
hidden lies,
Resplendent shrines, devoid of
relics, sacred stones,
More empty, more profound than ye
yourselves, O skies?
Yea, does thy semblance, not
alone for me suffice,
To kindle senses which the cruel
truth abhor?
All one to me! thy folly or thy
heart of ice,
Decoy or mask, all hail! thy
beauty I adore!
— Cyril Scott, Baudelaire: The
Flowers of Evil (London: Elkin Mathews, 1909)