buat hari nanti
maaf hanya sebuah
pemberontakan mungil
barangkali
buat hari nanti
hidup tinggal kata
tinggal makna
tinggal balada
tinggal trauma
buat hari nanti
tak ada hari
tak ada hati
tak ada lagi
selain diri, diri, diri
buat hari nanti
bakar saja hari ini
Bandung, 2015
kerupuk
terlempar saja aku bagai kerupuk
ke dalam mulut
mengambang lalu lembek dan
absurd
terasing saja adaku dalam hidup
lahir lalu girang dan
dijemput maut
aku bosan jadi kerupuk
sekali-kali izinkan aku jadi
sambal yang ngamuk
di setiap lidah makhluk
Bandung, 2015
Setrum senyum
: endah
Ada setrum di balik senyum
khasmu nan agung
terbentuk dari sungai rindu yang dibendung
dan ketika lepas
menghempas kincir sepanjang tahun
memutar dinamo perasaan
sampai mengalir
cinta bolak-balik
aku.kau.aku.kau.aku.kau
ada setrum di balik senyum
antikmu yang cantik
seumpama listrik, berjuta-juta volt ia menyambar batinku
Bandung, 2015
Pagi, lain kali mungkin
Duduk aku di pintu pagi
Sesudah mandi dan
gosok gigi
Sambil nyeruput kopi
Apa kabar pagi ?
Ucapku dalam hati
Apa kabar prenjak ?
Apa kabar murai ?
Apakah sudah kaudengar kabar
Mentari yang undurkan diri
Menyinari bumi
Mendengar berita
Ada gadis menangis
Di pinggir taman tepi jalan ?
Mendengar saja matahari sedih
Belum lagi menyaksikan cerita dan kisah lengkapnya
Air matanya yang tersembunyi
seperti sungai tenang
Tetap saja mengalir
Sebab tak ada yang bisa menahan
Sedih berkecamuk dalam diri
Maaf pagi aku ada janji
Mungkin kita bisa bercengkrama lain kali
Janjiku dengan kekasih ingin membangun jembatan
Dengan seribu ciuman dingin
Buat melintasi sungai takdir
Bila suatu saat perahu kami disulap oleh
Penyihir menjadi kertas
Atas nama harapan dan ekspektasi
Mohon izin
Kuingin berdiri sendiri
Bandung, 2015
Lebih dari itu, aku tetaplah manusia
Kendaraan lalu lintas pulang pergi
Dari kiri ke kanan dari kanan ke kiri
Ada mobil, motor, dan sepeda
Mobil angkot, motor vespa dan sepeda onta
Warna putih, warna merah dan hitam
Semua seumpama rasa
Yang berjalan membekas pada sejarah
Hidup yang abadi
Haru, gembira, kesal, dongkol, lara, dan duka
Puas, kecewa, luka, dan trauma
Lebih dari itu
Manusia-manusia berkehendak sesuka nafsu
Hati disingkirkan, moral diketepikan, rasa iba dimusnahkan
Tanah-tanah dibetonkan, bukit-bukit diratakan, hutan-hutan
dialihfungsikan
Sementara lahan digerus terus
Mata air dimampatkan ke dalam botol dan dijual kepada
manusia
Sawah ladang diganti perumahan, real estate dan
pabrik-pabrik atas nama pembangunan
Manusia-manusia maksa manusia kerja kera ! kerja kera !
Seumpama monyet yang diikat lehernya
Dan disuruh memanjat
kelapa buat tuannya
Manusia-manusia jadi raja manusia jadi kera
Manusia-manusia mabuk kekuasaan gila harta
Manusia-manusia merampas bumi setiap inci
Membikin injakan kaki dimana saja
Lalu aku bertanya, “Jika seluruh bumi diinjak
Kemana lagi kening akan bersujud ?”
Lebih dari itu
Tuhan di langit mana sedang tertawa
Bandung, 2015
Lamunan tentang serorang gadis
Di tengah lamunanku pagi ini
Melintas gadis yang kerap kubincangkan di puncak sunyi
Rambutnya sebahu, melengkung membungkus kepalanya ayu
Hitam, lebih daripada aspal jalan ganesha, lebih daripada
kilap cat honda jazz yang parkir di depan
kampus
Lengkung alisnya menjadi tebing licin kepada setiap mata
yang memandang, sehingga jatuh , terjun bebas ke jurang limbo kedalaman tatapnya
Berbaju atasan krem paduan khas matahari dan aura kulitnya
menegakkan bulu kuduk, menegangkan pembuluh darah
Rok hitamnya yang menyerap segala gelombang cahaya
Sempurna ia menjadi citra Tuhan yang nampak dan bergerak
Ingin aku beranjak dari sini
Melangkahkan kaki menghampiri dan memperkenalkan diri
Ah, aku berpikir lagi, sampai tiga kali
Bila sudah bertemu yang kucari
Apalagi yang mesti kuhidupi nanti?
Bandung, 2015
Hukuman malam kepada pemuda
Kenangan menjelma rantai
Mengikat leherku
Menggantungnya di atas pohon
Ditertawakan kawanan burung
Dan Waktu melompat, meloncat
Kegirangan di atas takdirku
Cahaya bulan melengkung bengkok
Mengenangmu tiada
Aku diserap dingin dihanyutkan angin
Resah meneriakkan rindu setinggi aspal
Kemana lolongan malam
mengapa cuma tersisa bisu
yang mengepung, menyergap habis segala ruang
Bayang-bayang pun
Tak ada..
Selain sebentuk luka dan trauma
Selain masa lalu selain rindu
Bandung, 2015
Kau yang nyata
Luka ibu jariku saat terburu-buru ingin menuliskan kerinduan
padamu
Kulit tergesek dengan tepi buku tulis
Gatal dan geli yang kurasakan
Perasaan manalagi yang belum kukhatamkan selain cintaku
padamu ?
Kitab mana lagi yang belum kubakar selain yang menceritakan
ujung pertemuan kita ?
Maut, waw, maut
Aku tak sedikitpun takut
Tak ada yang dapat merebut
Kau yang nyata
Bandung, 2015
Aku lebih sukai bumi daripada angkasa
Pagi ini prenjak teriakkan padaku : TERBANGLAH !
Hatiku menjawab di dangkalan lidah tepian bibir
Bukan hanya sayap yang tak mau kukepak
Lebih sukaku pada bumi yang penuh luka berjejak
Daripada angkasa yang penuh nafsu memburu
Bandung, 2015
Jauh-jauh
Sejauh khayal berkumandang, sejauh angan menelanjang,
sejauh-sejauhnya, disana tempatku sembunyi diburu rindu
Alamak sejauh-jauhnya apapun kita, selalu ada cinta dan
kasih sayang
Percakapan panjang
Yang cair dan hangat
Malam itu
Ternyata hanya mimpi
Namun entah mengapa
tak sengaja jadi nyata
Dalam kegembiraanku yang kompleks
Dan interpretasi atas koneksi
Tak terbatas dua manusia
Terima kasih
Terima kasih
Terima kasih
Bandung, 2015
dari Subagio Sastrowardoyo
Kucoba menggali gurun pasir
Mengalamatkan diriku pada
Setiap bingkah sumber pola keharuan hidup
Diajak nyanyi seruling menemui Tuhan
Kupilih menghunjam bukit, terpecah sempurna
Daku melawan dalam ya robbal ‘alamin
Bandung, 2015
Menolak Malam
Adzan maghrib berkumandang,
matahari terbenam dibarat
Bumi bagian dudukanku tak jadi gelap
Sebab saklar lampu yang ditekan membuat nyala cahaya
Lalu apa semua ini ada hubungannya? denganmu?
Tidak tahu
Yang jelas, malam akan membawaku kepada seluruh ingatan,
segala kenangan, rindu makin menusuk semakin malam semakin merasuk.
Aku tak ingin malam. Apa daya. Kau tak bersamaku di sini.
Aku tak ingin rindu. Apa kuasa. Kau tak disampingku hari
ini.
Aku serba tak ingin. Kecuali dirimu.
Bandung, 2015
Sebelum
Sebelum
Sebelum aku memutuskan untuk pergi
Sebaiknya kau sediakan seribu tisu
Buat mengelap air matamu
Biar tak banjir di jalan panjangku
Sebab itu sungguh mengganggu
Sebelum aku berangkat
Sebaiknya kau ucapkan selamat
sebab aku tak lahir dan mati dua kali
sebab aku tak lahir dan mati dua kali
Sebelum semua telanjur
Ada baiknya kau melebur
Dalam tangis dan haruku...
Bandung, 2015
[Resensi Buku Novel] Merahnya Merah (1968)
Judul :
Merahnya Merah
Penulis :
Iwan Simatupang
Penerbit :
PT TOKO GUNUNG AGUNG
Cetakan :
XIII, 1996
Tebal :
124hlm
Harga :
Rp150.000
Tokoh Kita ini mempunyai sejarah
yang cukup panjang. Sebelum meletusnya revolusi fisik, Tokoh Kita ini adalah
seorang calon rahib. Selama revolusi, beliau merupakan seorang komandan kompi.
Di akhir revolusi, beliau menjadi algojo pemancung kepala pengkhianat-pengkhianat.
Akhirnya sesudah revolusi, tokoh kita masuk rumah sakit jiwa.
Kedatangan Tokoh Kita dalam
komunitas kaum gelandangan itu cukup mendapat perhatian para anggota
gelandangan. Dia cukup dianggap dan dihormati serta dicintai oleh beberapa
diantara penghuni komunitas itu. Maria adalah salah seseorang yang mempunyai
perhatian lebih terhadapnya. Maria, yang dalam komunitas kaum gelandangan ini
dianggap sebagai sebagai ibu dari sekian para wanita setengah baya yang punya
sejarah hidup yang kelam.
[Resensi Buku] Kering (1972)
Resensi Buku Novel Kering
Hidup Mesti Terus Meski Misterius
Judul :
Kering
Penulis :
Iwan Simatupang
Penerbit :
CV HAJI MASAGUNG
Cetakan :
IV,1989
Tebal :
168hlm;21cm
Harga :
Rp150.000,00
Novel ini bercerita tentang
seorang mahasiswa berotak cemerlang, atas kehendaknya sendiri meninggalkan
bangku kuliah. Ia tidak puas dengan sistem dan materi pendidikan yang
diterimanya. Pergi bertransmigrasi, juga atas kemauannya sendiri.
Kemarau yang sangat panjang
mendatangkan kesengsaraan bagi seluruh penduduk. Rumput-rumput merunduk layu,
satu persatu mata air kering. Satu demi satu enduduk meninggalkan desa
pemukiman yang hampir mati itu. Satu-satunya yang masih tinggal hanya Tokoh
kita. Tapi akhirnya ia kalah dengan musim dan terlempar ke kehidupan kota.
Sampai akhirnya Tokoh kita satu kali menerima harta warisan yang banyak dari
kematian teman dekatnya. Uang itu lalu ia gunakan untuk membangun satu kota
transmigrasi. (http://www.goodreads.com/book/show/3005671-kering)
[Resensi Buku] Antologi Puisi Isyarat oleh Kuntowijoyo (1974)
Resensi Buku
Antologi Puisi Isyarat oleh Kuntowijoyo
Judul :
Isyarat. (Sajak-sajak 1974)
Penulis :
Kuntowijoyo
Penerbit :
Pustaka Jaya
Cetakan :
I, 1976
Tebal :
84 hlm
Harga :
Lupa
Dalam “Maklumat Sastra
Profetik”-nya Pak Kunto menjelaskan: “Keinginan saya dengan sastra ialah
sebagai ibadah dan sastra yang murni. “Sastra ibadah” saya adalah ekspresi dari
penghayatan nilai-nilai agama saya, dan sastra murni adalah ekspresi dari
tangkapan saya atas realitas “objektif” dan universal. Demikianlah, “sastra
ibadah” saya sama dan sebangun dengan sastra murni. Sastra ibadah adalah
sastra. Tidak kurang dan tidak lebih.”
[Resensi Buku] Enigma Wajah Orang Lain (2015)
Resensi Buku Enigma Wajah Orang Lain
Eksistensialisme Religius
Judul :
Enigma Wajah Orang Lain(Menggali Pemikiran Emmanuel Levinas)
Penulis :
Thomas Hidya Tjaya
Penerbit :
KPG
Cetakan :
I, Februari 2015
Tebal :vi+172hlm;13
cmx19 cm
Harga :
Pinjaman Dari Syaikh Fauzan Al Anwari
Romo Magnis mengatakan bahwa
Levinas berusaha berfilsafat dengan kosakata yang belum digunakan manusia, ia
berfilsafat tentang sesuatu yang sesungguhnya tak dapat dikatakan atau
dituliskan. Alhasil, Levinas berputar-putar menggunakan terminus yang
sesungguhnya tak memadai melainkan sekadar “mendekati”. Namun tukas Romo
Magnis, bila kita tekun mengikuti alur pemikirannya, kita akan segera
mengetahui maksud Levinas.(Wahyu Budi Nugroho) http://kolomsosiologi.blogspot.co.id/2014/05/mengeja-eksistensialisme-emmanuel.html)
Dalam buku Enigma Wajah Orang
Lain Levinas menjelaskan tentang kesadaran dan wajah. Beberapa tema dalam buku
ini berkaitan dengan relasi subjek objek. Seperti contoh yang dikemukakan oleh
Levianas bahwa manusia mengungkapkan dirinya berbeda pada saat ada wajah orang
lain atau tidak ada wajah orang lain. Wajah yang dimaksud disini bukanlah wajah
muka yang terdiri mata pipi hidung mata dan kening. Atau permukaan kepala
bagian depan. Akan tetapi wajah adalah kehadiran kesadaran orang lain. Manusia
akan merasa perlu menampakkan dirinya yang berbeda bila ada wajah orang lain.
Misalnya manusia bila sendiri dalam kamarnya ia bisa saja menari tidak karuan,
telanjang dan berekspresi semaunya. Namun bila ada kesadaran yang hadir disana
selain dia, maka dia akan menampakkan sesuatu yang berbeda. Yang bisa jadi
merupakan kehendak dari yang lain itu. Dia akan berusaha menampakkan atau
mewujudkannya.
[Resensi Novel] Ziarah (1969)
Hidup sajalah jangan banyak Cingcong
Judul :
Ziarah
Penulis :
Iwan Simatupang
Penerbit :
Djambatan
Cetakan :
VI, 1997
Tebal :
142 hlm;21cm
Harga :
Rp150.000,00
“Tentang Ziarah
saudara, saya merasa kagum dan menganggap perlu menerbitkan segera...(Surat H.B
Jassin pada Iwan Simatupang, (26/6/1963)”...karena akan membuka halaman baru
pula dalam kesusasteraan Indonesia seperti halnya tempo hari dengan puisi
Chairil Anwar.” (Surat H.B Jassin pada Iwan Simatupang 16/7/1963)
“Suatu novel sangat
interesan dengan tema yang pada dasarnya sangat sederhana sekali, tetapi
memerlukan pengetahuan psikologis dan intelek untuk dapat mengungkapkannya.
Novel ini dapat dinakaman parodi atau satire.” (Gajus Siagian, 1963)
OHU dan Malamnya 29 Agustus 2015
Dyno sedang praktik ilmu yang diperolah dari Chef Marinka |
Sedang persiapan Open House Unit LS alias Lingkar Sastro eh Sastra |
-Rencananya tampil di panggung utama. Membawakan
musikalisasi puisi Aku Chairil Anwar bersama Isan. Gitar sudah dibawa, senar
sudah di stem. Latihan juga sudah. Tetapi jadwal beruba
-Bakda magrib Conoik datang. Aku kebetulan sudah selesai
acara OHU.
-Makan Pecel Lele 88 di depan kampus. Ada yang memesan Ayam
Cola. Yang ternyata adalah menu kaki lima sebelahnya.
-Main
-Tidur
-Futsal Pagi (tidak ikut)
-Malamnya nongkrong di angkringan DU.
-Perpisahan Fadil sebagai Mahasiswa ITB
-Syukuran Fadil sebagai Pekerja Krakatau Steel (Untung Bukan
Pekerja Steel
Krakatau)
-Fadil yang traktir (Surprise
!!!)
FYI ini adalah makan
pertama hari ini sebab dari pagi cuma minum. Siang tidur sampai sore.
-Pagi memasak ria bersama Chef Dyno. Chef dadakan
dari Jatinangor.
-Padahal akan aku gurunya Chef Marinka. Tapi tidak apalah yang lebih muda mengalah. Maklum
saja.
-Makan nasi goreng ft rendang ongeh.
-Mengantar motor ke Maranatha
-Pulang naik GO-JEK. Ke balubur. Dyno ke Arnes, dan aku
pulang ke kosan.
Selesai dan Bersambung
Malam Minggu di Jatinangor Lagi-lagi (5-6 September 2015)
Ini suasana nonton Jerman VS Polandia, tetapi bukan penyebab Perang Dunia II |
Malam Minggu di Jatinangor Lagi-lagi (5-6 September 2015)
Ini saat aku duduk di bawah pohon di atas semen, di bawah langit, di hamparan kesunyian |
Realisasi Mimpi,
Transformasi Diri dan Apalagi? Hidup Memang Begini
Siang itu hari Jumat, 4 September
2015. Dalam tidur siang aku bermimpi. Mimpi yang sederhana : Aku dalam mobil
menuju Jatinangor. Aku tidak ingat dimana awal mimpi itu dimulai. Juga tidak
tahu darimana aku tahu bahwa mobil itu menuju Jatinangor. Semua berkat
kebangunanku dan persepsi itu. Esse est
percipi, kata orang bijak dari luar negeri (Sepertinya diperlukan semacam
Epistemologi Mimpi/ Filsafat bawah Sadar dan jangan-jangan Pak Sigmund Freud
sudah bikin dan aku tak tahu).
Entah via koneksi apa, mungkin melalui
neuron. Aku jadi ingat kawan Haris yang dulu pernah bercerita tentang mimpi.
Begini ceritanya. Sila membaca.
meracau saat malam hari
Bermula dari secangkir kopi, percakapan membentang sepanjang malam. Apa yang tidak bermula selain Dia? Aku dan mereka adalah dunia. Dan Dialah pemiliknya. Semua yang ada dan tidak ada termasuk dalam daftar invetaris singgasana-Nya.
Apa yang kurang dari kita manusia?
Celakalah Orang yang Memahami Ayat Celakalah Orang yang Shalat yaitu Orang-orang yang Lalai dalam Shalatnya dengan Sepotong-sepotong
Sepagi ini sudah ada yang membagikan link berita di facebook
Saya tertarik ikut membacanya
sebab judulnya menarik. Paham Liberal masuk Sekolah. Intinya begini, ada rencana
sebuah acara training untuk anak SMA dan SMK di Jakarta. Lalu materinya ada
pada sebuah buku yang isinya dinilai kontroversi. Masyarakat mengecam lewat
whatsapp (tetapi tidak dijelaskan masyarakat mana).
Catatan Masa Libur di Kampung # Ironi Kehidupan
Dua hari yang lalu, ada
seorang anak yang meninggal terlempar dari truk. Ia adalah salah satu dari
banyak orang yang menaiki truk bak terbuka. Truk itu mengangkut mereka ke
tempat wisata. Tradisi H+2 Lebaran Idul Fitri, orang-orang pergi jalan-jalan.
Mereka baru balik dari pantai. Dalam perjalanan pulang, dia terlempar dari bak
truk. Anak kelas 5 SD yang duduk di atas truk itu jatuh saat truk sedang
menikung tajam dengan kecepatan tinggi. Kepalanya terbentur batu, pecah lalu
meninggal di tempat kejadian. Ternyata malaikat sudah menunggunya di sana.
Langganan:
Postingan (Atom)
Cari Blog Ini
Labels
Popular Posts
-
Judul : Manusia Indonesia (sebuah pertanggungjawaban) Penulis : Mochtar Lubis Penerbit : Yayasan Pu...
-
Resensi Buku Novel Merahnya Merah Judul : Merahnya Merah Penulis : Iwan Simatupang Penerbit ...
-
Resensi Buku Novel Kering Hidup Mesti Terus Meski Misterius Judul : Kering Penulis : Iwan Sima...
-
Puisi-puisi Kahlil Gibran Tentang Waktu, Cinta dan Persahabatan WAKTU Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?…. Kau ingin men...
-
Resensi Buku Novel Orang Asing (1942) Judul : Orang Asing (Judul Asli : L’Etranger) Penulis : Albert Cam...
Archive
-
►
2018
(3)
- ► April 2018 (1)
- ► Maret 2018 (2)
-
►
2017
(31)
- ► November 2017 (1)
- ► September 2017 (2)
- ► Agustus 2017 (1)
- ► April 2017 (1)
- ► Maret 2017 (8)
- ► Januari 2017 (5)
-
►
2016
(132)
- ► Desember 2016 (8)
- ► November 2016 (3)
- ► Oktober 2016 (4)
- ► September 2016 (8)
- ► Agustus 2016 (15)
- ► April 2016 (16)
- ► Maret 2016 (5)
- ► Februari 2016 (15)
- ► Januari 2016 (34)
-
▼
2015
(206)
- ► Desember 2015 (11)
- ► November 2015 (20)
- ► Oktober 2015 (24)
-
▼
September 2015
(32)
- Untuk besok
- kerupuk
- Setrum senyum
- Pagi, lain kali mungkin
- Lebih dari itu, aku tetaplah manusia
- Lamunan tentang serorang gadis
- Nanti saja
- padamulanya cari dan mengulang lagi
- Hukuman malam kepada pemuda
- Bagaimana lagi
- Tamasya
- Siklus
- Tidur
- Kau yang nyata
- Kiamat Makrifat
- Asumsi Cinta
- Aku lebih sukai bumi daripada angkasa
- Jauh-jauh
- dari Subagio Sastrowardoyo
- Menolak Malam
- Sebelum
- Subuh
- [Resensi Buku Novel] Merahnya Merah (1968)
- [Resensi Buku] Kering (1972)
- [Resensi Buku] Antologi Puisi Isyarat oleh Kuntowi...
- [Resensi Buku] Enigma Wajah Orang Lain (2015)
- [Resensi Novel] Ziarah (1969)
- OHU dan Malamnya 29 Agustus 2015
- Malam Minggu di Jatinangor Lagi-lagi (5-6 Septembe...
- meracau saat malam hari
- Celakalah Orang yang Memahami Ayat Celakalah Orang...
- Catatan Masa Libur di Kampung # Ironi Kehidupan
- ► Agustus 2015 (26)
- ► April 2015 (29)
- ► Maret 2015 (8)
- ► Februari 2015 (10)
-
►
2014
(57)
- ► Desember 2014 (6)
- ► November 2014 (4)
- ► Oktober 2014 (2)
- ► September 2014 (11)
- ► Agustus 2014 (4)
-
►
2013
(83)
- ► Desember 2013 (1)
- ► November 2013 (6)
- ► Oktober 2013 (1)
- ► September 2013 (13)
- ► Agustus 2013 (3)
- ► April 2013 (6)
- ► Maret 2013 (10)
- ► Februari 2013 (11)
- ► Januari 2013 (2)
-
►
2012
(62)
- ► Desember 2012 (9)
- ► November 2012 (1)
- ► Oktober 2012 (4)
- ► September 2012 (5)
- ► Agustus 2012 (7)
- ► April 2012 (6)
- ► Maret 2012 (11)
- ► Februari 2012 (1)
-
►
2011
(27)
- ► Desember 2011 (5)
- ► November 2011 (1)
- ► Oktober 2011 (1)
- ► September 2011 (15)
- ► Agustus 2011 (3)
- ► Maret 2011 (1)
-
►
2010
(112)
- ► Desember 2010 (7)
- ► November 2010 (4)
- ► Oktober 2010 (10)
- ► Agustus 2010 (11)
- ► April 2010 (11)
- ► Maret 2010 (11)
- ► Februari 2010 (2)
- ► Januari 2010 (24)
-
►
2009
(37)
- ► Desember 2009 (5)
- ► November 2009 (19)
- ► Oktober 2009 (9)
- ► September 2009 (4)
About
Blog ini merangkak sejak 2009. Ditukangi secara santun oleh Asra Wijaya nama akun facebooknya. Di usia segini beliau sudah besar dan ingin jadi penulis. Amin. Mudah-mudahan bermanfaat, kalau tidak maka kreatiflah :-)