berjalan aku
di jalan bebatu kampus itb
langit cerah
biru sekali sore itu
terkenang
aku kepada kampung halaman
wanita berjilbab
abu-abu yang kusebut Ibu
Ibu...udara
sore ini teramat segar di sini
lengang dan
sepi kecuali gemerisik daun
dan kesiur
angin
tengah jalan
kupandang langit
kulihat
wajahmu tersenyum
awan putih
bawah langit biru
sinar
mentari gemuruh rindu
Bandung,
2016
Avec Clémence Poésy [klemÉ‘̃s pÉ”ezi]
Rambutmukah?
Dedalu tangis tersisa sehabis badai tadi siang?
Gigimukah?
Barisan panjang pohon kata terpancang tetap tepi puisi?
Je ne peux pas parler français. Lidahku kelu mengeja sengau antara
air
Kini kasih telentang
atas danau.
Seperti
teratai lotus atau perahu yang pernah ada dahulu
Kini
reruntuhan. Sebagian tenggelam, sebagian berserak di rumput.
Senjakalaku
menjelang, sungguh petang berkawan maut.
Sisa hanya
dua tanya, sebelum redup ini mata.
Uh, Kasih Puisi.
Bandung,
2016
Senandung Cinta J Alfred Prufrock
(Terjemahan Puisi The Love Song of J Alfred Prufrock karya T.S.
Eliot)
Mari pergi, berdua kita,
Kala malam merebak melintang angkasa
Seperti pesakit telentang atas meja bedah: dibius ia;
Mari beranjak, menjejak
sepi jalan setapak,
Racauan kalah
Dari malam-malam gelisah di hotel melati kelas rendah
Dan bar berserbuk gergaji tambah cangkang-tiram
Jalanan yang menjejak seperti dalih-berbelit
Dari maksud tersembunyi
Membawamu ke satu tanya penuh ragu
Oh, jangan kau tanyakan,”Apa gerangan?”
Mari
lekas pergi dan selesaikan lawatan
ini.
Di dalam bilik, sang wanita bolak-balik
Bertopik Michelangelo ia berbisik
Tentang Lelaki 23 Tahun yang Terperangkap dalam Tubuh Lelaki Kecil Berumur Lima di Pantai Identitas (Rumah Pasir)
Tentang Lelaki 23 Tahun yang Terperangkap dalam Tubuh Lelaki Kecil
Berumur Lima di Pantai Identitas (Rumah Pasir)
Di usia 23 tahun, aku mendapati diriku lebih mirip Wilhelm
Albert WÅ‚odzimierz Apolinary Kostrowicki alias Guillaume Apollianaire[1]
ketimbang Søren Aabye Kierkegaard [2].
Perbandingan yang lirih sekaligus optimis. Menyandingkan diri dengan penulis
buku puisi seagung Alcools[3],
pemadah syair selejen Le pont mirabeau,[4]
serta pelopor aliran kaligram[5]
dalam dunia puisi. Membandingkan diri dengan Kierkegaard, manusia melankolis, bapak
filsuf eksistensialis. Kierkegaard, meskipun di ujung, lari dari ikatan
tunangan, setidaknya sudah menggenapkan lingkar cincin ke jari manis Regina
Olsen[6].
Kierkegard lebih memilih menghamili filsafat ketimbang menikahi gadis Denmark
itu. Tak tanggung, lahirlah anak Kierkegaard : Eksistensialisme[7].
Kenangan Masa Kecil
(Bersama Azdkia Yolanda Putri)
berlarian di harum pokok tanjung
sembunyikan nasib di balik sawit
bermandi-hujan merayakan segala
bersama wajah tulus-ceria
berkelereng ria, melompati tali,
pulang magrib, dimarahi, dan mengulangi :
ibadah lenyap dewasa kini
sungguh telah lupa kita cara bermain,
sibuk berlari, diburu mata panah masa depan, dari belakang
diracun bayang pekatnya takdir hitam
mengingat kenangan masa kecil seperti
mencari akar ilalang, yang putih dan manis
mengumpulkannya adalah menabur gula di atas bibir:
manis sebentar, dan ingin lebih,
tanjung kini habis ditebang
diganti sawit berdaun uang
tenang Putri,
tiap jiwa telah tumbuh
disirami rasa mulia
dari sebalik sini,
ia
akan tinggal tetap
akan selalu hidup
Bandung, 2015-2016
[Resensi Buku] Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering: Menghidupkan yang Terasa Banal
Resensi Buku Puisi Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering karya Hasan Aspahani.
Judul : Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering
Pengarang : Hasan Aspahani
Cetakan : Pertama, September 2016
Penerbit : GPU
Tebal : xx+177 hlm.
Tiga serangkai: lahir, hidup, dan mati, ialah simpul tempat filsuf dan penyair berhibuk mengurainya. Karya mereka tidak luput dari akal-akalan mengungkap perihal ini. Sejak Amir Hamzah, bahkan sejak jauh sebelum itu, sastrawan kita sudah melakukan perjalanan ini dalam sajak-sajak mereka.
[Resensi Buku] Cerita-cerita Telapak Tangan: Irama Daun Bambu Menari Bersama Pikiran
Judul : Cerita-cerita Telapak Tangan
Pengarang : Yasunari
Kawabata
Penerjemah : Nurul Hanafi
Penyunting : Addin Negara
Sampul : Amalina
Cetakan : Pertama,
November 2016
Tebal : 332 hlm
Penerbit : DIVA Press
“Pencerahan hanya bisa diraih lewat usaha sendiri.”
Penerbit : DIVA Press
“Pencerahan hanya bisa diraih lewat usaha sendiri.”
Membaca kumpulan cerpen ini, penulis tidak menemukan kerangka cerita Aristotelian. Pembukaan, pengenalan, klimaks, antiklimaks, leraian, dan penutup yang menjadi template penulisan cerpen umumnya. Kawabata tidak memakai acuan itu. Ia melukis dengan medium kata-kata. Kanvasnya kata-kata, kuasnya kata-kata, dan catnya pun kata-kata. Cerita-cerita pendek Kawabata lebih kepada lanskap alam tambah pergulatan psikologis manusia di sekitarnya ketimbang konflik-konflik fisik yang tegang dan alot. Meskipun demikian, perlu digarisbawahi bahwa Kawabata tidak luput bercerita tentang tatanan sosial, kelas, dan isu-isu perempuan.
[Resensi Buku] The Seven Good Years : Humor dari Konflik Israel-Palestina
Resensi
Buku The Seven Good Years
Judul : The
Seven Good Years
Penulis : Etgar
Keret
Penerjemah : Ade
Kumalasari
Penerbit : Bentang
Cetakan : Pertama,
Juni 2016
Tebal : x+198
hlm.
“Di mana Anda berada ketika penyerangan terjadi?”
“Saya tidak terkena serangan. Saya hanya kebetulan berada di sini
hari ini. Istri saya mau melahirkan.”
“Oh,”Katanya, tidak mencoba untuk menyembunyikan kekecewaannya,
lalu memencet tombol setop di perekamnya. Mazal tov”
Apakah buku memoar-penulis Israel-keturunan Yahudi ini sudah lulus
sensor ? Tidak tahu. Yang jelas buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Buku ini ialah memoar mungil Etgar Keret. Pada rentang waktu semenjak
anaknya Lev lahir—bertepatan dengan serangan bom di Tel Aviv—hingga kematian ayahnya—yang
sudah berhasil lolos dari holokos. Etgar Keret dengan lucu mengomentari
perang-abadi, anti-Semit dan Yahudi-paranoid. Ia bak memberi sudut pandang lain
bagi orang yang selama ini mendapatkan persepsi dari penulis yang pro kepada
salah satu pihak pada perang Israel-Palestina. Keret menceritakan fragmen
kehidupannya yang tinggal di daerah konflik. Tentu saja akan merembet ke ide perdamaian
versi dia.
Berapa Dalam Manusia dapat Menyelami Kehidupan ?
Manakala dua lempeng tektonik bersua di Samudra Pasifik : zona
subduksi Lempeng Pasifik disubduksi di bawah Lempeng Filipina, lahirlah Palung
Mariana dengan lubuk Chalengger deep sebagai titik terdalam di dunia.
Mariana memiliki kedalaman 10.911 meter di bawah permukaan laut. Di dasar
Mariana, air laut memberikan tekanan sebesar 1.086 bar, setara dengan
seribu kali tekanan udara yang menimpa tubuh kita kini.
Hierarki Kepintaran Mahasiswa Menurut Kukuh Samudra
Manakala berbincang tentang
berbagai topik yang tidak jelas, aku menyimak pembicaraan Kukuh mengarah kepada
pendapatnya atas situasi dan kondisi mahasiswa di kampus ini. Kukuh melontarkan
tesisnya tentang hierarki kepintaran mahasiswa. Rasa saya, terminologi ini sebenarnya
tidak berasal dari buku manapun tetapi sedikit ada mirip dengan Hierarki
Kebutuhan Maslow. Oke seperti biasa, tanpa memperpanjang mukaddimah. Langsung
saja. Ekhhm.
Moon Jar
IBulan putih purnama
Terbakar atas tungku
Meretih merah api
Hujan tiga puluh hari
Tanah batu
Tembikar kaca
II
Jalan licin berlumut
Tangga kuyup berlinang
Tubuh dingin
Menunggu kering
III
Haus dahaga
Di udara lembap
Jenuh nestapa
IV
Ini hidup kini bertabur luka dan air mata
Bandung, 2016
Tanah Ladiang Kedong
Ladiang
kedong berayun sampai menemu bahu salah seorang dari dua lelaki 50
tahunan yang tengah bergumul itu. Sobeklah daging tua dan darah muncrat lepas.
Seperti air mancur dari keran yang Haris mainkan di taman bunga TK. Merah
seperti sirup marjan bulan puasa, atau darah kerbau tatkala lehernya bertemu
pisau kala hari raya haji. Orang-orang cuma bisa menyaksikan. Tidak satupun
dari mereka yang tampak ada niat untuk melerai. Bisa-bisa kalau ikut campur, malah
mereka yang tertebas tajamnya parang.
Usia Lima Tahun
Usianya
lima tahun kala itu. Ibunya sudah membayar biaya pendaftaran. Seragam pun sudah
dijahitkan. Ia akan masuk TK. Anak lima tahun itu tampak amat gembira. Padahal cuma
taman kanak-kanak. Barangkali karena akan punya kawan-kawan yang baru. Tetapi
menggebu di awal tidak selalu menciptakan akhir yang memuaskan bukan ?
Abu
Tatkala sedang berpikir tentang apa
status yang mesti aku perbarui pada laman profil facebook—sebab menyitir
ungkapan salah seorang teman : membuka facebook tanpa menulis status adalah
seperti membuka celana dalam tanpa begituan—tubuh gempalku yang tengah
golek di sekretariat unit bacot dan baca-tulis itu, tak sengaja bagian tungkainya menendang sebentuk asbak rokok. Asbak itu tak dapat dipersalahkan.
Isinya tumpah. Puntung dan abu rokok tentu saja tak akan dapat masuk dengan
mandiri ke dalam asbak kembali.
[Review Film] Dogtooth
Judul :
Κυνόδοντας (Kynodontas), Dogtooth
Sutradara : Yorgos Lanthimos
Penulis :
Yorgos Lanthimos
Pemain : Christos Stergioglou, Michelle
Valley, Angeliki Papoulia,
MaryTsoni, Christos Passalis
Produksi : Boo Productions
Tanggal Rilis : 18 Mei 2009 (Cannes), 11 November 2009
(Yunani)
Durasi : 97 menit
Bahasa : Yunani
Today the new words are the
following: sea...highway...roadtrip...and shotgun. "Sea" is the
leather chair with wooden armrests like the one in the living room. Example : Don't
remain standing, sit down in the "sea" to have a chat. "Highway"
is a very strong wind. "Roadtrip" is highly durable material used to
make floors. Example: The chandelier fell and smashed itself on the floor, but
the floor was not damaged, cause its made 100% of "roadtrip". Shotgun.
"Shotgun" is a beautiful white bird.
Kosa kata baru untuk hari ini adalah:
laut...jalan raya...tamasya...dan senapan. "Laut" adalah kursi sofa dengan
lengan kayu, seperti yang ada di ruang tamu itu. Contoh: Jangan berdiri terus, duduklah
di "laut" buat berbincang-bincang. "Jalan Raya" adalah
angin yang sangat kencang. "Tamasya" adalah material tahan lama yang
digunakan untuk membuat lantai. Contoh: Tempat lilin itu jatuh menghantam
lantai, tapi lantainya tak retak, sebab itu 100% terbuat dari "Tamasya".
Senapan. "senapan" adalah burung putih yang indah.
[Review Film] The Lobster
“Relationship cannot be bulit on a
lie”
Sutradara : Yorgos Lanthimos
Pemain : Colin Farrell, Rachel Weisz, Jessica Barden, Olivia Colman, Ashley Jensen, Ariane Labed, Angeliki Papoulia, John C. Reilly, Léa Seydoux, Michael Smiley, Ben Whishaw
Produksi :Element Pictures, Scarlet Films, Faliro House Productions, Haut et Court, Lemming Film, Film4 Productions
Tanggal Rilis : 15 Mei 2015 (Cannes) 16 Oktober 2015 (Amerika Serikat & Irlandia)
Durasi : 118 menit
Bahasa : Inggris
Empat puluh lima hari lamanya rentang waktu yang diberikan manejer hotel kepada David beserta rekan tuna asmara (loner) sepenanggungannya untuk menemukan pasangan pasca ‘direhabilitasi’ di hotel itu. Jika gagal, mereka akan ‘diubah’ menjadi binatang. Penulis jadi punya bayangan untuk menjadi binatang apa seandainya ia adalah salah satu rekan David.
Perenungan
Terjemahan atas Puisi Charles Baudelaire yang berjudul "Recueillement"
sumber : http://art.rmngp.fr/fr/library/artworks/gustave-moreau_le-soir-et-la-douleur_aquarelle |
Kau merengek malam ; kini tiba ;
ia di sini :
Suram suasana membungkus kota,
Sampaikan damai bagi segelintir,
juga risau di lain sisi.
Meditasi
Terjemahan atas terjemahan Puisi Charles Baudelaire yang berjudul "Recueillement". Thanks to Haris telah menginterpretasi.
sumber : http://www.the-athenaeum.org/art/detail.php?ID=8117 |
Tenanglah engkau dan bijaklah lebih, O Ratapanku.
Kau mengharap malam ; lantas lingsir ia :
Hawa muram menyelimuti kota,
Menebar damai pada beberapa, gelisah bagi sisanya.
Kau mengharap malam ; lantas lingsir ia :
Hawa muram menyelimuti kota,
Menebar damai pada beberapa, gelisah bagi sisanya.
Hampa Dunia
Terjemahan atas terjemahan Puisi Andreas Gryphius yang berjudul "Es ist alles eitel". Thanks Rilis.
Lihat kemana pun engkau mau, ini dunia hajatan hampa.
Yang dibangun seseorang hari ini, seorang lain lekas hancurkan ;
Di mana kota kini berdiri akan jadi padang rumputan,
Tempat yang cuma dikenal gembala-pemiara.
Yang mekar anggun kala fajar, kelak siang bakal terinjak;
Yang berjalan angkuh dan menantang, akan menjelma abu dan tulang;
Tiada satu yang abadi, tidak pualam, maupun loyang.
Sekejap nasib bagikan senyum, seterusnya tiba sengsara telak.
Kisah keagungan kita seperti mimpi : mesti pupus-lenyap.
Lantas bagaimana insan—mainan Masa—dapat tinggal tetap?
Oh renungkan ! Betapa itu suatu yang kita muliakan tiada tara,
Cuma citra, debu, dan angin—semua hilang harga, semu, dan sia-sia ;
Kebun bunga sekilas memintas dan tak pernah lagi ada !
Atas yang abadi, tak seorang tampak peduli.
The Vanity
of This World
Look
anywhere you wil, the Earth is empty show.
What someone
builds today, another soon tears down ;
Where now a
city stands will be a grassy mound,
A place that
only shepherds grazing their flocks will know.
What blooms
so fair at daybreak, by noon is trampled low;
What bravely
struts and strive soon turns to ash and bone;
No substance
last forever, no brass, no polished-stone.
One moment
fortune smiles, the next brings bitter woe.
Tales of our
mighty deeds like dreams must fade away.
How then
should Man—Time’s plaything—ever hope to stay?
Oh think,
what are those objects we prize beyond compare,
Mere
shadows, dust, and wind—all worthless, false, and vain ;
Field
flowers glimpsed in passing and never seen again !
For that
which is immortal, no man seems to care.
Analisis Struktur dan Semiotik Lirik Lagu ‘Puan Kelana’ karya Silampukau
Tulisan di bawah ini merupakan sedikit percobaan penulis
dalam menganalisis sebuah lirik lagu. Sebenarnya metode yang penulis gunakan
lebih cocok diaplikasikan pada sebuah teks puisi. Namun begitu, terimasajalah
apa adanya. Mohon maaf bila tulisan ini
kurang komprehensif dan terkesan berserak. Memang demikianlah yang
sanggup dikerjakan penulis pada kesempatan ini. Mudah-mudahan ada manfaat.
Wassalam.
Komentar Singkat serta Curhat kepada Silampukau
Pertama aku mendengar lagu tentang anak yang main bola dan
lapangan mereka yang berubah jadi gedung. Waktu itu di sebuah sekretariat unit
baca tulis di kampus ITB Ganesha. Aku penasaran, lagu-lagu yang tidak biasa itu
muncul dari laptop Choirul ternyata. Entah kenapa, kembali rasanya aku ke masa kecil
di kampung, di pedalaman Sumatera. Sekitar 320 km ke arah utara dari Kota Padang.
Sebuah desa kecil anggap saja namanya Ujung Gading. Ya mendengar lagu itu,
meskipun lapangan bola kami waktu SD sampai sekarang masih sama, belum berganti
gedung. Tetapi tetap saja ada kenangan yang mencoba menyelip dalam bayangan.
Bergawang sandal. Uh, indahnya masa kecil.
Buat Kukuh
Buat Kukuh
(Semacam tanggapan
mungil atas Untuk Asra)
Tahu bulat sedang terkenal. Di facebook, di seloroh antara percakapan mahasiswa di kampus diselang
diskusi filsafat, hidup, mati, seks, dan cinta dan hal-hal esensial di dalam
ketiganya : uang. Bahkan kudengar berita dari beberapa kawan, tahu bulat sudah
ada juga di Jakarta, di Jogjakarta pun. Tahu bulat sudah menjamur (dengan
asumsi tahu bulat berasal dari Bandung, dengan alasan langgam Sunda
penyanyinya) mengalahkan jamur krispi di musim hujan.
Aku mengenal tahu bulat ini beberapa tahun yang lalu. Di saat
masih euforia diterima di ITB. Kampus yang katanya terbaik. Jujur saja, waktu
SMA itu, aku membayangkan, ketika nanti sudah lulus dari ITB, aku akan bekerja
di sebuah perusahaan dengan gaji 60 juta sebulan.
Untuk Asra
dari Kukuh
Apa gunanya pendidikan jika justru
membuatmu semakin terasing dengan rakyat? Apa guna pendidikan jika justru
menghasilkan sarjana-sarjana yang korup? Di sisi yang lain, yang memandang
pendidikan dari segi positif, telah banyak kita dengar dan banyak kita setujui.
Pertanyaan yang saya ajukan, meskipun tidak populer dan bertendens, mungkin
tidak dapat dihiraukan begitu saja. Pertanyaan yang pertama mungkin orang
banyak mendengar, karena diajukan oleh seorang legenda bangsa, yaitu Tan
Malaka.
Tanggapan kepada Apa yang Terjadi dengan LS ?
“Tidak ada manajemen yang bisa memuaskan semua orang”-Kepsek
SMA saya mengutip seseorang yang saya lupa namanya-
Ya mungkin semacam apologi atas apa yang LS kerjakan
sekarang. Akan tetapi hal itu tentu bisa kita pahami dengan lebih mendalam.
Memang tidak ada sistem yang sempurna, tetapi itu tidak boleh menjadi excuse
atas kemalasan kita, atau sebutlah kelalaian kita dalam menempuh kehidupan
berorganisasi ini.
Terima kasih sebelumnya kepada Kukuh yang sudah meluangkan
waktunya untuk mengingatkan LS dan segenap anggota dan pengurusnya. Ada
benarnya bahwa barangkali LS kini lalai dan semacamnya.
Menanggapi komentar Kukuh bahwasanya :
Apa yang terjadi dengan LS ?
Apa yang terjadi dengan LS ?
Oleh : Kukuh Samudra
Sejarah perkembangan sastra di ITB mungkin panjang. ITB
bahkan memiliki unik sastra sejak tahun 70-an, lebih tua dibandingkan dengan
UPI (yang dahulu masih berupa IKIP) yang menurut pengakuan salah seorang sumber
terpercaya baru memiliki unit sastra beberapa tahun setelah ITB. Unit sastra
yang dimiliki oleh ITB ini bernama GAS (Gabungan Anak Sastra) yang telah
melahirkan nama-nama alumni seperti Nirwan Dewanto, Acep Zamzam Noor, dan
Kurnia Effendi.
Ketika Aku Hendak Berhenti Bertanya
Aku
ingin berhenti bertanya. Akan tetapi kenapa tidak kunjung juga bisa? Baiklah
kali ini inginku bertanya kepada Bung Karno. Tentang menggantungkan cita-cita
setinggi langit dengan tujuan pragmatik hipokrit sefti. Jika pun
terjatuh kau setidaknya masih tersangkut di antara bintang-bintang. Akan
tetapi tahu ‘kan ? Betapa panas itu bintang-bintang ? Alangkah pendaratan di
sana akan menimbulkan penyesalan yang mendalam ?
Si Gipsi
Sang Gipsi
Terjemahaan Puisi La tzigane (Guillaume Apollinaire)
Sang Gipsi
Sang Gipsi mafhum sebelumnya
Kehidupan kami dirintangi malam
Kami ucapkan perpisahan padanya lalu
harapan muncul dari dasar sumur
Cinta berat bagai beruang sirkus
Menari tulus kapan mau
Dan burung biru kehilangan bulu
Juga pengemis kehilangan Ave
Kami paham sungguh : kami ini dua terkutuk
Akan tetapi harapan cinta di depan
Membuat kami berpikir bergandeng tangan
Tentang apa yang telah diramal Gipsi
diterjemahkan dari bahasa Inggris
The Gypsy
The gypsy knew in advance
Our two lives star-crossed by night
We said farewell to her and then
from that deep well Hope began
Love heavy a performing bear
Danced upright when we wanted
And the blue bird lost his plumes
And the beggars lost their Ave
We knew quite well that we were damned
But hope of love in the street
Made us think hand in hand
Of what the Gypsy did foresee
sumber gambar: http://liratouva2.blogspot.co.id/2009/08/mon-dimanche-en-poesie.html |
Sang Gipsi
Sang Gipsi mafhum sebelumnya
Kehidupan kami dirintangi malam
Kami ucapkan perpisahan padanya lalu
harapan muncul dari dasar sumur
Cinta berat bagai beruang sirkus
Menari tulus kapan mau
Dan burung biru kehilangan bulu
Juga pengemis kehilangan Ave
Kami paham sungguh : kami ini dua terkutuk
Akan tetapi harapan cinta di depan
Membuat kami berpikir bergandeng tangan
Tentang apa yang telah diramal Gipsi
diterjemahkan dari bahasa Inggris
The Gypsy
The gypsy knew in advance
Our two lives star-crossed by night
We said farewell to her and then
from that deep well Hope began
Love heavy a performing bear
Danced upright when we wanted
And the blue bird lost his plumes
And the beggars lost their Ave
We knew quite well that we were damned
But hope of love in the street
Made us think hand in hand
Of what the Gypsy did foresee
Jenazah Bahagia
Terjemahan Puisi "The Joyous Dead"(Baudelaire)
sumber gambar :
|
Jenazah Bahagia
Dalam tanah berminyak yang penuh siput
Akan kugali kuburan dalam, tempatku beristirahat
Menyebarkan tulang belulangku dengan tenang, buat melelapkan lekat
Larut lena, seperti hiu di alun ombak.
Mayat yang Gembira
Terjemahan atas The Joyful Corpse (Baudelaire)
sumber gambar : https://en.wikipedia.org/wiki/The_Garden_of_Death#/media/File:Hugo_Simberg_Garden_of_Death.jpg |
Mayat yang Gembira
Dalam tanah yang hitam, berat, dipenuhi keong,
Ingin kugali makam sendiri, luas dan juga dalam,
Tempat kurenggangkan tetulang tuaku di waktu senggang
Dan lelap lena seperti hiu di arus gelombang.
Kata yang Tenteram
Terjemahan Puisi "Serene Words" Gabriela Mistral
sumber gambar : http://t.wallpaperweb.org/wallpaper/nature/2560x1440/houseonhill2560x1440wallpaper6643.jpg |
Kata yang Tenteram
Kini ditengah hari-hariku kurengkuh
ini kebenaran bak kesegaran bunga :
hidup ialah emas dan manis gandum,
benci sebentar dan cinta maharaya.
Mari bersulih syair senyum merekah
yang didedah dari darah dan empedu.
Langit lembayung mendung, lewat lembah
angin meniupkan napas madu.
Kini mengerti aku, manusia tak hanya doa ;
kini aku mengerti, manusia mulai bernyanyi.
Dahaga panjang, lereng bukit melilit ;
tetapi lili dapat menjerat tatap kita.
Malih penat ini mata dengan tangis,
tapi sungai mungil sanggup sunggingkan senyum kita.
Nyanyian burung Alaud memecah angkasa
melenakan kita perkara mati.
Yang sanggup menembus dagingku telah tandas kini.
Dengan cinta, segala gejolak akan tamat.
Tatap Ibu tetap menebarkan damai.
Tuhan melelapkan aku : nikmat.
Serene Words
Now in the
middle of my days I glean
this truth
that has a flower’s freshness :
life is the
gold and sweetness of wheat,
hate is
brief and love immense.
Let us
exchange for a smiling verse
that verse
scored with blood and gall.
Heavenly
violets open, and through the valley
the wind
blows a honeyed breath.
Now I
understand not only the man who prays ;
now I
understand the man who breaks into song.
Thirst is
long-lasting and the hillside twisting ;
but a lily
can ensnare our gaze.
Our eyes
grow heavy with weeping,
yet a brook
can make us smile,
A skylark’s
song bursting heavenward
makes us
forget it is hard to die.
There is
nothing now that can pierce my flesh.
With love,
all turmoil ceased.
The gaze of
my mother still brings me peace.
I feel that
God is putting me to sleep.
Langganan:
Postingan (Atom)
Cari Blog Ini
Labels
Popular Posts
-
Judul : Manusia Indonesia (sebuah pertanggungjawaban) Penulis : Mochtar Lubis Penerbit : Yayasan Pu...
-
Resensi Buku Novel Merahnya Merah Judul : Merahnya Merah Penulis : Iwan Simatupang Penerbit ...
-
Resensi Buku Novel Kering Hidup Mesti Terus Meski Misterius Judul : Kering Penulis : Iwan Sima...
-
Puisi-puisi Kahlil Gibran Tentang Waktu, Cinta dan Persahabatan WAKTU Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?…. Kau ingin men...
-
Resensi Buku Novel Orang Asing (1942) Judul : Orang Asing (Judul Asli : L’Etranger) Penulis : Albert Cam...
Archive
-
►
2018
(3)
- ► April 2018 (1)
- ► Maret 2018 (2)
-
►
2017
(31)
- ► November 2017 (1)
- ► September 2017 (2)
- ► Agustus 2017 (1)
- ► April 2017 (1)
- ► Maret 2017 (8)
- ► Januari 2017 (5)
-
▼
2016
(132)
-
▼
Desember 2016
(8)
- Ada Rindu Tiba Senja
- Avec Clémence Poésy [klemÉ‘̃s pÉ”ezi]
- Senandung Cinta J Alfred Prufrock
- Tentang Lelaki 23 Tahun yang Terperangkap dalam Tu...
- Kenangan Masa Kecil
- [Resensi Buku] Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah M...
- [Resensi Buku] Cerita-cerita Telapak Tangan: Irama...
- [Resensi Buku] The Seven Good Years : Humor dari K...
- ► November 2016 (3)
- ► September 2016 (8)
-
►
Agustus 2016
(15)
- Analisis Struktur dan Semiotik Lirik Lagu ‘Puan Ke...
- Komentar Singkat serta Curhat kepada Silampukau
- Surga Membara
- Engkau Teramat Lain Wahai Gadis yang Kuntum Somnif...
- Vitacimin Sweetlet
- Gemuruh nurani
- Haiku Hening
- Haiku 17 Agus
- surga seperti candu : bebas, abadi, dan jemu
- sejak kau membuatku mencintaimu tanpa ampun
- sabana jahanam
- Buat Kukuh
- Untuk Asra
- Tanggapan kepada Apa yang Terjadi dengan LS ?
- Apa yang terjadi dengan LS ?
- ► April 2016 (16)
- ► Maret 2016 (5)
- ► Februari 2016 (15)
- ► Januari 2016 (34)
-
▼
Desember 2016
(8)
-
►
2015
(206)
- ► Desember 2015 (11)
- ► November 2015 (20)
- ► Oktober 2015 (24)
- ► September 2015 (32)
- ► Agustus 2015 (26)
- ► April 2015 (29)
- ► Maret 2015 (8)
- ► Februari 2015 (10)
-
►
2014
(57)
- ► Desember 2014 (6)
- ► November 2014 (4)
- ► Oktober 2014 (2)
- ► September 2014 (11)
- ► Agustus 2014 (4)
-
►
2013
(83)
- ► Desember 2013 (1)
- ► November 2013 (6)
- ► Oktober 2013 (1)
- ► September 2013 (13)
- ► Agustus 2013 (3)
- ► April 2013 (6)
- ► Maret 2013 (10)
- ► Februari 2013 (11)
- ► Januari 2013 (2)
-
►
2012
(62)
- ► Desember 2012 (9)
- ► November 2012 (1)
- ► Oktober 2012 (4)
- ► September 2012 (5)
- ► Agustus 2012 (7)
- ► April 2012 (6)
- ► Maret 2012 (11)
- ► Februari 2012 (1)
-
►
2011
(27)
- ► Desember 2011 (5)
- ► November 2011 (1)
- ► Oktober 2011 (1)
- ► September 2011 (15)
- ► Agustus 2011 (3)
- ► Maret 2011 (1)
-
►
2010
(112)
- ► Desember 2010 (7)
- ► November 2010 (4)
- ► Oktober 2010 (10)
- ► Agustus 2010 (11)
- ► April 2010 (11)
- ► Maret 2010 (11)
- ► Februari 2010 (2)
- ► Januari 2010 (24)
-
►
2009
(37)
- ► Desember 2009 (5)
- ► November 2009 (19)
- ► Oktober 2009 (9)
- ► September 2009 (4)
About
Blog ini merangkak sejak 2009. Ditukangi secara santun oleh Asra Wijaya nama akun facebooknya. Di usia segini beliau sudah besar dan ingin jadi penulis. Amin. Mudah-mudahan bermanfaat, kalau tidak maka kreatiflah :-)