Hari ini hari sabtu. Langit kelabu macam korteks di otakmu
Bumi merah jambu bak langit-langitmu
Hari ini aku berdiri di atas buku kenangan di atas bukit di
dekat matahari
Membacakan puisi dan doa dan pesan dan segala rindu
Ingin menuntaskan hari-hari sebelum minggu
Karena mungkin minggu sudah menjanji takdir biru yang baru
dan bukan kelabu
Kalimat pertama adalah lidahku yang kelu saat berbohong pada
diriku
Kalimat kedua adalah pikiranku yang kerap keliru menafsir
kode angin lembah
Kalimat ketigaku adalah perasaan yang beku sejak aku tahu
ini hari sabtu saat pertama kali aku menyaksikan dengan mata kepalaku tentang
kematianku di depanku
Sajak ini kutuliskan pada hari sabtu bukan karena hari ini
hari ketujuh bukan pula karena aku jenuh
Ada niat yang ingin aku tanam ada pesan yang hendak aku
kirimkan kepadamu.
Melalui angin lembah kepada buku kenangan kepada bukit
menuju matahari dan memancarkan padamu. Larik cahaya puisi dan doa dan pesan
dan segala rindu.
Apalah arti sabtu tanpa merah jambu dan kelabu di puncak
bukitku.
Apalah arti pertanyaan dan pernyataan tanpa kedamaian
Salam Sajak Sabar Sabtu kepada bukit yang mengangkat
matahari kepada angin lembah yang berhembus. Kita semua ciptaan-Nya dan akan
kembali kepada-Nya juga.
Maka tak pantaslah kita
berseteru
Forgive me
Sudah lama sekali rasanya aku tidak menuliskan puisi. Ibarat
selama aku tidak mendapatkan pemandangan sempurna dari senyum manismu. Mungkin
waktu ku tidak akan sampai lagi kepada waktumu yang selalu berlari jauh
membelakangiku.
Aku ingin mengatakan sesuatu. Tidak sengaja aku malam ini
membuka google dan bertemu dengan blog seseorang. Aku rasa ada yang menuntunku
untuk membaca kalimat-kalimat itu. Sekalipun aku tidak berharap itu tidak
terjadi, tetapi hati membenarkan. Biarkan aku akan mengutipnya sebagai pesan
dan kesan untukmu. Semoga aku bisa mewujudkan kebenaran dari apa yang akan
kuucapkan.
Forgive me for loving you too much. And I had forgive you for not loving me enough
Bayangan
Seperti membayangkan
yang duduk disampingku
Bila hidup sudah sempurna dan tanganku bertemu tangannya
dalam kasih sayang yang bersatu.
Seperti, inilah rasanya surga. Kalau didunia. Dengan akal
yang terbatas dan nikmat yang diturunkan.
Rasanya sudah cukup separuh nyawa. Hidup tak mengapa lagi
mati.
Ya Tuhan
Ya Tuhan. Aku memohon pada-Mu
agar, aku tidak akan pernah menyalahkan-Mu
Atas nikmat perasaan yang kau
berikan.
Sesungguhnya aku ingin menikmati
nikmat perasaan itu. Tapi apa daya setan menipuku
O, Tuhan lindungilah aku dari godaan setan.
Nurani apa mungkin Tuhan sematkan setan dalam senyum secantik itu.
Ngigau 10
Sayang, besok saja kita nikmati nada manis ini. Sekarang kita seruput saja kopi pahit ini. Mungkin bisa membuat malam kita lebih panjang dan mengasyikkan.
Sayang, besok saja kita habiskan cerita ini. Sekarang kita tulis saja dulu perasaan ini. Mungkin bisa menjawab carut marut dan pertanyaan menyayat hati.
Sayang, menurutku kita tidak bisa menunggu lama. Kita tidak bisa menunggu besok, mungkin saja besok hanyalah ilusi. Bagaimana kalau kita sekarang saja. Ya harusnya sekarang saja : Menjadi diri sendiri.
Bila nanti ada yang bertanya padamu. Biar aku yang menjawab.
Mau jadi apa kau nanti?
Bukankah diri kita akan tetap itu sendiri. Mengapa kita harus menjadi orang lain ? Kita terlahir sebagai satu. Kalaupun ada esok, kita harus tetap jadi diri kita.
Sayangku, diri sendiri. Kita nikmati saja nada manis ini, kita seruput saja kopi pahit ini, kita habiskan saja cerita ini, kita tanam saja bunga matahari itu sekarang. Siapa tahu hanya itu yang bisa kita lakukan hari ini.
Bila saja kita menunggu esok maka aku khawatir kita tidak bisa jadi diri sendiri.
Kepada diri sendiri yang harusnya disayangi oleh dirinya sendiri.
Sayang, besok saja kita habiskan cerita ini. Sekarang kita tulis saja dulu perasaan ini. Mungkin bisa menjawab carut marut dan pertanyaan menyayat hati.
Sayang, menurutku kita tidak bisa menunggu lama. Kita tidak bisa menunggu besok, mungkin saja besok hanyalah ilusi. Bagaimana kalau kita sekarang saja. Ya harusnya sekarang saja : Menjadi diri sendiri.
Bila nanti ada yang bertanya padamu. Biar aku yang menjawab.
Mau jadi apa kau nanti?
Bukankah diri kita akan tetap itu sendiri. Mengapa kita harus menjadi orang lain ? Kita terlahir sebagai satu. Kalaupun ada esok, kita harus tetap jadi diri kita.
Sayangku, diri sendiri. Kita nikmati saja nada manis ini, kita seruput saja kopi pahit ini, kita habiskan saja cerita ini, kita tanam saja bunga matahari itu sekarang. Siapa tahu hanya itu yang bisa kita lakukan hari ini.
Bila saja kita menunggu esok maka aku khawatir kita tidak bisa jadi diri sendiri.
Kepada diri sendiri yang harusnya disayangi oleh dirinya sendiri.
dalam sebuah kamar
dalam sebuah kamar.
terdapatlah berbagai jenis benda dan gambar. ada benda hidup ada benda mati dan ada benda gambar. benda
hidup seperti manusia dan semut dan bila ada malaikat dan iblis disana. mungkin
juga kecoa atau seekor singa dalam bentuk pikiran dalam kepala. aku terduduk di
sudut sebelah kiri melihat, mengamati benda benda dalam kamar. apakah ada
sesuatu yang bisa kuambil pelajaran dari mereka. pertama aku memerhatikan meja.
apakah sebenarnya yang mebuat beliau begitu sabar dan tabah menjalani hari. dia
tiada pernah berhenti menjadi rumah bagi buku-buku dan alat tulis dan bisa jadi beberapa barang lain diatasnya. aku beralih apa
yang membuat jam dinding yang tidak berhenti berputar selain elektron dalam
baterainya. Pasti ada sesuatu yang ia
rahasiakan. Aku beranjak, mataku melirik sekarang gambar, dua orang tersenyum di dinding.
menyiratkan perasaan yang sebenarnya atau bukan yang sebenarnya. dua wajah yang
terkurung atau tidak terkurung dalam kesedihan atau kebahagiaan. kemudian aku
berpikir apa yang membuatku berpikir dalam kamar ini.
Dear Pembaca Blog
Dear pembaca blog ini.
Akhir-akhir ini saya terobsesi membuat sebuah novel. Wah keren kan ? Selama ini
kan cuma bisa baca-baca novel nih. Kenapa gak nulis novel aja ? sekarang saya
mau buat langkah baru. Menulis novel perdana. Rencananya dalam novel yang pertama
ini akan mengambil setting di Norwegia, Rusia dan Indonesia. Saya mengerjakan
ini bersama seorang sahabat yang juga rekan yang bernama Cipta Althaf Ronaza.
Beliau ini adalah seorang pemikir yang bijak. Kalau teman-teman mau
mengontaknya, dia cukup gaul kok di fb dan twitter, jadi temans sekalian bisa
meng add-nya disana.
Postingan ini dibuat supaya bisa
menjadi motivasi buat saya sendiri atau juga mungkin teman-teman. Kalau kita
belum menemukan kisah atau cerita yang kita inginkan maka menulisnya merupakan
solusi satu-satunya.
Jangan lupa saya memohon
dukungannya supaya target 31 Desember 2013 tercapai. Sekadar bocoran, atau anak
gaul bilang spoiler, novel ini bercerita tentang persahaban dan pengabdian
kepada negara. Keren kan? Hehe. Nantikan saja ya.
Tokoh utama merupakan karakter
yang diadopsi dari teman penulis sendiri. Jadi rasakan dahsyatnya petualangan
beliau untuk berbakti kepada tanah air Indonesia diselingi dengan
masalah-masalah pribadinya berupa kisah asmara dan persahabatannya. Thanks
Stephen King Ft Frank Darabont
Entah mengapa saya kali ini ingin
menulis tentang dua orang yang saya kagumi. Dalam bidang mengarang cerita dan
mengadaptasi cerita kedalam film. Sebenarnya saya belum pernah sekalipun
membaca novel Stephen King. Namun dengan melihat film yang diadaptasi oleh
Frank Darabont. Saya yakin seratus satu persen bahwa Novel Stephen King adalah
novel yang berkualitas.
INTRO NOVEL MINAS
INTRO
Dengan
sigap ia membuka laman yang disebutkan Profesor Fridtjof dua belas menit yang
lalu. Jari-jarinya lihai menekan tuts laptop Acer. Seperti lidah seekor
Rana pipens kelaparan menyambar nyamuk betina yang sedang terbang rendah. Tekanan
tuts keyboard-nya menimbulkan
perubahan kapasitansi pada kapasitor, menghasilkan sinyal-sinyal listrik. Dalam
masa kurang dari satu mikrodetik, prosesor
intel di motherboard segera
menerjemahkan sang sinyal dalam bentuk visual, yang kita sepakati sebagai
deretan huruf. www.fridtjof-mahdi.com. Drama mengetik super cepat itu di akhiri
dengan satu ketukan. Enter.
Pak Cik Bram eps 3
Namaku Dan, Dani. Aku
dilahirkan dua puluh empat tahun silam di desa Lubuk Gading. Nun jauh di
pedalaman Sumatera. Jika kalian pernah ke Padang, maka kalian harus menempuh
perjalanan 300 km atau sekitar 6 sampai 7 jam dengan bus ke tempatku. Desaku
ini desa yang damai dan subur. Saking damai dan suburnya, para konglomerat dan
orang berduit bisa punya kebun sawit hingga ribuan hektar disini. Desa kami
tidak sempit tanahnya, tetapi masih belum luas pemikiran penduduknya. Bahkan
Aburizal Bakrie yang sekarang mencalon jadi presiden RI itu punya perkebunan
tidak kurang dari 15.000 hektare disini. Dulu pernah ada peristiwa yang
mengganggu kedamaian disini. Pertikaian tanah ulayat. Beberapa tetua kampung
menjual tanah ulayat itu kepada para tuan-tuan dari pulau seberang. Hampir
terjadi pertumpahan darah. Namun orang pulau seberang sedemikian hebatnya
melobi hingga akhirnya terjadi pertemuaan yang berakhir dengan kata ‘damai’.
Sumur Tua
Aku merasakan keraguan mendalam
tentang peristiwa sebelas tahun yang mereka maksudkan. Menurutku itu adalah
kiasan dari kekhilafan manusia. Silapnya mereka gegara persoalan yang mini
sehingga mereka menjadi kerdil dalam pertimbangannya. Sehingga banyak darah
yang tumpah.
Laki-laki itu menangis di pangkuan bundanya
Laki-laki itu menangis.
Bagiku ini adalah sebuah pemandangan langka. Sebab di film-film di novel dan
cerita-cerita pendek jarang sekali aku menyaksikan. Benar-benar langka. Pria
berusia 24 tahun itu terisak, suaranya parau. Weep-nya meluapkan segala
kesedihan itu. Disampingnya seorang ibu tua mengelus-elus punggung dan sesekali
mengusap kepalanya. Aku jadi ingat ibu menghiburku karena jatuh dari sepeda
waktu kecil dulu.
“Sudahlah nak. Allah pasti
akan berikan yang terbaik untukmu. Sabar, sabar.” Sang Ibu terus membujuk anak
lelakinya itu. Tangisannya sedikit berkurang. Nafasnya yang tersengal kini
mulai berangsur teratur. ”Dia memang bukan yang terbaik untukmu, Nak.
Allah pasti sudah merencanakan. Insyaallah penggantinya akan lebih baik Nak. Lebih
cantik hatinya, lebih mulia akhlaknya.” Selepas kalimat tersebut kulihat ia meneteskan
air mata. Sang ibu tidak tahan melihat anaknya merasakan kepedihan yang sangat.
Meski demikian sang ibu tetap tidak ingin menampakkan wajah sedih diantara
bulir-bulir air matanya. Kedua anak beranak itu menangis menghadapi takdir yang
Tuhan tuliskan. Dipeluknya erat-erat anak kesayangannya itu. Mungkin kalau
ayahnya masih hidup, tentu beliau pun tak akan tahan. Tentu akan luluh hatinya melihat anak
sematawayangnya itu menanggung kesedihan tak terperikan. Ia pun akan ikut
menangis. Atau apakah beliau juga sedang menangis di alam sana? Hanya Tuhanlah
yang tahu.
Ngigau 9
Bila saja mungkin,
Bila saja aku tidak pernah mengatakan ini padamu. Tentu aku tidak pernah merasakan perasaan yang macam begini. Bila saja aku tidak pernah mengutarakan ini padamu, maka tentu aku akan selalu timur dengan matahari di depanku.
Bila saja aku tidak pernah masuk kamar itu tentu aku tidak akan pernah bertemumu. Bila saja aku tidak memilih
Bila saja aku tidak memuja perasaan itu mungkin aku tidak akan pernah menjadi seorang penyair masa lalu seperti ini
Bila saja aku cuek, membiarkan udara, melewatkan angin lalu, mungkin saja sepatumu tidak akan pernah menginjak harapanku.
Harusnya kubiarkan saja ia tenggelam dalam kolam
Balada orang-orang tertolak.
Bila saja sekali lagi aku tidak pernah bertemu denganmu, mungin jalan hidup akan lain.Bila saja aku tidak pernah bertemu denganmu mungkin, ah hanya mungkin.Bila saja aku tidak akan bertemu denganmu.Mungkin aku akan meminta untuk tidak dilahirkan.Mungkin bila kau tidak ada.Akupun tidak akan diciptakan.Aku cinta mati kepadamu
Bila saja aku tidak pernah mengatakan ini padamu. Tentu aku tidak pernah merasakan perasaan yang macam begini. Bila saja aku tidak pernah mengutarakan ini padamu, maka tentu aku akan selalu timur dengan matahari di depanku.
Bila saja aku tidak pernah masuk kamar itu tentu aku tidak akan pernah bertemumu. Bila saja aku tidak memilih
Bila saja aku tidak memuja perasaan itu mungkin aku tidak akan pernah menjadi seorang penyair masa lalu seperti ini
Bila saja aku cuek, membiarkan udara, melewatkan angin lalu, mungkin saja sepatumu tidak akan pernah menginjak harapanku.
Harusnya kubiarkan saja ia tenggelam dalam kolam
Balada orang-orang tertolak.
Bila saja sekali lagi aku tidak pernah bertemu denganmu, mungin jalan hidup akan lain.Bila saja aku tidak pernah bertemu denganmu mungkin, ah hanya mungkin.Bila saja aku tidak akan bertemu denganmu.Mungkin aku akan meminta untuk tidak dilahirkan.Mungkin bila kau tidak ada.Akupun tidak akan diciptakan.Aku cinta mati kepadamu
Ngigau 7
Katanya sih mau melakukan lupa.
Tapi malah buka profilnya melulu
Katanya ish sudah sadar
Tapi belum bisa membedakan mana yang asumsi dan fakta
Katanya sih sudah dewasa
Tapi pola perasaan seperti anak kecil
Seharusnya semakin dewasa orang, semakin bijaklah ia, semakin besarlah ruang akalnya untuk menimbang mana yang benar dan mana yang kurang benar. Mana yang tangan kanan mana yang kedua tangan. Mana yang senyum dan mana kebencian yang seperti senyum.
Katanya sih mau melakukan lupa.
Semakin mau,, semakin ingat. O alam semesta, o atom carbon.
Kemana lagi aku sembunyi. Perlukah aku masuk ke cryogenic agar terlepas semuanya?
Perlukah?
Katanya sih semakin bertambah umur, semakin bertambah ingatan, semakin luas pula pandangan, semakin bijak bestari pula dalam bertindak.
Sekarang aku bertanya. Mana dulu logika yang tajam seperti mata samurai
Mana bukti bertambahnya usia, mana buktinya. Bahwa aku semakin jadi manusia.
Katanya sih begitu
Tapi malah buka profilnya melulu
Katanya ish sudah sadar
Tapi belum bisa membedakan mana yang asumsi dan fakta
Katanya sih sudah dewasa
Tapi pola perasaan seperti anak kecil
Seharusnya semakin dewasa orang, semakin bijaklah ia, semakin besarlah ruang akalnya untuk menimbang mana yang benar dan mana yang kurang benar. Mana yang tangan kanan mana yang kedua tangan. Mana yang senyum dan mana kebencian yang seperti senyum.
Katanya sih mau melakukan lupa.
Semakin mau,, semakin ingat. O alam semesta, o atom carbon.
Kemana lagi aku sembunyi. Perlukah aku masuk ke cryogenic agar terlepas semuanya?
Perlukah?
Katanya sih semakin bertambah umur, semakin bertambah ingatan, semakin luas pula pandangan, semakin bijak bestari pula dalam bertindak.
Sekarang aku bertanya. Mana dulu logika yang tajam seperti mata samurai
Mana bukti bertambahnya usia, mana buktinya. Bahwa aku semakin jadi manusia.
Katanya sih begitu
Pak Cik Bram eps 2
Apa
yang terjadi sebenarnya?
Pak Cik Bram punya cinta
sejati. Gadis impian, begitu aku mengistilahkannya. Agar mudah diidentitasi
kemudian. Pak Cik sudah akrab dengannya sejak kelas satu sekolah dasar dulu. Kelas
5 mereka mulai kirim-kirim surat. Kisah cinta monyet 70-an. Kucing-kucingan
untuk mencoba pacaran. Kemudian mereka mulai backstreet saat kelas 3 SMP.
Meskipun istilah backstreet pada saat itu belum lahir ke dunia mereka.
Tips Sehat Mahasiswa Kos-kosan
“Anda bisa
ganteng, cantik dan hebat juga pandai setinggi langit. Tapi tanpa kesehatan,
anda hanya seonggok daging yang tak berdaya” –-Anonim—
Kata orang bijak, kesehatan itu mahal harganya. So, sebelum baca
artikel ini, yuk bersyukur dulu karena masih bisa ngelakuin aktivitas hari ini.
So lagi yah, Jangan sia-siakan kesehatanmu sobat. Dalam tulisan ini akan
dibahas beberapa kebiasaan kecil yang mungkin bagi sobat semua biasa. Tapi
sebenarnya punya dampak besar kepada kesehatan dan kebugaran tubuh sobat semua.
Berikut beberapa kesalahan-kesalahan atau ketidakteraturan pola
makan dan perhatian terhadap kesehatan makanan yang berakibat buruk terhadap
kesehatan yang umumnya terjadi pada kaum mahasiswa terpelajar) khusunya yang
hidup kos-kosan. Lets Cekidot and Just Don’t Do it.
1. Melewatkan sarapan
Banyak orang yang masih belum menyadari arti pentingnya sarapan.
Mungkin bagi sebagian orang, sarapan berarti hanya mengisi makanan ke perut
saja. Padahal fungsinya tidak
hanya sebatas menjaga agar lambung tidak kosong saja, melainkan juga untuk
meningkatkan energi dan konsentrasi pada otak dan tubuh. Menyantap sarapan juga
membantu sobat agar tidak makan terlampau banyak pada siang hari. Ingat Bro n
Sistro. aksi tanpa logistik itu anarkis. Hehe.
2. Makan sebelum tidur
Menyantap makanan terlalu banyak atau menyantap makanan pedas,
berlemak dan minum kafein minimal 3 jam sebelum tidur dapat mengurangi kualitas
dan lamanya tidur lelap yang seharusnya sobat dapatkan. Akibatnya, esok hari Sobat
terbangun dengan tubuh lemas, lunglai, lesu, letih lemah dan tak bersemangat.
Para ahli mengatakan bahwa menyantap makanan berlemak sebelum tidur dapat
membuat kerja lambung menjadi lebih lambat alias lelet sehingga makanan masih
tetap tertinggal di lambung pada saat sobat tidur. Sedangkan menyantap makanan
pedas sebelum tidur dapat membuat perut Sobat serasa “terbakar” menjelang saat
tidur.
3.
Makan sambil melakukan kegiatan lain
Nah ini dia nih, sebaiknya dihindari. Selain terlihat tidak sopan, tapi makan sambil berbicara di telepon, bermain video game atau yang lebih parah, menonton TV, secara tak sadar dapat membuat makan lebih banyak. Jika melakukan hal ini, jangan heran jika angka timbangan sobat terus bertambah. Makan sembari melakukan kegiatan lain, akan membuat Sobat mengabaikan jumlah kalori yang Sobat santap. Apalagi jika sobat mengonsumsi snack favorit. Biasanya lebih sulit lagi menghentikan jumlah kalori yang terus masuk ke tubuh.
4.
Kurang minum air putih
Air putih alias air dokter sangat penting bagi kehidupan setiap
makhluk hidup di bumi. Namun yang tak diketahui oleh banyak orang adalah
bahayanya kurang minum air putih. Kurang minum air putih ternyata dapat membuat
proses metabolisme tubuh terganggu, contohnya adalah tubuh membutuhkan air
untuk membakar kalori, jika sobat kurang minum air putih, otomatis proses
pembakaran tak berjalan lancar. Sebaiknya, minum banyak air putih setiap hari.
Para ahli menganjurkan minum air putih minimal 8-10 gelas perhari untuk menjaga
kesehatan. Jika selama ini sobat senang minum soda, kopi atau minuman lain,
alangkah baiknya jika sobat menyingkirkan semua itu dan menggantinya dengan
minum air putih. Biasakan diri untuk meminum segelas air putih setelah bangun
dari tidur.
5. Kurang menyantap sayur
dan buah
Pak Cik Bram eps 1
“Kemana saja kau Bram ?”
“Apa saja yang sudah kau
perbuat di negeri orang ?”
“Mengapa gerangan kau
tinggalkan kampung ?”
“Apakah gerangan salah
kampung ini padamu?”
Sekarang sudah genap 42
tahun umur Pak Cik Bram. Pak Cik ku ini kabarnya sudah merantau dua puluh tahun lamanya. Ia pergi saat aku masih kecil.
Ibu bertanya kepada Pak Cik
Bram. Pertanyaan yang kemudian kutanyakan kembali saat aku dibawanya
jalan-jalan sore hari ke sudut-sudut desa kami. Empat pertanyaan itu kembali
kuulangi dengan menambah kata sapaannya.
Sama saja. Pak Cik Bram
tiada memberi jawaban. Beliau hanya tersenyum dan berkata. “Usiamu belum cukup untuk
memahaminya”
“Kalau ibu? Apakah umurnya
juga? Masih kurang? Padahalkan Ibu lebih tua daripada Pak Cik”
“Ia nanti kalau kau sudah
siap akan Pak Cik ceritakan”
Pak Cik menutup pembicaraan.
Aku pun mengerti. Tidak baik memaksa seseorang untuk menceritakan halnya.
11 Tahun Terjadi
“Genap sebelas tahun sudah
kejadian itu terjadi. Kakak masih ingat hujan dan petir menyambar membanjir
desa semalam sebelumnya. Tangis penduduk yang mengaliri pipi, membasahi
lantai-lantai kayu rumah panggung semalam setelah peristiwa itu menyelesaikan ceritanya.”
Cerita ini selalu diwariskan dari mulut ke
telinga. Dari mulut-mulut orang-orang tua kepada anak-anaknya. Biasanya cerita
ini disampaikan kepada mereka yang nakal. Barangkali bisa membuat takut mereka
mendengarnya. Begitu menurutku.
Pengen Hidup 100 Persen Aja
“Aku pengen hidup tanpa kecemasan
Jon”, katanya tegas. Ia tidak berhenti memutar-mutarkan telunjuknya di cangkir
kopi yang tinggal setengah.” Aku heran apa gerangan yang
membuatnya mengeluarkan kalimat sebijak ini. Buku apa yang habis dibacanya?
“Aku sudah bosan hidup dalam ketakutan
akan hari esok. Aku juga suntuk
menjalani kemonotonan dengan janji-janji masa depan yang belum tentu eksis.
Serta penyesalan masa lalu yang memburu, membuat hati serba gelisah dibuatnya.”
Ia melanjutkan.
“Aku ingin hidup hari ini saja. Berbuat sebaiknya. Semaksimal mungkin. Percuma saja menanam harapan untuk hari esok sementara kita tidak bekerja saat ini. Sia-sia.”
Menjemput kembali puzzle kenangan yang terserak di lingkaran 9 Kesatu
Ada masa-masa dalam hidup saat kita harus melewati sebuah cycle dan circle. Kita bergerak mengitari sebuah titik. Sadar atau tidak, bila kita tetap menjaga jarak konstan dengan titik tersebut maka akan terbentuklah sebuah lintasan lingkaran. Sebuah bentuk geometri yang membawa kita kembali ke tempat yang tidak berawal apalagi akhir.
Liburanku Tahun Ini Agustus 2013
Apa saja kegiatanmu saat liburan?
Libur
semester ini libur yang cukup panjang. Kuliah resmi ditutup pada sekitaran
minggu ketiga bulan Mei 2013. Setelah itu, awal Juni dimulailah semester
pendek. Semester pendek pertamaku kuliah di kampus ganesha ini. Aku terpaksa
mengikut perubahan kurikulum 2008 ke 2013. Kuambil lima sks 3 fenomena gelombang,
dan 2 dinamika sistem dan simulasi.
Dua
peritga hari liburku kuisi dengan agenda akademik. Aku belajar bersama
teman-teman seangkatan dan mengerjakan tugas bersama. Tidak lupa aku begadang
juga demi mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian-ujian.
Tepat
tanggal 28 Juli aku sudah berangkat meninggalkan Bandung. Dengan tiket pesawat
Tiger, bukan Garuda ataupun Merpati. Mengapa ya banyak armada penerbangan di
Indonesia menggunakan nama binatang? Siapa tahu saja esok akan ada kecoa atau
katak atau mungkin umang-umang. Aku sengaja memesan tiket pulang pergi
Jakarta-Padang, Padang-Jakarta sejak dua bulan sebelum keberangkatan. Semenjak
awal sp ditentukan dan akhir sp juga awal mulai tahun ajaran baru, aku sudah
membeli tiket harga termurah, setidaknya menurut pemantauanku selama hampir
seminggu. 340 ribu dan 430 ribu rupiah. Cukup murah untuk tiket pesawat menurut
pengalaman dan pengetahuanku.
Demi Tuhan I
“Rim..! Rim..! Buka pintunya..! Rim.! Rim...! cepat Rim....ini
aku!”
“Ya..ya sebentar” Aku beranjak banting badan menuju pintu,
sumber suara gaduh yang mengganggu.
“Wah kurus kali kau sekarang Bro. Btw ada apa gerangan? Jangan kuat-kuat lah kau gebuk pintu ini. Sudah jam sepuluh malam. Mengganggu tetangga”. “ Panjang ceritanya Rim. Mau pinjam motor, boleh ‘kan? Kelaparan nih, sudah tiga hari nggak makan” “Kau jangan tiru-tiru akting pengemis kayak di sinetron itu lah. Di film-nya sok miskin. Wah aslinya, miliarder. Mobilnya banyak menyumbang polusi dan macet. Stop tipu-tipu Bro” Aku membeo logatnya. Maklum logat Batak yang terkenal dan gampang dikenal. “Wah siapa pulak yang tipu-tipu. Aku ini mengatakan makna sebenarnya Rim. Denotatif. Tiga hari belum makan. Nanti aku jelaskan. Sekarang mana kuncinya ? Mau beli makanan dulu”
Kurogoh saku celana. “Bensinnya sudah sakratul maut itu.
Tolong kau selamatkan saja” sambil mengulurkan kunci Jupiter MX-ku. “Tenang
Rim, nanti aku bawa ke klinik dokter Boyke dia. ” “Gak lucu Bro, isi pertamax-98
aja”. “Ah aman lah itu” jawabnya berdamai.
Sempurnakan Kisah Hati Sebelum Matahari Terbenam
Sempurnakan kisah ini,
terakhir kalinya…..
sabdakan padanya, tatkala ia menyepi , sendiri,
saat ia sedih lirih
hadapakan gerbang waktu padanya
dalam gelombang cahaya putih
ajarkan ia tentang ilusi, tentang memaklumi puisi,
tentang hati yang selalu iri disini.
imajinasi yang berlebihanku ?
salahkah?
terakhir kalinya…..
sabdakan padanya, tatkala ia menyepi , sendiri,
saat ia sedih lirih
hadapakan gerbang waktu padanya
dalam gelombang cahaya putih
ajarkan ia tentang ilusi, tentang memaklumi puisi,
tentang hati yang selalu iri disini.
imajinasi yang berlebihanku ?
salahkah?
sebelum matahari terbenam,
rentangkan tanganku, biarkan aku melayang di atas awan- awan
Bersama muon- muon , larutkan elegiku.
Musnahkan khayalan kosongku
Agar nadi berarti.
Sempurnakan kisah ini sebelum matahari terbenam……
rentangkan tanganku, biarkan aku melayang di atas awan- awan
Bersama muon- muon , larutkan elegiku.
Musnahkan khayalan kosongku
Agar nadi berarti.
Sempurnakan kisah ini sebelum matahari terbenam……
Kalau Kau tidak Datang Aku akan Menangis 2
“Kalau
kau tidak datang aku akan benar-benar menangis.”
Ya
sudah aku rasakan kau tidak datang hari ini. Dan aku benar-benar menitikkan air
mata.
Aku
harus mengerti kaupun tentu punya alasan yang membenarkan ketidakhadiranmu.
Sampaikan
salamku kepada penyebab kejadian ini.
Aneh 2
Sosok
itu sekarang terbujur di ruang ICU. Tidak boleh ada orang yang masuk kesana kecuali
dokter dan orang tertentu yang sudah dapat izin dari petugas rumah sakit.
Begitu cepat rasanya waktu berlalu. Baru kemarin dia meneleponku, kemarin juga ia
terlihat riang gembira senang hati mengangkat trofi kemenangannya
tinggi-tinggi.
Padahal baru sekitar 24 jam ia merayakan perasaan senangnya.
Sekarang gadis itu harus tergelatak tidak sadarkan diri, membiarkan tubuhnya di
belit dengan slang-slang plastik, kabel-kabel yang rumit menempel di dadanya.
Mulut dan hidungnya di bungkusi songkok yang dihubungkan dengan tabung oksigen.
Mengenai
ruangan ICU, kemudian kuketahui istilah ini adalah singkatan dari Intensif Care Unit. Unit Perawatan
Intensif, menurut terjemahan bebas ku. Bila dibandingkan tingkatnya, ruangan
ini adalah setingkat diatas IGD(Instalasi Gawat Darurat).
Apakah
gerangan yang membuat dokter memindahkannya keruangan macam itu?
Mengapa tidak
di ruangan sebelumnya saja ? Kan aku lebih leluasa mengusap keningnya dan
memandangi wajahnya, sambil berdoa disampingnya atau membisikkan janji-janji
dan memanggil namanya?
Aneh I
Bandung
dingin benar malam itu. Anginnya menusuk-nusuk tulang tapak jari. Membekukan
kaki-kaki yang tidak berkaos kaki.
Aku
memacu sepeda melintasi Unpas, turun ke belakang BEC kemudian belok kanan,
mulai menanjak ke arah stasiun. Disinilah kejadian itu bermula.
Dalam
perjalananku kali ini aku disokong oleh dua lapis jaket. Pertama jaket timnas merah
putih dari bahan wol sintetis. Kemudian diluarnya jaket two face adidas hitam dan abu-abu.
Ngigau 8
Kalau
kau tidak datang aku akan menangis.
Manja
sekali kedengarannya. Aku balas; Sebenarnya aku ingin melihatmu menangis.
Dengan begitu, aku akan melihat ekspresi malaikat sedang meneteskan air mata.
Tapi bagaimana pula aku akan melihatmu menangis, bila aku sendiri tidak berada
disana? Menyalahi hukum alam bukan? Ibarat akan melihat mata berkedip secara realtime.
Baiklah
aku akan datang dengan satu syarat. Kau mau menangis untukku?
Begitulah
percakapan yang kudengar kurasa dan aku alami.
Aku
sangat menyayanginya seperti mungkin stetoskop menyayangi detak jantung.
Merindukannya seperti elektron yang selalu mengitari proton. Mencintainya
sepert alveoli yang menyerapkan oksigen.
Mencoba tidak Tunduk kepada Tuan Rutinitas
Hari
ini seperti biasa lagi. Sahur dengan teman-teman sekosan. Bangun pukul tiga
lebih lima lapan (03.58). Sahur jam
empat (04.00). Rutinitas. Aku terjebak dalam rutinitas yang kuciptakan sendiri.
Aku ikuti rutinitas dengan mata terbuka.
Terpikir
ide untuk menambahkan variasi, maka terwujudlah tulisan-tulisan ini supaya
kelak aku bisa ingat apa yang terjadi hari ini. Supaya hari esok aku dapat kembali
membaca catatan-catatan sambil tertawa kecil. Bisa dibaca oleh anak cucuku
kelak supaya mereka bisa mendapatkan pembelajaran bagaimana ayah dan kakek
mereka hidup dulu pada zamannya.
Malam
itu pukul 23.00 WIB Tanggal 12 Juli 2013. Aku tepat berumur 20 tahun, sejam
sebelum ini. Dua puluh tahun lebih enam jam pada saat aku menuliskan ini.
Sebentar, tunggu dulu. Azan subuh sudah berkumandang. Dengan tidak mengurangi
rasa sayang ku kepada kalian. Aku ke Salman dulu untuk memenuhi panggilan Allah
Yang Maha Kuasa, menunaikan kewajiban : Sholat subuh. Nanti insyaallah aku akan
sambung lagi.
Selamat Padaku Paduka
Pagi ini ku ingat disana. Ada diri yang lain. Ada
jiwa yang lain.
Selamat 20 teman. Kita adalah satu. Lama sudah
kolaborasi denganmu.
Seharusnya kita selalu mengucapkan selamat ulang
tahun kepada diri sendiri,
Bukan karena narsis dan memuja diri
Bukan untuk berbangga dan bersombong
Karena memang seharusnya kitalah yang terlebih
dahulu menghargai
Sebelum orang lain menghormati
Aku mengucapkan selamat ulang tahun padaku bukan
karena orang lain, bukan karena
alasan lain melainkan untuk menghargai diri
sendiri.
Selamat 20 tahun teman. Kita adalah satu.
Ramadhan kali ini.
Ramadhan
kali ini.
Agaknya
sedikit berbeda dari ramadhan sebelumnya dan ramadhan biasanya.
Tiada
lapar kurasa. Tiada dahaga. Tiada godaan-godaan yang menjerumuskan mata.
Ramadhan
kali ini.
Agaknya
berbeda.
Ramadhan
kali ini aku jauh dari keluarga, jauh dari ayah, ibu, adik dan kakak.
Tapi
rasanya baru kemarin aku bercanda dengan mereka, bercengkerama kadang
bersitegang karena perbedaan pendapat tentang sebuah cerita film.
Tapi
rasanya baru kemarin aku memeluk mereka, baru kemarin aku berpuasa dengan
mereka. Sahur bersama
Baru
kemarin rasanya, aku menunggu berbuka bersama keluarga.
Ramadhan
kali ini rasanya berbeda, tiada lapar kurasa, tiada dahaga dan tiada godaan
yang merusakkan mata.
Ramadhan
kali ini aku terduduk sepi menyesali beberapa.
Ramadhan
kali ini aku sudah tidak di dunia.
Ramadhan
kali ini aku sudah di alam baka.
Aku
rindu masa itu, saat di dunia.
Ya
Allah, semoga mereka yang masih hidup di dunia, menikmati dan mensyukuri
nikmat-Mu.
Ya
Allah semoga mereka yang belum dicabut nyawanya. Tidak menyia-nyiakan ramadhan kali
ini.
Ya
Allah sampaikan pesan ini kepada mereka. Jangan sampai mereka menyesal seperti
yang kualami ramadhan kali ini.
(Balada
Arwah yang Menyesal)
Perjalanan Mendapatkan Buku James Redfield Manuskrip Celestine : Memilih Mana yang dahulu ; Tetralogi Buru atau?
Setelah
berbelas-belas jam menunggu, empat buah buku celestine James Redfield akhirnya
diantarkan juga oleh seorang petugas TIKI. Buku pertama The Celestine Prophecy a.k.a Manuskrip Celestine, kedua The Celestine Vision a.k.a Visi Celestine, ketiga The Secret of Shambala a.k.a Rahasia Shambala
dan yang keempat The Tenth Insight a.k.a Wawasan Kesepuluh. Saya mengenal
Celestine ini dari situs internet. Waktu itu saya sedang membaca postingan
tentang trilogi terpopuler di dunia. Dua yang saya ingat yaitu The
Lord of The Rings oleh J. R. R. Tolkien
dan The Hunger Games by Suzanne Collins.
Saya juga tidak tahu kenapa nama James Redfield menyelip dalam postingan tersebut. Yang jelas, novel beliau katanya banyak mengubah kehidupan pembacanya. Selain itu, pernah juga menjadi buku best seller di dunia. Saya penasaran dan berakhir dengan pembelian online.
Perjalanan Mengejar Buku Bumi Manusia, Dunia Sophie dan Dan Damai di Bumi
Sejak
saya membaca buku perjalanan rasa buah pikir dari Fahd Djibran (yang disuruhkan
oleh teman bernama Nailul Dina Afera), saya mulai tertarik membaca buku-buku
yang membahas perasaan, kesadaran, dan yang beraroma filsafat. Kemudian secara
sengaja saya ‘mempelajari’ filsafat melalui situs-situs di internet. Salah satu
situs yang menjadi favorit adalah situs belajar-filsafat.com. Di sana penulis
menyajikan filsafat dengan bahasa yang cukup mudah saya mengerti. Bahasa yang
sederhana. Beliau(penulis blog) menunjukkan bahwa filsafat itu tidaklah semenakutkan
yang saya bayangkan dan tidak pula menyesatkan(walaupun kita bisa saja tersesat
didalamnya).
Saya
meng-copy seluruh postingannya tentang filsafat ke dalam word. Kira-kira 17
file MS word.
Karena
desire untuk membeli buku sangat
tinggi, saya jalan-jalan ke sebuah toko buku di Bandung sebut saja namanya ‘rumah
buku’. Rumah buku ini bisa menawarkan harga yang lebih murah. Diskonnya 15
persen, 20 persen 30 persen sampai berpuluh-puluh persen lainnya. Lebih murah
dibandingkan dengan gramedia. Saya mencari bukunya Pram ‘Bumi Manusia’ . Stok kosong. Saya pindah ke toko buku selanjutnya, Toga Mas. Kedua toko buku ini berdiri di
jalan Diponegoro (gedung sate lurus kebawah). Sama, stok kosong.
Kekecewaan Kedua ; Maukah Kau Memaafkan
Maafkan
kalau aku tidak setinggi, tidak
segagah, tidak
setegap, tidak
semancung, tidak
semulus ekspektasimu
Maafkan,
kalau saja aku diizinkan memilih, tentu
Aku
ingin menjadi insan yang kau terima lapang dada
Maafkan
kalau aku tidak seperti aktor,
tidak semasyhur
personil boyband
Maafkan
bila ucapanku terkesan sepihak
Maafkan, sungguhpun kalau aku harus
memilih, antara tubuh dan
jiwamu
Tidak
ragu adalah jiwamu yang kusertai selalu
Maafkan
bila aku bukan lelaki yang kau impikan, yang selalu hadir dalam
bayanganmu
Karena
bahkan sampai saat ini tidak ada yang sempat aku kupastikan
Karena memang tiada kemampuan
Karenanya
dikau harus rela berjuang
Karena
puisi se-cupu
ini pun aku harus meminta teman membuatkan
Maafkan
bila aku harus mengatakan
Sampai
awan mencapai daratan
Tubuhku,
wajahku, akan selalu begini. Dan aku berjanji tidak akan operasi plastik.
Selain
uang yang memang tidak berkenan, nurani pun melawan
Maafkan
kalau aku tidak dikehendaki hadir dalam pentas kehidupan dan pesta
kebahagiaanmu
Langganan:
Postingan (Atom)
Cari Blog Ini
Labels
Popular Posts
-
Judul : Manusia Indonesia (sebuah pertanggungjawaban) Penulis : Mochtar Lubis Penerbit : Yayasan Pu...
-
Resensi Buku Novel Merahnya Merah Judul : Merahnya Merah Penulis : Iwan Simatupang Penerbit ...
-
Resensi Buku Novel Kering Hidup Mesti Terus Meski Misterius Judul : Kering Penulis : Iwan Sima...
-
Puisi-puisi Kahlil Gibran Tentang Waktu, Cinta dan Persahabatan WAKTU Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?…. Kau ingin men...
-
Resensi Buku Novel Orang Asing (1942) Judul : Orang Asing (Judul Asli : L’Etranger) Penulis : Albert Cam...
Archive
-
►
2018
(3)
- ► April 2018 (1)
- ► Maret 2018 (2)
-
►
2017
(31)
- ► November 2017 (1)
- ► September 2017 (2)
- ► Agustus 2017 (1)
- ► April 2017 (1)
- ► Maret 2017 (8)
- ► Januari 2017 (5)
-
►
2016
(132)
- ► Desember 2016 (8)
- ► November 2016 (3)
- ► Oktober 2016 (4)
- ► September 2016 (8)
- ► Agustus 2016 (15)
- ► April 2016 (16)
- ► Maret 2016 (5)
- ► Februari 2016 (15)
- ► Januari 2016 (34)
-
►
2015
(206)
- ► Desember 2015 (11)
- ► November 2015 (20)
- ► Oktober 2015 (24)
- ► September 2015 (32)
- ► Agustus 2015 (26)
- ► April 2015 (29)
- ► Maret 2015 (8)
- ► Februari 2015 (10)
-
►
2014
(57)
- ► Desember 2014 (6)
- ► November 2014 (4)
- ► Oktober 2014 (2)
- ► September 2014 (11)
- ► Agustus 2014 (4)
-
▼
2013
(83)
- ► November 2013 (6)
- ► September 2013 (13)
- ► Agustus 2013 (3)
-
►
Juli 2013
(13)
- Demi Tuhan I
- Puisi Terpendek
- Sempurnakan Kisah Hati Sebelum Matahari Terbenam
- Kalau Kau tidak Datang Aku akan Menangis 2
- Aneh 2
- Aneh I
- Ngigau 8
- Mencoba tidak Tunduk kepada Tuan Rutinitas
- Selamat Padaku Paduka
- Ulang Tahun 20
- Ramadhan kali ini.
- Perjalanan Mendapatkan Buku James Redfield Manuskr...
- Perjalanan Mengejar Buku Bumi Manusia, Dunia Sophi...
- ► April 2013 (6)
- ► Maret 2013 (10)
- ► Februari 2013 (11)
- ► Januari 2013 (2)
-
►
2012
(62)
- ► Desember 2012 (9)
- ► November 2012 (1)
- ► Oktober 2012 (4)
- ► September 2012 (5)
- ► Agustus 2012 (7)
- ► April 2012 (6)
- ► Maret 2012 (11)
- ► Februari 2012 (1)
-
►
2011
(27)
- ► Desember 2011 (5)
- ► November 2011 (1)
- ► Oktober 2011 (1)
- ► September 2011 (15)
- ► Agustus 2011 (3)
- ► Maret 2011 (1)
-
►
2010
(112)
- ► Desember 2010 (7)
- ► November 2010 (4)
- ► Oktober 2010 (10)
- ► Agustus 2010 (11)
- ► April 2010 (11)
- ► Maret 2010 (11)
- ► Februari 2010 (2)
- ► Januari 2010 (24)
-
►
2009
(37)
- ► Desember 2009 (5)
- ► November 2009 (19)
- ► Oktober 2009 (9)
- ► September 2009 (4)
About
Blog ini merangkak sejak 2009. Ditukangi secara santun oleh Asra Wijaya nama akun facebooknya. Di usia segini beliau sudah besar dan ingin jadi penulis. Amin. Mudah-mudahan bermanfaat, kalau tidak maka kreatiflah :-)