Catatan Liburan Akhir Tahun 2015 #10
8 Januari 2016
Akan
meninggalkan Jogjakarta
Kereta
Pasundan jurusan Jogja Bandung, Lempuyangan Kiara Condong, kelas ekonomi sudah dipesan Jul Senin
lalu. Harganya 100 ribu. Terhitung
murah bila dibandingkan dengan Okie dan Haris yang pulang naik bus 170 dan 185 ribu. Kereta
jam 2 siang. Dan di tiket dijelaskan
bahwa sampai di Kiara Condong jam 23.19. Jam sepuluh kami sudah selesai mandi.
Aku dan Jul mau beli oleh-oleh dulu, ke Bakpia di samping school of rock-nya
Ahmad Dhani itu. Pukul 11 aku dan Jul berangkat naik motor KLX
Sam. Sepulang dari sana kami sempatkan membeli sarapan siang. Sarapan yang
dirapel dengan makan siang. Aku, Jul, Robi, Mas Miqdad dan adiknya, dan Sam
segera menyantap makan siang yang sederhana itu. Nasi sayur dan tahu dan tempe.
Kami makan bersama. Nasi digelar keempat bungkusnya dan lauknya ditumpah dan
makan bersama, seperti yang pernah sebelumnya, pas hari pertama aku di jogja.
Waktu itu dengan daun pisang, sekarang sudah tidak sempat lagi, sebentar lagi
jumatan. Setelah habis. Kami berangkat Jumatan di SMK Muhammadiyah, tidak jauh
dari kosan.
Mesjid
penuh, jadilah anak muda yang kreatif itu menggelar tikar di depan ruang kelas
mereka di seberang masjid. Kami segera duduk disana.
Pukul
Satu. Aku dan Jul diantar oleh Ki Kaboet dan Sam menuju stasiun Lempuyangan. Sebelumnya
Pamit dulu ke UGM, Jul-lah
orangnya. Dia ke unit kesehatan itu dulu. Mungkin ada yang mau dia sampaikan.
Di
Stasiun Lempuyangan. Ramai sekali.
Angkutan kereta api memang laris sepertinya. Ini adalah kedua kalinya aku naik
kereta, setelah sebelumnya naik kereta Prameks dari Solo ke Jogja dalam minggu
yang sama. Sam mengeluarkan Go Pro nya. Itu juga kali kedua kami maupun aku
berfoto di Jogja. Ki Kaboet dan Sam melepas kami di stasiun ini. Sempat
bercanda ria. Sampai jumpa. Aku dan Jul masuk ke apa namanya itu,
ruangan tunggu kereta. Keretanya belum datang ternyata, Aku dan Jul menunggu selang lima menit keretanya
datang. Dan kami masuk gerbong 4.
Di
dalam kereta ada seorang ibu yang kelihatan dari logatnya adalah orang indonesia
bagian timur. Kupang kukira. Dan memang ternyata Kupang. Beliau pertama naik
kereta mau ke Bandung,
juga merupakan yang pertama. Jadilah dia agak khawatiran dan cemas. Hahaha. Dia
sangat ramah dan ya begitulah. Sepanjang siang kuhabiskan dengan tidur
sementara Jul membaca buku. Ia mencoba memahami buku Mite Sisifus yang barusan
didapatnya di Jogja. Sembari bercakap dengan 2 orang wanita di depan kami. Dari
pembicaraan mereka, kudengar salah satunya adalah mahasiswa anak AIESEC yang
sudah pernah ke Rumania. Hmmm. Mereka akrab sekali. Karena ekonomi, menurut
keterangan Jul, kereta ini akan sering berhenti, sebab apabila ada kereta
Bisnis dan Eksekutif akan didahulukan, aku tidak ingin tahu teknis lebih lanjut
biarlah.
Malam
tiba. Untung sejak sore
tadi lampu sudah dihidupkan oleh petugas. Benar juga kata Okie, naik kereta,
itu lebih nyaman daripada bus. Sebab dengan goncangan yang lebih sedikit dan
tidak ada pengereman mendadak dan belokan tajam. Ada lampu lagi. Intinya di
dalam kereta bisa membaca buku. Malam hari aku keluarkan novel Alenia oleh-oleh dari Ki Kaboet. Aku
menamatkannya. Ceritanya asik. Sesampai di Bandung, aku bertekad membuat
resensinya dan itu sedang berlangsung saat aku menuliskan catatan ini.
Kereta
sering berhenti. Kadang lampu merah dan kadang stasiun. Sampai di Stasiun Kiara Condong kira-kira jam
setengah dua belas. Terlambat kira-kira sepuluh menit dibandingkan dengan waktu
yang tertera pada karcis. Aku menawari Jul untuk tidur di kosanku saja,
Plesiran, tapi ia tetap bersikeras mau pulang ke Cimahi. Di stasiun kami berpisah. Ia naik angkot
ke Leuwi Panjang sementara aku naik angkot ke Kalapa. Dan nanti akan melanjutkan
dengan Kalapa-Dago. Karena penumpangnya cuma aku, jadilah angkot itu
ngetem lagi. Aku tidak ingin kesal, sebab rugi juga kalau angkot ini cuma mengantar aku ke Kalapa.
Tetapi setelah seperempat jam kukira, sopir ini tetap menjalankan angkotnya. Di
tengah jalan naiklah dua orang perempuan.
Angkot
berbelok belok ke jalan-jalan yang belum pernah kulalui sebelunya. Karena ini
tengah malam di Bandung,
jadi tidak macet. Satu jalan yang kuingat adalah Jalan Gatot Subroto,
angkot ini melewati jalan itu. Dan di entah jalan mana. Dua perempuan di
depanku itu turun. Satu orang langsung pergi membelakangi angkot dan satu lagi
mengulurkan uang 5000 dan langsung lari. Sopir yang melihat itu lalu kesal. Ia
memeriksa kembali lembaran uang 5000 itu, seolah tidak yakin dengan penglihatannya
sebelumnya. Lalu ia memencet-memencet
klakson mobil, dan dua perempuan itu langsung mempercepat langkahnya, sopir
mengklakson berulang dan membuka pintu, ia keluar dari angkot menuju dua
perempuang itu, dan dalam waktu
yang bersamaan dua perempuan itu sudah tungang langgang, melarikan diri. Lalu
dia istighfar, sopir angkot itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu kujawab,
biar saya saja yang bayar. Lalu aku dan sopir itu berdua dalam angkot itu
menuju kalapa. Aku diturunkannya di Jalan Pungkur. Menunggu angkot Kalapa Dago.
Sudah lebih dari setengah jam, tidak ada Kalapa-Dago yang lewat, kuputuskan
untuk memesan GOJEK saja. Tidak sampai 10 menit driver Gojek tiba, ia mengantarku
melewati Jalan braga,
yang terhitung lengang dan melewati jalan-jalan yang familiar, macam Hariang Banga, Tamansari. Dan sampai di Balubur.
Aku
jalan kaki ke kosan. Sampai di kosan. Bandung. Episode liburanku menyenangkan.