Malin Kundang 2016
Malin Kundang 2016
Mudik adalah pulang kampung. Artinya
orang-orang yang pergi merantau baik karena mencari uang, mencari ilmu yang
nanti dipergunakan untuk mencari uang, mencari uang untuk menimbun kekayaan,
namun akhirnya menemukan kehidupan yang melampaui soal uang. Atau apapun
sinonim menyongsong kehidupan di masa yang akan datang. Kembali sejenak barang
beberapa hari ke daerah tempat orang tua atau tanah kelahiran dan air
bertumbuh.
Ada banyak orang yang menyebutnya
sebagai kampung halaman. Makanya mudik identik dengan pulang ke kampung. Tetapi apa artinya kampung ? Seolah
orang kota sajalah yang mudik. Bila tentunya ia bukan penduduk asli kota
tersebut. Ya, mungkin demikianlah adanya, mudik hanya kepunyaan perantau. Lalu
bagaimana dengan orang kota yang sedang ke desa? Entahlah. Siapa pula yang
begitu? Kota sudah menyediakan segalanya.
Kalaupun kampungnya adalah sebuah
kota di Pulau Jawa, tetap saja kita sebut ia pulang kampung, pulang ke kampung,
tetapi jangan tanyakan halaman berapa.
Dalam sebuah cerita rakyat di sebuah
daerah di pesisir Sumatera ada anak namanya Malin Kundang, Malin ini artinya
adalah orang baik-baik, alias alim atau malim. Mungkin diserap dari bahasa Arab
‘alim, mu’alim, orang yang berilmu. Ya orang yang berilmu tahu mana yang baik
dan buruk, tentu, namun menurutku tahu mana yang baik dan mana yang buruk tidak
otomatis membuat seseorang menjadi baik-baik, diperlukan setingkat kesadaran
yang lebih tinggi, sebut saja ia kebijaksanaan. Asumsikan saja, orang dahulu
berilmu pasti baik.
Malin merantau ke suatu negeri sampai
ia lama tak pulang. Konon kabarnya si ibu yang begitu rindu mendengar kabar
bahwa Malin sudah menjadi saudagar tajir di negeri seberang. Si Ibu antara
bahagia dan cemas. Ia bahagia tentu melihat buah hatinya mendapati kehidupan
yang sukses, cemas karena si anak tak pulang, pulang, jangan-jangan ada yang
janggal dengan kehidupannya semua itu. Siapa sangka kepulangan Malin adalah
bencana.
Aku kutip share-an seorang
kawan di sosial media tentang mudik ini. Begini kira-kira isinya : Jika mudik
membuat orang tuamu bahagia, maka mudiklah. Lalu tiba-tiba aku teringat malin
kundang. Kami sekampung.