Sastra hujan

Kamis, Agustus 21, 2014 0 Comments A+ a-



Tiada api maka tiada panas. Kalau tak ada api tak kan ada asap. Tidak ada panas maka tak ada hujan. Meskipun kadang-kadang panas tak selalu api. Api dan api tak panas bagi Ibrahim.

Hujan. Kali ini aku tertarik untuk membahas atau membicarakan hujan dalam tulisanku ini. Ini jauh dari kebenaran untuk kau percayai. Sebab itu aku tidak bertanggung jawab atas kelakuan kalian.

Aku bertanggung jawab atas kelakuan diriku sendiri. Tulisan ini tidak akan mengajak dan memerintahkan untuk anarki.

Hujan memiliki arti tersendiri bagi masing-masing makhluk hidup, bahkan makhluk mati sekalipun. Hujan terjadi karena penguapan air di permukaan bumi kemudian berkondensasi di awan dan turun sebagai butir-butir air. Itu menurut ahli atau pakar ilmu sains. Bagi sebagian lain, hujan adalah penanda atau alarm untuk keluar rumah dan bermain air serta berbahagia dan berkesenangan. Untuk sebagian lain hujan adalah ancaman atau berita buruk sebab takut kebanjiran.

titik

Rabu, Agustus 13, 2014 0 Comments A+ a-

Bila indah adalah pagi mungkin suci adalah embun dan aku selalu ingin jadi beningnya
Tiada aku tanpa kau
bila merdu adalah lagu mungkin syahdu adalah senandung dan aku selalu ingin jadi maknanya
tiada kau tanpa aku
bila kasih adalah ilmu maka cinta adalah syafaat

sedangkan kita : semesta

Hujan pesanan

Rabu, Agustus 13, 2014 0 Comments A+ a-


Hujan. Saat aku kecil bunyimu adalah tik tik tik
Aku tidak akan ragu keluar untuk menyapamu dan berpelukan
Saat aku sudah besar kini aku takut, karena takut petir menyertai hujan.
Aku rindu masa kecil saat masih setulus air hujan.
Sekarang aku sudah dewasa, hujan datang bawakan pesan dan dendam

Saatnya kujawab dia cinta

Banjirkah karena Hujan

Rabu, Agustus 13, 2014 0 Comments A+ a-

Jangan kita pertentangkan kelas,
Apalagi sampai masuk penjara
Kita duduk saja di dahan jambu memandangi anjing dan kucing yang berkejaran
Sambil menggonggong dan tertawa.
Hujan ini sebentar lagi selesai, kalau tidak bisa banjir.
Tapi tenang saja kita toh tetap di atas dahan jambu. Memandangi anjing dan kucing yang selamatkan diri masing-masing.
Petir pun tahu kita berniat, kalau kita punya juga yang baik. Mudah-mudahan ia sampaikan kepada Tuhan kehendak kita.
Kalau kita hanya terus di dahan ini bergantung, berbasahan dan kedinginan sama saja kita masuk penjara.

Lebih baik kita berkejaran saja melanjutkan kegembiraan, kalaupun hujan masih belum reda, kita buat rakit, sampan dan kapal untuk kehadiran banjir.
Jangan takut dibilang kucing apalagi anjing, karena mencibir adalah seburuk-buruk karya.