Ada Rindu Tiba Senja

Kamis, Desember 22, 2016 0 Comments A+ a-


berjalan aku di jalan bebatu kampus itb
langit cerah biru sekali sore itu
terkenang aku kepada kampung halaman
wanita berjilbab abu-abu yang kusebut Ibu
Ibu...udara sore ini teramat segar di sini
lengang dan sepi kecuali gemerisik daun
dan kesiur angin
tengah jalan kupandang langit
kulihat wajahmu tersenyum
awan putih bawah langit biru
sinar mentari gemuruh rindu

Bandung, 2016

Avec Clémence Poésy [klemÉ‘̃s pÉ”ezi]

Kamis, Desember 22, 2016 0 Comments A+ a-

Avec Clémence Poésy [klemÉ‘̃s pÉ”ezi]

Rambutmukah? Dedalu tangis tersisa sehabis badai tadi siang?
Gigimukah? Barisan panjang pohon kata terpancang tetap tepi puisi?
Je ne peux pas parler français. Lidahku kelu mengeja sengau antara air
Kini kasih telentang atas danau.
Seperti teratai lotus atau perahu yang pernah ada dahulu
Kini reruntuhan. Sebagian tenggelam, sebagian berserak di rumput.
Senjakalaku menjelang, sungguh petang berkawan maut.
Sisa hanya dua tanya, sebelum redup ini mata.
Uh, Kasih Puisi.

Bandung, 2016

Senandung Cinta J Alfred Prufrock

Minggu, Desember 18, 2016 0 Comments A+ a-

(Terjemahan Puisi The Love Song of J Alfred Prufrock karya T.S. Eliot)

Mari pergi, berdua kita,
Kala malam merebak melintang angkasa
Seperti pesakit telentang atas meja bedah: dibius ia;
Mari beranjak, menjejak sepi jalan setapak,
Racauan kalah
Dari malam-malam gelisah di hotel melati kelas rendah
Dan bar berserbuk gergaji tambah cangkang-tiram
Jalanan yang menjejak seperti dalih-berbelit
Dari maksud tersembunyi
Membawamu ke satu tanya penuh ragu
Oh, jangan kau tanyakan,”Apa gerangan?”
Mari lekas pergi dan selesaikan lawatan ini.

Di dalam bilik, sang wanita bolak-balik
Bertopik Michelangelo ia berbisik

Tentang Lelaki 23 Tahun yang Terperangkap dalam Tubuh Lelaki Kecil Berumur Lima di Pantai Identitas (Rumah Pasir)

Minggu, Desember 18, 2016 0 Comments A+ a-

Tentang Lelaki 23 Tahun yang Terperangkap dalam Tubuh Lelaki Kecil Berumur Lima di Pantai Identitas (Rumah Pasir)

Di usia 23 tahun, aku mendapati diriku lebih mirip Wilhelm Albert Włodzimierz Apolinary Kostrowicki alias Guillaume Apollianaire[1] ketimbang Søren Aabye Kierkegaard [2]. Perbandingan yang lirih sekaligus optimis. Menyandingkan diri dengan penulis buku puisi seagung Alcools[3], pemadah syair selejen Le pont mirabeau,[4] serta pelopor aliran kaligram[5] dalam dunia puisi. Membandingkan diri dengan Kierkegaard, manusia melankolis, bapak filsuf eksistensialis. Kierkegaard, meskipun di ujung, lari dari ikatan tunangan, setidaknya sudah menggenapkan lingkar cincin ke jari manis Regina Olsen[6]. Kierkegard lebih memilih menghamili filsafat ketimbang menikahi gadis Denmark itu. Tak tanggung, lahirlah anak Kierkegaard : Eksistensialisme[7].

Kenangan Masa Kecil

Minggu, Desember 18, 2016 0 Comments A+ a-

(Bersama Azdkia Yolanda Putri)

berlarian di harum pokok tanjung
sembunyikan nasib di balik sawit
bermandi-hujan merayakan segala
bersama wajah tulus-ceria

berkelereng ria, melompati tali,
pulang magrib, dimarahi, dan mengulangi :
ibadah lenyap dewasa kini

sungguh telah lupa kita cara bermain,
sibuk berlari, diburu mata panah masa depan, dari belakang
diracun bayang pekatnya takdir hitam

mengingat kenangan masa kecil seperti
mencari akar ilalang, yang putih dan manis
mengumpulkannya adalah menabur gula di atas bibir:
manis sebentar, dan ingin lebih,

tanjung kini habis ditebang
diganti sawit berdaun uang

tenang Putri,
tiap jiwa telah tumbuh
disirami rasa mulia

dari sebalik sini,
ia
akan tinggal tetap
akan selalu hidup


Bandung, 2015-2016

[Resensi Buku] Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering: Menghidupkan yang Terasa Banal

Minggu, Desember 18, 2016 0 Comments A+ a-


Resensi Buku Puisi Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering karya Hasan Aspahani.

Judul : Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering
Pengarang : Hasan Aspahani
Cetakan : Pertama, September 2016
Penerbit : GPU
Tebal : xx+177 hlm.

Tiga serangkai: lahir, hidup, dan mati, ialah simpul tempat filsuf dan penyair berhibuk mengurainya. Karya mereka tidak luput dari akal-akalan mengungkap perihal ini. Sejak Amir Hamzah, bahkan sejak jauh sebelum itu, sastrawan kita sudah melakukan perjalanan ini dalam sajak-sajak mereka.

[Resensi Buku] Cerita-cerita Telapak Tangan: Irama Daun Bambu Menari Bersama Pikiran

Minggu, Desember 18, 2016 1 Comments A+ a-


Judul               : Cerita-cerita Telapak Tangan
Pengarang       : Yasunari Kawabata
Penerjemah      : Nurul Hanafi
Penyunting      : Addin Negara
Sampul            : Amalina
Cetakan           : Pertama, November 2016
Tebal               : 332 hlm
Penerbit           : DIVA Press

“Pencerahan hanya bisa diraih lewat usaha sendiri.”

Membaca kumpulan cerpen ini, penulis tidak menemukan kerangka cerita Aristotelian. Pembukaan, pengenalan, klimaks, antiklimaks, leraian, dan penutup yang menjadi template penulisan cerpen umumnya. Kawabata tidak memakai acuan itu. Ia melukis dengan medium kata-kata. Kanvasnya kata-kata, kuasnya kata-kata, dan catnya pun kata-kata. Cerita-cerita pendek Kawabata lebih kepada lanskap alam tambah pergulatan psikologis manusia di sekitarnya ketimbang konflik-konflik fisik yang tegang dan alot. Meskipun demikian, perlu digarisbawahi bahwa Kawabata tidak luput bercerita tentang tatanan sosial, kelas, dan isu-isu perempuan.

[Resensi Buku] The Seven Good Years : Humor dari Konflik Israel-Palestina

Minggu, Desember 18, 2016 0 Comments A+ a-

Humor dari Konflik Israel-Palestina


Resensi Buku The Seven Good Years
Judul               : The Seven Good Years
Penulis             : Etgar Keret
Penerjemah      : Ade Kumalasari
Penerbit           : Bentang
Cetakan           : Pertama, Juni 2016
Tebal               : x+198 hlm.

“Di mana Anda berada ketika penyerangan terjadi?”
“Saya tidak terkena serangan. Saya hanya kebetulan berada di sini hari ini. Istri saya mau melahirkan.”
“Oh,”Katanya, tidak mencoba untuk menyembunyikan kekecewaannya, lalu memencet tombol setop di perekamnya. Mazal tov”

Apakah buku memoar-penulis Israel-keturunan Yahudi ini sudah lulus sensor ? Tidak tahu. Yang jelas buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku ini ialah memoar mungil Etgar Keret. Pada rentang waktu semenjak anaknya Lev lahir—bertepatan dengan serangan bom di Tel Aviv—hingga kematian ayahnya—yang sudah berhasil lolos dari holokos. Etgar Keret dengan lucu mengomentari perang-abadi, anti-Semit dan Yahudi-paranoid. Ia bak memberi sudut pandang lain bagi orang yang selama ini mendapatkan persepsi dari penulis yang pro kepada salah satu pihak pada perang Israel-Palestina. Keret menceritakan fragmen kehidupannya yang tinggal di daerah konflik. Tentu saja akan merembet ke ide perdamaian versi dia.

Berapa Dalam Manusia dapat Menyelami Kehidupan ?

Rabu, November 02, 2016 0 Comments A+ a-

Manakala dua lempeng tektonik bersua di Samudra Pasifik : zona subduksi Lempeng Pasifik disubduksi di bawah Lempeng Filipina, lahirlah Palung Mariana dengan lubuk Chalengger deep sebagai titik terdalam di dunia. Mariana memiliki kedalaman 10.911 meter di bawah permukaan laut. Di dasar Mariana, air laut memberikan tekanan sebesar 1.086 bar, setara dengan seribu kali tekanan udara yang menimpa tubuh kita kini.

Hierarki Kepintaran Mahasiswa Menurut Kukuh Samudra

Rabu, November 02, 2016 1 Comments A+ a-

       Manakala berbincang tentang berbagai topik yang tidak jelas, aku menyimak pembicaraan Kukuh mengarah kepada pendapatnya atas situasi dan kondisi mahasiswa di kampus ini. Kukuh melontarkan tesisnya tentang hierarki kepintaran mahasiswa. Rasa saya, terminologi ini sebenarnya tidak berasal dari buku manapun tetapi sedikit ada mirip dengan Hierarki Kebutuhan Maslow. Oke seperti biasa, tanpa memperpanjang mukaddimah. Langsung saja. Ekhhm.

Moon Jar

Rabu, November 02, 2016 0 Comments A+ a-

I

Bulan putih purnama
Terbakar atas tungku
Meretih merah api
Hujan tiga puluh hari
Tanah batu
Tembikar kaca

II

Jalan licin berlumut
Tangga kuyup berlinang
Tubuh dingin 
Menunggu kering

III

Haus dahaga
Di udara lembap
Jenuh nestapa

IV

Ini hidup kini bertabur luka dan air mata

Bandung, 2016

Tanah Ladiang Kedong

Minggu, Oktober 09, 2016 0 Comments A+ a-

Ladiang kedong berayun sampai menemu bahu salah seorang dari dua lelaki 50 tahunan yang tengah bergumul itu. Sobeklah daging tua dan darah muncrat lepas. Seperti air mancur dari keran yang Haris mainkan di taman bunga TK. Merah seperti sirup marjan bulan puasa, atau darah kerbau tatkala lehernya bertemu pisau kala hari raya haji. Orang-orang cuma bisa menyaksikan. Tidak satupun dari mereka yang tampak ada niat untuk melerai. Bisa-bisa kalau ikut campur, malah mereka yang tertebas tajamnya parang.

Usia Lima Tahun

Minggu, Oktober 09, 2016 0 Comments A+ a-

Usianya lima tahun kala itu. Ibunya sudah membayar biaya pendaftaran. Seragam pun sudah dijahitkan. Ia akan masuk TK. Anak lima tahun itu tampak amat gembira. Padahal cuma taman kanak-kanak. Barangkali karena akan punya kawan-kawan yang baru. Tetapi menggebu di awal tidak selalu menciptakan akhir yang memuaskan bukan ?

Cebur

Minggu, Oktober 09, 2016 0 Comments A+ a-


Sudah aku persiapkan semua. Kupluk, cemilan, senar gitar cadangan, hingga garam. Hari ini hari Sabtu. Hari kedua aku dengan dia. Hari Minggu besok, kami berdua : dia dan aku akan merayakan. Piknik ke hutan.

Abu

Minggu, Oktober 02, 2016 0 Comments A+ a-

Tatkala sedang berpikir tentang apa status yang mesti aku perbarui pada laman profil facebook—sebab menyitir ungkapan salah seorang teman : membuka facebook tanpa menulis status adalah seperti membuka celana dalam tanpa begituan—tubuh gempalku yang tengah golek di sekretariat unit bacot dan baca-tulis itu, tak sengaja bagian tungkainya menendang sebentuk asbak rokok. Asbak itu tak dapat dipersalahkan. Isinya tumpah. Puntung dan abu rokok tentu saja tak akan dapat masuk dengan mandiri ke dalam asbak kembali.

[Review Film] Dogtooth

Senin, September 26, 2016 0 Comments A+ a-


Judul                : Κυνόδοντας (Kynodontas), Dogtooth
Sutradara        : Yorgos Lanthimos
Penulis             : Yorgos Lanthimos
Pemain            : Christos Stergioglou, Michelle Valley, Angeliki Papoulia,
MaryTsoni, Christos Passalis
Produksi          : Boo Productions
Tanggal Rilis   : 18 Mei 2009 (Cannes), 11 November 2009 (Yunani)
Durasi              : 97 menit
Bahasa                        : Yunani

Today the new words are the following: sea...highway...roadtrip...and shotgun. "Sea" is the leather chair with wooden armrests like the one in the living room. Example : Don't remain standing, sit down in the "sea" to have a chat. "Highway" is a very strong wind. "Roadtrip" is highly durable material used to make floors. Example: The chandelier fell and smashed itself on the floor, but the floor was not damaged, cause its made 100% of "roadtrip". Shotgun. "Shotgun" is a beautiful white bird.

Kosa kata baru untuk hari ini adalah: laut...jalan raya...tamasya...dan senapan. "Laut" adalah kursi sofa dengan lengan kayu, seperti yang ada di ruang tamu itu. Contoh: Jangan berdiri terus, duduklah di "laut" buat berbincang-bincang. "Jalan Raya" adalah angin yang sangat kencang. "Tamasya" adalah material tahan lama yang digunakan untuk membuat lantai. Contoh: Tempat lilin itu jatuh menghantam lantai, tapi lantainya tak retak, sebab itu 100% terbuat dari "Tamasya". Senapan. "senapan" adalah burung putih yang indah.

[Review Film] The Lobster

Kamis, September 22, 2016 0 Comments A+ a-


“Relationship cannot be bulit on a lie”
Sutradara : Yorgos Lanthimos

Pemain : Colin Farrell, Rachel Weisz, Jessica Barden, Olivia Colman, Ashley Jensen, Ariane Labed, Angeliki Papoulia, John C. Reilly, Léa Seydoux, Michael Smiley, Ben Whishaw

Produksi :Element Pictures, Scarlet Films, Faliro House Productions, Haut et Court, Lemming Film, Film4 Productions

Tanggal Rilis : 15 Mei 2015 (Cannes) 16 Oktober 2015 (Amerika Serikat & Irlandia)

Durasi : 118 menit

Bahasa : Inggris


Empat puluh lima hari lamanya rentang waktu yang diberikan manejer hotel kepada David beserta rekan tuna asmara (loner) sepenanggungannya untuk menemukan pasangan pasca ‘direhabilitasi’ di hotel itu. Jika gagal, mereka akan ‘diubah’ menjadi binatang. Penulis jadi punya bayangan untuk menjadi binatang apa seandainya ia adalah salah satu rekan David.

Ruang Ganggu

Sabtu, September 17, 2016 0 Comments A+ a-

rembulan hanyut
sipit sepasang mata
berkerik jangkrik

Bandung, 2016

Kecupan Tuhan kepada Lelaki Putus Asa Menantikan Hujan Bulan Juni yang Diumbar Sapardi

Sabtu, September 17, 2016 0 Comments A+ a-

Lidah kemarau
Di ujung kalimat
Malaikat maut

Bandung, 2016

Bunuh Diri sebelum Tidur

Sabtu, September 17, 2016 0 Comments A+ a-

Jendela kaca
Cermin-cermin batu
Terjun air mata

Bandung, 2016

Perenungan

Jumat, September 16, 2016 0 Comments A+ a-

Terjemahan atas Puisi Charles Baudelaire yang berjudul "Recueillement"

sumber : http://art.rmngp.fr/fr/library/artworks/gustave-moreau_le-soir-et-la-douleur_aquarelle
O Nestapaku, tegaklah tenang dan bijaksana
Kau merengek malam ; kini tiba ; ia di sini :
Suram suasana membungkus kota,
Sampaikan damai bagi segelintir, juga risau di lain sisi.

Meditasi

Jumat, September 16, 2016 0 Comments A+ a-

Terjemahan atas terjemahan Puisi Charles Baudelaire yang berjudul "Recueillement". Thanks to Haris telah menginterpretasi.
sumber : http://www.the-athenaeum.org/art/detail.php?ID=8117

Tenanglah engkau dan bijaklah lebih, O Ratapanku.
Kau mengharap malam ; lantas lingsir ia :
Hawa muram menyelimuti kota,
Menebar damai pada beberapa, gelisah bagi sisanya.

Hampa Dunia

Jumat, September 16, 2016 0 Comments A+ a-

Terjemahan atas terjemahan Puisi Andreas Gryphius yang berjudul "Es ist alles eitel". Thanks Rilis.



Lihat kemana pun engkau mau, ini dunia hajatan hampa.
Yang dibangun seseorang hari ini, seorang lain lekas hancurkan ;
Di mana kota kini berdiri akan jadi padang rumputan,
Tempat yang cuma dikenal gembala-pemiara.

Yang mekar anggun kala fajar, kelak siang bakal terinjak;
Yang berjalan angkuh dan menantang, akan menjelma abu dan tulang;
Tiada satu yang abadi, tidak pualam, maupun loyang.
Sekejap nasib bagikan senyum, seterusnya tiba sengsara telak.

Kisah keagungan kita seperti mimpi : mesti pupus-lenyap.
Lantas bagaimana insan—mainan Masa—dapat tinggal tetap?
Oh renungkan ! Betapa itu suatu yang kita muliakan tiada tara,

Cuma citra, debu, dan angin—semua hilang harga, semu, dan sia-sia ; 
Kebun bunga sekilas memintas dan tak pernah lagi ada !
Atas yang abadi, tak seorang tampak peduli.




The Vanity of This World

Look anywhere you wil, the Earth is empty show.
What someone builds today, another soon tears down ;
Where now a city stands will be a grassy mound,
A place that only shepherds grazing their flocks will know.

What blooms so fair at daybreak, by noon is trampled low;
What bravely struts and strive soon turns to ash and bone;
No substance last forever, no brass, no polished-stone.
One moment fortune smiles, the next brings bitter woe.

Tales of our mighty deeds like dreams must fade away.
How then should Man—Time’s plaything—ever hope to stay?
Oh think, what are those objects we prize beyond compare,

Mere shadows, dust, and wind—all worthless, false, and vain ;
Field flowers glimpsed in passing and never seen again !
For that which is immortal, no man seems to care.


Analisis Struktur dan Semiotik Lirik Lagu ‘Puan Kelana’ karya Silampukau

Minggu, Agustus 21, 2016 1 Comments A+ a-


Tulisan di bawah ini merupakan sedikit percobaan penulis dalam menganalisis sebuah lirik lagu. Sebenarnya metode yang penulis gunakan lebih cocok diaplikasikan pada sebuah teks puisi. Namun begitu, terimasajalah apa adanya. Mohon maaf bila tulisan ini  kurang komprehensif dan terkesan berserak. Memang demikianlah yang sanggup dikerjakan penulis pada kesempatan ini. Mudah-mudahan ada manfaat. Wassalam. 

Komentar Singkat serta Curhat kepada Silampukau

Selasa, Agustus 16, 2016 0 Comments A+ a-


Pertama aku mendengar lagu tentang anak yang main bola dan lapangan mereka yang berubah jadi gedung. Waktu itu di sebuah sekretariat unit baca tulis di kampus ITB Ganesha. Aku penasaran, lagu-lagu yang tidak biasa itu muncul dari laptop Choirul ternyata. Entah kenapa, kembali rasanya aku ke masa kecil di kampung, di pedalaman Sumatera. Sekitar 320 km ke arah utara dari Kota Padang. Sebuah desa kecil anggap saja namanya Ujung Gading. Ya mendengar lagu itu, meskipun lapangan bola kami waktu SD sampai sekarang masih sama, belum berganti gedung. Tetapi tetap saja ada kenangan yang mencoba menyelip dalam bayangan. Bergawang sandal. Uh, indahnya masa kecil.

Surga Membara

Selasa, Agustus 16, 2016 0 Comments A+ a-

Duh Zarathustra
Runtuh istana Tuhan
Neraka padam

Bandung, 2016

Engkau Teramat Lain Wahai Gadis yang Kuntum Somniferum Tumbuh di Keningmu

Selasa, Agustus 16, 2016 0 Comments A+ a-

Harum tubuhmu
Tambah mungil senyuman
Aku lepaslah

Bandung, 2015

Vitacimin Sweetlet

Selasa, Agustus 16, 2016 0 Comments A+ a-

Ini bibir kering
Bak tanah sawah retak
Liur mengucur

Bandung, 2016

Gemuruh nurani

Selasa, Agustus 16, 2016 0 Comments A+ a-

Sini dong kamu
akan kupeluk-dekap
Sampai kau remuk

Bandung, 2016

Haiku Hening

Selasa, Agustus 16, 2016 0 Comments A+ a-

Gulita malam
Sahut-sahutan klakson
Berisik anjing !

Bandung, 2016

Haiku 17 Agus

Selasa, Agustus 16, 2016 0 Comments A+ a-

Jalan merdeka
Lelaki menyeberang
Tiiiiiiiiit ! Santai anjing !

Bandung, 2016

surga seperti candu : bebas, abadi, dan jemu

Rabu, Agustus 03, 2016 0 Comments A+ a-

bunga merekah
si gadis somniferum
hangus di janah

Bandung, 2016

sejak kau membuatku mencintaimu tanpa ampun

Rabu, Agustus 03, 2016 0 Comments A+ a-

jimi halaman
rintih tumbuhan
dipeluk Tuhan

Bandung, 2016

sabana jahanam

Rabu, Agustus 03, 2016 1 Comments A+ a-

aku sapi
suka rumput
jagat sepi

Bandung, 2016

Buat Kukuh

Senin, Agustus 01, 2016 0 Comments A+ a-

Buat Kukuh
(Semacam tanggapan mungil atas Untuk Asra)

Tahu bulat sedang terkenal. Di facebook, di seloroh antara percakapan mahasiswa di kampus diselang diskusi filsafat, hidup, mati, seks, dan cinta dan hal-hal esensial di dalam ketiganya : uang. Bahkan kudengar berita dari beberapa kawan, tahu bulat sudah ada juga di Jakarta, di Jogjakarta pun. Tahu bulat sudah menjamur (dengan asumsi tahu bulat berasal dari Bandung, dengan alasan langgam Sunda penyanyinya) mengalahkan jamur krispi di musim hujan.
Aku mengenal tahu bulat ini beberapa tahun yang lalu. Di saat masih euforia diterima di ITB. Kampus yang katanya terbaik. Jujur saja, waktu SMA itu, aku membayangkan, ketika nanti sudah lulus dari ITB, aku akan bekerja di sebuah perusahaan dengan gaji 60 juta sebulan.

Untuk Asra

Senin, Agustus 01, 2016 0 Comments A+ a-

UNTUK ASRA
dari Kukuh

Apa gunanya pendidikan jika justru membuatmu semakin terasing dengan rakyat? Apa guna pendidikan jika justru menghasilkan sarjana-sarjana yang korup? Di sisi yang lain, yang memandang pendidikan dari segi positif, telah banyak kita dengar dan banyak kita setujui. Pertanyaan yang saya ajukan, meskipun tidak populer dan bertendens, mungkin tidak dapat dihiraukan begitu saja. Pertanyaan yang pertama mungkin orang banyak mendengar, karena diajukan oleh seorang legenda bangsa, yaitu Tan Malaka.

Tanggapan kepada Apa yang Terjadi dengan LS ?

Senin, Agustus 01, 2016 0 Comments A+ a-

“Tidak ada manajemen yang bisa memuaskan semua orang”-Kepsek SMA saya mengutip seseorang yang saya lupa namanya-

Ya mungkin semacam apologi atas apa yang LS kerjakan sekarang. Akan tetapi hal itu tentu bisa kita pahami dengan lebih mendalam. Memang tidak ada sistem yang sempurna, tetapi itu tidak boleh menjadi excuse atas kemalasan kita, atau sebutlah kelalaian kita dalam menempuh kehidupan berorganisasi ini.
Terima kasih sebelumnya kepada Kukuh yang sudah meluangkan waktunya untuk mengingatkan LS dan segenap anggota dan pengurusnya. Ada benarnya bahwa barangkali LS kini lalai dan semacamnya.

Menanggapi komentar Kukuh bahwasanya :

Apa yang terjadi dengan LS ?

Senin, Agustus 01, 2016 0 Comments A+ a-

Apa yang terjadi dengan LS ?
Oleh : Kukuh Samudra

Sejarah perkembangan sastra di ITB mungkin panjang. ITB bahkan memiliki unik sastra sejak tahun 70-an, lebih tua dibandingkan dengan UPI (yang dahulu masih berupa IKIP) yang menurut pengakuan salah seorang sumber terpercaya baru memiliki unit sastra beberapa tahun setelah ITB. Unit sastra yang dimiliki oleh ITB ini bernama GAS (Gabungan Anak Sastra) yang telah melahirkan nama-nama alumni seperti Nirwan Dewanto, Acep Zamzam Noor, dan Kurnia Effendi.

Ketika Aku Hendak Berhenti Bertanya

Minggu, Juli 31, 2016 1 Comments A+ a-

Aku ingin berhenti bertanya. Akan tetapi kenapa tidak kunjung juga bisa? Baiklah kali ini inginku bertanya kepada Bung Karno. Tentang menggantungkan cita-cita setinggi langit dengan tujuan pragmatik hipokrit sefti. Jika pun terjatuh kau setidaknya masih tersangkut di antara bintang-bintang. Akan tetapi tahu ‘kan ? Betapa panas itu bintang-bintang ? Alangkah pendaratan di sana akan menimbulkan penyesalan yang mendalam ?

Si Gipsi

Minggu, Juli 31, 2016 0 Comments A+ a-

Terjemahan Puisi "La tzigane" Guillaume Apollinaire

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7jwNd5AmEHEUA73Itualbj6qV-UN3D8PzsgSETQHqGPv_-hEgJPxi_g-79F-fOeawxmxs6hJwpgiQYfIF5DjK6FmrzCWfSZbHBCfSzmn8hkT-lmUN3QiuEkHyw6T2lZ3zL1JYbGgcIVkp/s640/la+tzigane+cali.png
sumber gambar : http://www.obesecalligraphy.com/tzigane-calligram/

Si Gipsi

Si gipsi sudah tahu lebih dahulu
Hidup kami berdua dibendung malam
Kami ucap salam berpisah padanya lalu
Dari sumur ini memancarlah Harapan

Sang Gipsi

Minggu, Juli 31, 2016 0 Comments A+ a-

Terjemahaan Puisi La tzigane (Guillaume Apollinaire)

sumber gambar: http://liratouva2.blogspot.co.id/2009/08/mon-dimanche-en-poesie.html


Sang Gipsi

Sang Gipsi mafhum sebelumnya
Kehidupan kami dirintangi malam
Kami ucapkan perpisahan padanya lalu
harapan muncul dari dasar sumur

Cinta berat bagai beruang sirkus
Menari tulus kapan mau
Dan burung biru kehilangan bulu
Juga pengemis kehilangan Ave

Kami paham sungguh : kami ini dua terkutuk
Akan tetapi harapan cinta di depan
Membuat kami berpikir bergandeng tangan
Tentang apa yang telah diramal Gipsi


diterjemahkan dari bahasa Inggris


The Gypsy

The gypsy knew in advance
Our two lives star-crossed by night
We said farewell to her and then
from that deep well Hope began

Love heavy a performing bear
Danced upright when we wanted
And the blue bird lost his plumes
And the beggars lost their Ave

We knew quite well that we were damned
But hope of love in the street
Made us think hand in hand
Of what the Gypsy did foresee

Jenazah Bahagia

Minggu, Juli 31, 2016 0 Comments A+ a-

Terjemahan Puisi "The Joyous Dead"(Baudelaire)

sumber gambar :


http://art.rmngp.fr/fr/library/artworks/armand-rassenfosse_le-mort-joyeux_encre-noire_lavis-brun_crayon-de-couleur_craie-blanche_velin-papier_crayon-noir





Jenazah Bahagia

Dalam tanah berminyak  yang penuh siput
Akan kugali kuburan dalam, tempatku beristirahat
Menyebarkan tulang belulangku dengan tenang, buat melelapkan lekat
Larut lena, seperti hiu di alun ombak.

Mayat yang Gembira

Minggu, Juli 31, 2016 0 Comments A+ a-

Terjemahan atas The Joyful Corpse (Baudelaire)

sumber gambar : https://en.wikipedia.org/wiki/The_Garden_of_Death#/media/File:Hugo_Simberg_Garden_of_Death.jpg
Mayat yang Gembira

Dalam tanah yang hitam, berat, dipenuhi keong,
Ingin kugali makam sendiri, luas dan juga dalam,
Tempat kurenggangkan tetulang tuaku di waktu senggang
Dan lelap lena seperti hiu di arus gelombang.

Kata yang Tenteram

Minggu, Juli 31, 2016 0 Comments A+ a-

Terjemahan Puisi "Serene Words" Gabriela Mistral
sumber gambar : http://t.wallpaperweb.org/wallpaper/nature/2560x1440/houseonhill2560x1440wallpaper6643.jpg

Kata yang Tenteram

Kini ditengah hari-hariku kurengkuh
ini kebenaran bak kesegaran bunga :
hidup ialah emas dan manis gandum,
benci sebentar dan cinta maharaya.

Mari bersulih syair senyum merekah
yang didedah dari darah dan empedu.
Langit lembayung mendung, lewat lembah
angin meniupkan napas madu.

Kini mengerti aku, manusia tak hanya doa ;
kini aku mengerti, manusia mulai bernyanyi.
Dahaga panjang, lereng bukit melilit ;
tetapi lili dapat menjerat tatap kita.

Malih penat ini mata dengan tangis,
tapi sungai mungil sanggup sunggingkan senyum kita.
Nyanyian burung Alaud memecah angkasa
melenakan kita perkara mati.

Yang sanggup menembus dagingku telah tandas kini.
Dengan cinta, segala gejolak akan tamat.
Tatap Ibu tetap menebarkan damai.
Tuhan melelapkan aku : nikmat.

Serene Words

Now in the middle of my days I glean
this truth that has a flower’s freshness :
life is the gold and sweetness of wheat,
hate is brief and love immense.

Let us exchange for a smiling verse
that verse scored with blood and gall.
Heavenly violets open, and through the valley
the wind blows a honeyed breath.

Now I understand not only the man who prays ;
now I understand the man who breaks into song.
Thirst is long-lasting and the hillside twisting ;
but a lily can ensnare our gaze.

Our eyes grow heavy with weeping,
yet a brook can make us smile,
A skylark’s song bursting heavenward
makes us forget it is hard to die.

There is nothing now that can pierce my flesh.
With love, all turmoil ceased.
The gaze of my mother still brings me peace.
I feel that God is putting me to sleep.