Ketika Aku Hendak Berhenti Bertanya
Aku
ingin berhenti bertanya. Akan tetapi kenapa tidak kunjung juga bisa? Baiklah
kali ini inginku bertanya kepada Bung Karno. Tentang menggantungkan cita-cita
setinggi langit dengan tujuan pragmatik hipokrit sefti. Jika pun
terjatuh kau setidaknya masih tersangkut di antara bintang-bintang. Akan
tetapi tahu ‘kan ? Betapa panas itu bintang-bintang ? Alangkah pendaratan di
sana akan menimbulkan penyesalan yang mendalam ?
Aku
mengusulkan bagaimana kalau kita tak usah menggantungkan cita-citakepada siapa
pun selain diri sendiri ? Kita boleh mempunyai cita-cita tetapi jika cita-cita
yang kita bangun cuma hanya untuk menimpa dan meremukkan diri sendiri, apa
indahnya? Dimana estetiknya? Jika kita membuat rumah membangun istana yang
hanya akan mengungkung dan mendera kita di dalamnya, apa nikmatnya? Lebih
baik tak berumah dan beristana kalau begitu. Cita-cita itu omong kosong,
beranilah berbuat dan berbuat lagi. Lakukan dan coba lagi. Sekali hidup sesudah
itu lagi. Mengulang Senartogok, mati itu pasti, hidup apalagi.
Mungkin akan kedengaran
seperti orang yang depresif dan hidup tanpa tujuan. Entahlah
1 comments:
Write commentsKalau bintang-bintang sigap menangkap dan memeluk hangat ketika kau jatuh, tak mengapa. Sayangnya kau lebih sering tidak bisa menjaminnya. Sungguh celaka hidup ini, bahkan lintang gemintang mengajakmu berjudi.
Reply