Sastra hujan

Kamis, Agustus 21, 2014 0 Comments A+ a-



Tiada api maka tiada panas. Kalau tak ada api tak kan ada asap. Tidak ada panas maka tak ada hujan. Meskipun kadang-kadang panas tak selalu api. Api dan api tak panas bagi Ibrahim.

Hujan. Kali ini aku tertarik untuk membahas atau membicarakan hujan dalam tulisanku ini. Ini jauh dari kebenaran untuk kau percayai. Sebab itu aku tidak bertanggung jawab atas kelakuan kalian.

Aku bertanggung jawab atas kelakuan diriku sendiri. Tulisan ini tidak akan mengajak dan memerintahkan untuk anarki.

Hujan memiliki arti tersendiri bagi masing-masing makhluk hidup, bahkan makhluk mati sekalipun. Hujan terjadi karena penguapan air di permukaan bumi kemudian berkondensasi di awan dan turun sebagai butir-butir air. Itu menurut ahli atau pakar ilmu sains. Bagi sebagian lain, hujan adalah penanda atau alarm untuk keluar rumah dan bermain air serta berbahagia dan berkesenangan. Untuk sebagian lain hujan adalah ancaman atau berita buruk sebab takut kebanjiran.


Sekelompok yang lain lagi, hujan adalah petaka sebab gabah yang dijemur tak kunjung kering. Sekerumunan lainnya lagi, hujan adalah kabar gembira sebab kekeringan tidak lagi melanda dan air sumur akan bertambah.

Hewan-hewan air akan berpesta pora didalam hujan, katak, siborok, nyamuk tentu akan senang.

Hujan juga menjadi ide dan tema. Kaum seniman tidak sedikit yang membuat lagu tentang hujan. Hujan seperti yang dikarang Utopia. Hujan seperti yang dilahirkan Sapardi yang kemudian menjadikan awan tiada. Hujan yang menjadi penyejuk, penyiram api, karena sunyi yang membakar adalah api, kata Pidi.

Hujan tetaplah hujan yang bisa kita nikmati kita puji kita kutuki. Dia tetaplah hujan. Maka mungkin benarlah sebagian orang yang memberikan pandangan bahwa hujan adalah kata. Dan kata bisa keluar dari kata itu sendiri. Ia bisa menjelma menjadi apa saja yang sesuai dengan yang punya kehendak. Hujan bisa keluar dari hujan itu sendiri. Dia tidak terkurung dia bebas. Dan seperti itulah hujan seharusnya dan kita juga.

Hujan

... air sejuk
Yang jatuh teratur menimpa rerumputan biru pekat
Ia luluh hancur menyegarkan
Pada hari yang telah gerah
Pada kepenatan yang bergelombang
Redamkan emosi meski hingga tak padam
Hujan,
Kadang banyak tangis, air mata larut
Bersama air hujan, menghunjamkan ke bumi
Hujan adalah hujan, tetap berikan kesejukan…
Entah itu semu, entah ilusi
Sampai hujan hampiri hati sang puisi
Bersama menderas air mata,
Bersama melumat pekatnya malam
Dalam alam malam hitam pekat,….
menangislah bersama
berharaplah bersama hujan saat hujan,………

Maka bebaslah hujan dan dimana pengendali hujan