Hakikat Perbedaan dll.
Hakikat Perbedaan dan Status-status Line berupa Racauan Sekilas yang Lain serta Pembelaan Ringkas Tak Jelas
1.
Terkadang hal-hal yang kita anggap
normal itu menurut orang lain biasa saja.
Aku dibilang ikut aliran Cak Lontong
ketika mengetik ini di status sosial mediaku. Satu pertanyaan pertama adalah : Apa
artinya menjadi pengikut aliran tertentu pada tahun 2016 ini? Tidak tahu. Yang
hampir jelas mungkin menjadi pengikut aliran kini menurutku sudah tidak
relevan, yang ada ialah pengalur aliran. Menjadi pengikut barangkali menjadi
budak semacam kerbau yang dicucuk hidungnya, sementara lebih sukaku menjadi
orang bebal yang terus bertanya tentang nilai-nilai yang sudah mapan dan
kompak. Apa sih? Tidak tahu.
Begini saja ini menurutku tentu
menurut orang lain tentu saja mungkin berbeda. Aku sepertinya sedang ingin
menyejajarkan dua hal yang berbeda tetapi sebenarnya sama saja. Dari struktur
kalimat di atas mungkin bisa diambil atau tidak bisa juga kesimpulan bahwasanya
sedang inginku mengungkap kebenaran, padahal tidak juga. Pada sepenggal kalimat
pertama kelihatannya aku hendak membangun sebuah ekspektasi tentang sesuatu hal,
aku tidak tahu juga apa itu sesuatu itu. Kalau ekspektasi mungkin hal yang
diinginkan ya? Terkadang hal-hal yang kta anggap normal itu menurut orang
lain... . Nah, pada tahap ini orang akan bisa menebak bahwa pengisi titik-titik
mestinya adalah suatu yang tidak biasa atau abnormal. Tetapi itu bukankah biasa
saja? Barangkali aku ingin juga menampilkan sesuatu yang tidak biasa dengan
menulis ini. Mengisi kalimat yang biasa dengan kehadiran serentak tulisan yang
tidak biasa. Aku tidak mengerti ini hanya racauan saja. Jika kau memikirkan
lebih lanjut ada kemungkinan engkau sedang kurang kerjaan, atau jatuh cinta
padaku atau barangkali : tidak tahu.
Ketahuilah mungkin bagimu durian itu
benar-benar lezat tetapi bagaimana dengan orang lain? Terkadang juga sama
dengan kau. Mengapa kau mesti kau berbeda dengan orang lain? Mengapa pula mesti
sama? Tidak tahu. Belajarlah dari cicak yang bisa mendarat di pagu, berjalan di
lantai, dan merayap di dinding.
2.
Jangan-jangan kita bukan cuma hampir
tetapi juga seakan-akan.
Kalau pernyataan seolah penuh ragu
ini sudah pernah diutarakan orang-orang sebelumnya. Tidak usah kaubaca lanjutan
tulisan ini. Barangkali tidak lebih baik juga kau tidak membacanya. Jadinya,
silahkan tentukan sendiri. Sekarang atau lima detik lagi. Terserah.
‘Manusia hampir’ kalau tidak salah
adalah bagian dari filsafat eksistensialisme. Begini runtutannya. Manusia
adalah makhluk yang sedang menjadi. Artinya dia sedang berproses membentuk
sebuah eksistensi, dan niscaya belum final. Dari itulah terminologi manusia
hampir muncul. Iwan Simatupang kalau tidak salah, ya, dari beliaulah aku
mendapatkan ide manusia hampir ini. Oke, untuk ‘seakan-akan’ ini menarik juga karena
dalam bahasa Indonesia menurutku akan ini terkait juga dengan masalah
temporalitas alias kewaktuan. Akan itu tentang perihal di waktu depan. Nah,
jika manusia hampir adalah manusia yang mendekati suatu entitas, dan terkesan
akan menuju, manusia ‘seakan-akan’ dibutuhkan untuk mengimbangi manusia hampir.
Ia memberikan kehadiran sesuatu sebut saja ‘jarak’. Jarak dalam hal ini bukan
tentang aspek ruang ataupun bisa juga ‘jeda’ tetapi bukan dalam ukuran waktu.
Tetapi lebih kepada perbedaan yang menolak ‘hampir’. Ya mudahnya sebut saja
pembeda.
3.
Jika cinta adalah anugrah, maka uang
ialah apa? #kuislailatulqadar
Pertanyaan ini sebenarnya dikarenakan saya sedang tidak punya
uang, baik di dalam saku, maupun dalam atm/rekening. Akan tetapi saya berpikirlagi,
bukankah saya sedang jatuh cinta? Tetapi tetap lapar juga. Nah jangan-jangan
itu cuma persangkaan saya saja.
4.
Jam beker atau jam weker sih padanan
yang tepat buat Alarm Clock? Jam Waker mungkin ya !
Yang random ini sudah pernah
terlintas di pikiranku sejak dulu. Kapan pastinya aku lupa, jadi untuk supaya
tidak lupa yang kedua kalinya aku mencoba mencatatkannya di sini. Tentang jam
sebenarnya aku juga punya memori yang sedih. Jam tangan pertamaku adalah jam
tangan yang berlampu-lampu a la a la waktu itu aku masih sd. Dan hilang, dan
setelah bertemu, sudah dalam kondisi patah. Maka aku sedih. Meskipun bisa di
lem kembali, jam itu tetap sudah tidak sempurna. Yang mestinya pakai engsel
kini (pada waktu itu ) jadi kaku. Kemudian jam yang punya lampu merah kuning
hijau ini jam yang bisa berbunyi menyanyikan nada ‘padam api puntuang’ kata
kakak. Setelah besar aku tahu itu lagu Auld Lang Syne.
Kemudian ada masa di rumahku hampir
setahun tidak punya jam dinding, hanya mengandalkan hape. Itu sekitar aku kelas
dua atau tiga SMP.
Jam dan ada pula dosen yang memperdebatkan antara jam dam
pukul. Jam sebagai satuan atau besaran. Jam berapa sekarang? Pukul berapa
sekarang? Berapa Jam UAS-nya? Jam satu satu jam.
5.
Kangen itu ilusi. Nah coba jawab ini
: Setelah mati, mau jadi apa ? Pertanyaan seorang boneka kepada dirinya sendiri
yang kain. Yang bisa jawab benar akan dikeprok oleh Master Tarno. Sekaligus
dibantu mati oleh Nietzsche sebab tidak tampak keilusiannya. #kuislailatulqadar
Kalau tentang ilusi ini aku ingat
Haris dan Nietzche. Haris karena ia pernah bilang bahwa sesudah tapi hanya ilusi. Kemudian Nietzsche
karena kutipannya tentang kebenaran ialah ilusi yang tidak tampak keilusiannya.
Barangkali ini ada efek juga aku tidak pulang kampung pada lebaran kali ini.
Ini juga terkait ketika fragmen Susan
muncul dalam benakku, Susan, Susan kalau gede mau jadi apa? Tentang frase jadi
apamelintas lagi imaji Mbah Tarno pesulap garing dengan rambut palsunya itu.
Kembali ke Nietzsche tentang keilusiannya.
6.
belajar membuat kalimat dalam bahasa
Inggris : Every people must have a past, but not future. Every one deserves
happiness, but not truth. Mungkin begini : Tiap orang suci punya masa lalu,
Tiap pendosa punya masa depan. Entahlah
Ini sebenarnya ditulis dan diserap dari dua orang yaitu
penjual Kamus Perancis Indonesia yang kubeli sekitar empat bulan lalu kemudian
Wahyu Nugroho dosen sosiologi yang menjadi kawan fb-ku-yang menulis buku
sosiologi eksistensialisme sartre itu. Sekaligus juga aku hendak menyemarakkan timeline
idul fitri akun line dengan cita rasa a la kehendak.
7.
ke mana harapan dan mimpi manusia
pergi setelah ia mati?
Pertanyaan ini muncul setelah aku menonton wawancara Richard
Dawkins di youtube.com lumayan lama sekitar 45 menitan. Kemudian teringat juga film
What Dreams May Come-nya Robin Williams.
8. Matahari di
atas Jembatan, Lebaran Hutan Impian
Rumput lebaran ingin menyalami
satu-satu setan yang baru saja
dilepas ikatannya oleh Tuhan
Rumput lebaran ingin menyalami
satu-satu insan yang baru saja
dianggap lulus ujian penyetaraan
Sapi-sapi tak sabaran mau main layangan di padang
bersama anak-anak tuyul hasil perkalian sungai dengan angin
Kapal terbang berharap mencoba menyaingi kapal selam dari sungai musi dan
makanan khas propinsi Palembang
hijau menghampar hijau menggelepar hijau belukar tempat bersemayam ular-ular
penggoda air mata di deras air sungai air danau air di mangkuk cekung kerinduan
Gelombang cahaya melintas berkelebat ke dalam smartphone
menandakan bulan baru mau berangkat ke dalam saku
tempat berkumpul bertimbun debu duka embun
Gelombang suara menguar di udara mencari rumah tempat siput
merangkak rindu
Gelombang nafsu mengakar menembus kelakar zakar yang berpijar di atmosfer
tubuh udara selimut jiwa
nah saatnya serius, setan sudah pura-pura bubar,
kambing sudah menyamar jadi tukang kebun dan cinta sudah menjadi lain
llin pun menjadi dingin seperti bunga lili
saatnya bercanda berpeluk mesra
dan saling mengecup a la a la
kalau dirasa belum cukup, tambakan doa
semoga semua puisi menyucikan makna
atas nama apa saja
Bandung, 2016
Rumput lebaran ingin menyalami
satu-satu setan yang baru saja
dilepas ikatannya oleh Tuhan
Rumput lebaran ingin menyalami
satu-satu insan yang baru saja
dianggap lulus ujian penyetaraan
Sapi-sapi tak sabaran mau main layangan di padang
bersama anak-anak tuyul hasil perkalian sungai dengan angin
Kapal terbang berharap mencoba menyaingi kapal selam dari sungai musi dan
makanan khas propinsi Palembang
hijau menghampar hijau menggelepar hijau belukar tempat bersemayam ular-ular
penggoda air mata di deras air sungai air danau air di mangkuk cekung kerinduan
Gelombang cahaya melintas berkelebat ke dalam smartphone
menandakan bulan baru mau berangkat ke dalam saku
tempat berkumpul bertimbun debu duka embun
Gelombang suara menguar di udara mencari rumah tempat siput
merangkak rindu
Gelombang nafsu mengakar menembus kelakar zakar yang berpijar di atmosfer
tubuh udara selimut jiwa
nah saatnya serius, setan sudah pura-pura bubar,
kambing sudah menyamar jadi tukang kebun dan cinta sudah menjadi lain
llin pun menjadi dingin seperti bunga lili
saatnya bercanda berpeluk mesra
dan saling mengecup a la a la
kalau dirasa belum cukup, tambakan doa
semoga semua puisi menyucikan makna
atas nama apa saja
Bandung, 2016
Nah kalaupuisi ini sebenarnya setelah membaca Museum
Penghancur Dokumen dan Mendengarkan intens album Strangedays-nya The Doors.
Terakhir ada pertanyaan yang belum kuposting di LINE, sebab malu.
0. Aku juga ingin bertanya mengapa cinta anak-anak disebut cinta monyet? Padahal anak-anak terkenal dengan kejujurannya. Aku curiga memang manusia tidak lebih jujur daripada monyet. Cinta yang mengharuskan begini begitu yang sudah dibangun sendiri konsep mestinya oleh orang dewasa. Nah jika memang dewasa identik dengan bijak mengapa menonton film dewasa dianggap tidak baik? Entahlah.
0. Aku juga ingin bertanya mengapa cinta anak-anak disebut cinta monyet? Padahal anak-anak terkenal dengan kejujurannya. Aku curiga memang manusia tidak lebih jujur daripada monyet. Cinta yang mengharuskan begini begitu yang sudah dibangun sendiri konsep mestinya oleh orang dewasa. Nah jika memang dewasa identik dengan bijak mengapa menonton film dewasa dianggap tidak baik? Entahlah.