Siapa Menang Siap Kalah

Selasa, Januari 26, 2016 0 Comments A+ a-

Siapa Menang Siap kalah

dan Menerima Kekalahan

Dijual : Satu Tiket ke Surga II

Selasa, Januari 26, 2016 0 Comments A+ a-

Kebiasaanku tiap hari. Mengecek Timeline. Entah itu facebook, twitter, atau LINE. Lini masa, terjemahan bakunya. Garis waktu. Ya semacam itu. Intinya ini adalah suatu bagian dalam situs online yang di sana aku menemukan orang-orang tengah memproyeksikan dirinya. Mulai dari sekadar curhat, mengeshare berita, berdebat, mengupload foto, berjualan, sampai bertengtar. Ada juga yang timeline-nya berisi game tes kepribadian online. Biasanya Facebook adalah ladang subur bagi tumbuhnya berita hoax(bohong). Foto-foto mengenaskan dan gosip artis. Kalau twitter itu biasanya apa? Saya lupa, sebab tidak selalu ingat. Haha. Yang jelas, twitter adalah tempatnya aktivis dan pelaku hashtag atau tanda pagar berpesta. Sedang LINE adalah bagian kecil, yang mulai seperti facebook dan twitter. Mungkin ini tidak terjadi padamu. Tetapi jelas, terjadi padaku. Kalau LINE mungkin gegara friend-nya cuma seribu jadi tidak terlalu variatif macam facebook dan twitter.

Salat Boleh di Langgar

Selasa, Januari 26, 2016 0 Comments A+ a-

Salat boleh di langgar.

Sekilas tentu ini akan menimbulkan cap sesat plus stempel kafir. Tetapi jika disimak lebih lanjut, kalimat ini ada benarnya. Setidaknya menurut KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kesalahan pembaca mayoritas adalah ketidaktahuan tentang hubungan makna gabungan kata. Dilanggar tentu berbeda dengan di langgar.


Yang pertama berarti tidak dilakukan, yang kedua berarti di surau kecil. Ya surau kecil itu adalah langgar, langgar itu artinya tempat solat, musola dalam KBBI. Pembacaan di langgar dan dilanggar bisa seberbahaya itu. Tidak juga. Hehe. Jika kalimat itu diucapkan? Hati-hati saja jangan sampai mengucapkannya di dekat orang-orang yang siap membunuh atas nama agama. Nyawamu taruhannya.


Dijual : Satu Tiket ke Surga I

Selasa, Januari 26, 2016 0 Comments A+ a-

Dijual : Satu Tiket ke Surga

Sebuah tiket warisan turun temurun itu akhirnya dijual. Bukan di koran, bukan di pasar, bukan di toko, bukan di jalan, bukan di jajakan dari rumah ke rumah. Tetapi lewat status LINE. Apakah semudah itu tiket tersebut? Lepaskan dulu pertanyaan tentang apakah tiket itu asli. Atau memang anda sudah yakin tidak ada tiket ke surga. Apalagi dijual dan bisa ditukar dengan uang. Mari berprasangka, dan bertanya. Apakah kehidupan si penjual tiket begitu sulit dan rumit dan miskin sehingga tiket itu dijual? Atau jangan-jangan ia sudah tidak percaya surga sehingga berani menukarnya dengan uang dunia. Ah. Siapa pula yang berpikiran bahwa dijual itu selalu ditukar dengan uang? Dari kitabsuci mana anggapan macam begitu lahir? Sudahlah tidak usah kita perdebatkan memang bila dijual itu akan dibeli dengan uang.

Tiket ke Surga. Menarik memang semacam izin dari Tuhan buat masuk surga. Seolah dengan adanya atau dipunyainya sebuah tiket orang langsung bisa masuk ke surga. Cara pikir macam apa ini? Surga oh indahnya engkau dengan segala isinya.

Jika surga itu melebihi indahnya beribadah, ya begitulah. Jika paradigma beragama seperti dagang pulsa ya masalahkah?



Hilangkan Mauvaise Foi

Rabu, Januari 20, 2016 0 Comments A+ a-

Sebagai seseorang yang sudah menyalami eksistensialisme, tidak sepantasnya lagi bicara tentang prasangka buruk. Bukankah dalam terminologi mauvaise foi, semua sudah jelas tentang bagaimana. Memang barangkali ujung-ujungnya, diri adalah musuh yang sesungguhnya. Diri memang bukanlah projek eksistensi yang sudah final. Diri adalah yang bergerak terhadap diri.

3 November 2015

Rabu, Januari 20, 2016 0 Comments A+ a-

3 November 2015

Kemarin siang aku bermimpi. Ketika sedang bermimpi itu, aku berusaha untuk mengingat mimpi itu sebagai pelajaran (nasihat) penting bagi hidupku saat bangun nanti. Ya beberapa bulan terakhir aku sering mengalami mimpi yang aku sadar aku sedang bermimpi. Ya carana tentu dengan cek realitas yang acap kulakukan.  Dengan mencubit lengan, bila tidak sakit dan tidak merasakan apa-apa berarti aku sedang bermimpi.  Maka otomatis aku akan tahu. Meskipun demikian, aku tetap mendapatkan kesan sedih dan cemas dalam mimpi itu. Aku pernah mimpi becermin dan melihat wajah sendiri dalam mimpi itu. Mimpi mengajarkan skak mat catur dengan buah tinggal raja benteng vs raja kepada seoang kawan, mimpi main poker yang begitu detail dan mimpi yang paling ekstrem adalah mimpi menciptakan sebuah permainan dari kartu bridge atau remi.  Aku mencipta jenis permainan baru dan saat bangun aku dapat mengulangi game itu dan mencoba bug-bug-nya dan menyempurnakan aturan-aturannya. Aneh dan sangat.

Sepertinya ?

Rabu, Januari 20, 2016 0 Comments A+ a-

Sepertinya kita butuh duduk berdua, membicarakan. Kalau tidak, biarkan aku saja yang bicara, bermonolog ria, bercerita segala yang terjadi padaku akhir akhir ini dan kaitannya denganmu.

Refleksi 2015

Rabu, Januari 20, 2016 0 Comments A+ a-

Refleksi Kehidupan Belakangan

Belakangan ini aku merasa ada yang monoton dalam kehidupan ini. Apakah arti dari kemonotonan? Ya salah satu bentuknya adalah kehidupan yang makin ramai dengan pertanyaan. Dan entah kenapa pada suatu saat aku menganggap pertanyaan-pertanyaan tersebut tidaklah perlu. Akan tetapi di suatu saat yang lain, aku juga menganggap hal itu adalah hal yang esensial. Dan apa itu yang perlu? Mengapa harus ada yang perlu dan tidak perlu? Samakah ia dengan kebutuhan? Yang bila tidak terpenuhi dapat menyebabkan luka atau kehilangan eksistensial ? Tiga kata : aku tidak tahu.

dua monolog dan satu dialog

Selasa, Januari 19, 2016 0 Comments A+ a-

Dua monolog singkat 

1
Maaf tadi salah pencet, eh salah sentuh
Eh...tadi mau lihat home mu malah ke free call

2
Kalau memang kau tak bersedia
Tolong cari penggantimu
Paling tidak ia orang pilihanmu

Anggap saja tidak terjadi apa-apa


Dilarang mabuk, kecuali mabuk cinta


Sampai jumpa, lain kali mungkin

Satu dialog mini

Dia : Seperti Tuhan saja Kau, bermonolog ria
Aku : Bukan, aku ini hamba yang sedang menyembah rayu Kau agar mau bercinta
Dia : Maaf, lain kali mungkin.

Bandung, 2016

sin sod dod

Sabtu, Januari 16, 2016 0 Comments A+ a-

1.
Mulut hidung bersin
Memuncratkan puisi
Dari dalam diri
Menyebar mengisi udara :
Menularkan bibit makna

2.
Salam !
Silakan buka mata, buka telinga
Lihat dengan saksama
Dengar keciap rasa

3.
Malam segera roboh
Di pangkuan tanah lembab
Silakan ucap kalimat perpisahan
Sebelum mulut dijahit dan suara dibungkam

Bandung, 2016

Catatan Liburan Akhir Tahun 2015 #10

Sabtu, Januari 16, 2016 0 Comments A+ a-

8 Januari 2016

Akan meninggalkan Jogjakarta

Kereta Pasundan jurusan Jogja Bandung, Lempuyangan Kiara Condong, kelas ekonomi sudah dipesan Jul Senin lalu. Harganya 100 ribu. Terhitung murah bila dibandingkan dengan Okie dan Haris yang pulang naik bus 170 dan 185 ribu. Kereta jam 2 siang. Dan di tiket dijelaskan bahwa sampai di Kiara Condong jam 23.19. Jam sepuluh kami sudah selesai mandi. Aku dan Jul mau beli oleh-oleh dulu, ke Bakpia di samping school of rock-nya Ahmad Dhani itu. Pukul 11 aku dan Jul berangkat naik motor KLX Sam. Sepulang dari sana kami sempatkan membeli sarapan siang. Sarapan yang dirapel dengan makan siang. Aku, Jul, Robi, Mas Miqdad dan adiknya, dan Sam segera menyantap makan siang yang sederhana itu. Nasi sayur dan tahu dan tempe. Kami makan bersama. Nasi digelar keempat bungkusnya dan lauknya ditumpah dan makan bersama, seperti yang pernah sebelumnya, pas hari pertama aku di jogja. Waktu itu dengan daun pisang, sekarang sudah tidak sempat lagi, sebentar lagi jumatan. Setelah habis. Kami berangkat Jumatan di SMK Muhammadiyah, tidak jauh dari kosan.

Catatan Liburan Akhir Tahun 2015 #9

Sabtu, Januari 16, 2016 0 Comments A+ a-

7 Januari 2016

Catatan Liburan Akhir Tahun 2015 #8

Sabtu, Januari 16, 2016 0 Comments A+ a-

6 Januari 2016

Catatan Liburan Akhir Tahun 2015 #7

Sabtu, Januari 16, 2016 0 Comments A+ a-

5 Januari 2016

Catatan Liburan Akhir Tahun 2015 #6

Sabtu, Januari 16, 2016 0 Comments A+ a-

4 Januari 2016

Catatan Liburan Akhir Tahun 2015 #5

Sabtu, Januari 16, 2016 0 Comments A+ a-

3 Januari 2016

Edisi Karanganyar Solo berakhir. Saatnya balik. Bukan ke Bandung, tetapi ke Jogja.

Catatan Liburan Akhir Tahun 2015 #4

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

2 Januari 2016

Hari kedua di tahun ini kunyalakan di Solo. Pagi-pagi Kukuh sudah membawa kami ke pasar. Bukan untuk membeli sayur atau pakaian. Tapi ingin melihat-lihat kejadian-kejadian, ah apalah namanya. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah kompleks Pasar Klewer. Di seberangnya itu kami berhenti, memarkir honda jazz kukuh yang matic itu. Lalu sedikit berjalan ke toko yang menjual blangkon, keris, baju kejawen, patung dan macam-macam benda mati lain. Kata siapa benda mati? Tentu saja menurut kategori dari ilmu biologi. Kukuh bertanya kepada ibu-ibu yang sedang duduk di depan tokonya, seperti ingin menunggu pembeli. Bu dimana ya toko buku (orang-orang yang jualan buku). Si ibu bilang di seberang sana. Lalu kami berbalik arah, mengikuti telunjuk ibu itu dan mengikuti langkah kaki kukuh.

Catatan Liburan Akhir Tahun 2015 #3

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

1 Januari 2016

Pagi yang panas. Cuaca Karanganyar memang berbeda dengan Bandung. Sepagi itu Kukuh sudah sempat browsing apa saja tempat yang bakal dikunjungi hari ini. Lalu ingin memenuhi permintaan Okie juga mencicipi makanan khas Solo. Jam 8 kami berangkat ke Candi Sukuh. Sebelum itu kami pamitan dulu ke Bapak Kukuh yang sedang mengurus kebun dan ternak di rumah almarhum kakeknya.

Catatan Liburan Akhir Tahun 2015 #2

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

31 Desember 2015

Pukul setengah enam pagi. Aku turun di pasar gamping. Langsung aku ditawari jasa ojek. Mau kemana Dek? Mau ke Kaliurang Pak. Ya mari naik ojek saja 50 Ribu. Hmmm mahal juga ya ujarku dalam hati. Aku menawar 30 ribu. Belum bisa dek katanya. Aku kebelet. Segera ke wc umum. Aku pipis. 2000. Lagi. Aku mencoba menghubungi Okie dan Kukuh. Tidak ada yang mengangkat, aku chat di grup Line, tidak ada yang balas. Sepertinya mereka belum bangun. Oh ya nama kawasannya Plemburan. Ada satu lagi tukang ojek yang agak memaksaku, 40 ribu ke plemburan katanya. Namun aku belum tahu alamat pasti, itu alasanku menolak beliau. Aku cuma berjalan beberapa meter dari pasar itu mencoba menghindari tukang ojek yang memaksa.

Catatan Liburan Akhir Tahun 2015

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

30 Desember 2015

Hari itu hari penuh rindu. Kepada apa aku tak tahu. Mungkin atas nama kesendirian yang mencapai selaput kekekalan. Dua hari yang lalu aku membincangkan dengan Okie, saudara seperguruan sepertrongkrongan tentang rencana berlibur ke kota Yogyakarta dan bertahun baru di rumah saudara Kukuh Samudra. Kemarin Okie sudah berangkat, menyusul Haris dan Jul yang sudah mendahului berangkat ke Jogja. Okie, menurut penuturannya, ke Tasik dulu hadiri acara keluarga dan kemudian ke Jogja. Aku pun mempersiapkan diri. Pokoknya besok ke Jogja. 30 Desember penghujung tahun yang ngepas bila diputar lagu Malam-malam di Beranda Franky Sahilatua.

segera tiba

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

Hari-hari mencekam akan segera tiba
Melesap dengan cepat mengurungmu
Dengan alinea, siapkan pena dan tulisi dengan kata-kata
Kencangkan sabuk pengaman, kita akan terbang, melewati awan rindu

Jogja, 2016


Akan

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

Akan selalu begitu pabila tidak bersiap
Tentang kejatuhan, pendaratan yang mengintai
Naik ke tempat tinggi lagi bukan cinta yang gampang, asiknya membayang menjadi
Bongkah batu sisifus yang selalu jatuh dan memuncak berulang
Abadi dalam segala sensasi
Dan tidak peduli kondasa-kondisi


Jogja, 2016

Malam Jatuh

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

Malam jatuh yang kuinginkan adalah cita rasa dinginnya pada tubuh sehabis gugur siang yang memeras badan sampai mengucur keringat di segala kulit, kening, pipi, tangan, dan kaki.
Sensasi terbang dan melayang yang kusuka seperti ketika membayangkanmu nyata-hadir dengan dinding fantasi anti roboh, fondasi anti runtuh. Aku bisa menguasai dirimu terserah padaku dan bisa menguasai dirimu terserah padaku dan bisa tak ingat diriku dan lupa malam cuma sebentar sebab sedang diburu subuh.

Malam jatuh pada jiwaku adalah kegelapan yang menimpa kandil di gelap hutan rindu nan amat lebat. Semacam aku jadi matahari. Ah, bukankah matahari adalah pertanda sekaligus penanda siang yang membosankan? Barangkali sebab malam jatuh adalah matahari yang sembunyi dan tiba-tiba , secara mendadak jatuh mendarat dan terempas,
Pada lantai marmer, pada ubin masjid, pada tanah keras, pada aspal
Dan cermin yang dibawanya pecah berderai
Aku terkeping terburai
Berserak


Jogja, 2016

Sepasang

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

Sepasang kasih sayang
Tak semestinya bingung bimbang
Apalagi harus canggung
Mereka : dunia itu sendiri


Jogja, 2016

Paras

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

Paras-paras yang membuat keringat mengucur
Memeras bongkah-bongkah peristiwa masa lalu
Menjadi hantu
Yang menyisip diantara detik
Sebagai ketukan-ketukan waktu
Paras sebagai bayangan wajah-wajah yang
Selalu berubah-ubah
Demi mempertahankan
Bentuk kehendak paling hasrat
Pasrah adalah cermin yang mesti dipecah
Dan wajah luka, tangan luka masa lalu
Disusun lagi
Meski dengan
Air mata

Jogja, 2016


mendengar since i've been loving you

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

Led Zeppelin membawa jiwa melayang di atas frekuensi getar udara dan tenggelam dalam kehilangan dan kerinduan akan suatu sublimasi. Ibarat menjadi asap rokok yang menguar di ruang kamar dan masuk kehidung lain sambil mencari ventilasi.

Jogja, 2016

Buat Candra Negista

Kamis, Januari 14, 2016 1 Comments A+ a-

Dan
Teras kebun teh
Dan
Air kolam saraswati
Dan Lingga
Dan Yoni
Dan
Sebelas mobil mogok radiator overheat
Dandan adalah jalan mendaki menurun
Dan mendaku makin penasaran
Dan terus melaju


Solo, 2015

tubuh basah

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

Tubuh yang basah oleh keringat
Adalah kering yang mencapai puncak
Ketika raga dilanda panas yang sinambung
Jiwa pasrah lepas membumbung
Aku hasrat sublim di udara

Jogja, 2016

tabung gas

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

Lima tabung gas hijau itu meledak
Dan semua orang di kantin ini hancur mati
Kecuali aku dan gadis imut itu
Tak ada lecet, ia takut
Wajahnya mengajak untuk ditatap
Dengan penuh kekuatan dan rasa aman
“tenang saja dek, aku ada”
Lalu kupeluk tubuhnya yang penuh khawatir
Kepalanya terbenam dalam dekapku
Nafasnya menghembus jantungku lalu melambat
Dan aku merasa kecewa
Mengapa tiada yang menyaksi kebahagiaan ini?


Jogja, 2016

di museum affandi

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-


Panas kehilangan kedinginan
Mengantar pejalan ke museum affandi
Masuki galeri-galeri
Pandangi lukisan-lukisan
Affandi seorang narsis
Aku juga mesti
Sebab diri
Adalah titik awal
Dan tujuan kehidupan
Lukisan bukan hanya cat, kuas, dan kanvas
Ia bukan meniru kehidupan
Bukan cuma ketelanjangan dan kehidupan
Lukisan adalah wujud proyeksi diri dalam diri yang memancar
Angin berembus pelan dingin dan rahasia, menyapu permukaan tubuh
Galeri dingin bukan karena AC, tetapi karena matahari di luar sana
Affandi hidup kembali setelah sebelumnya kudapat kabar bahwa ia mati,dalam ekspresi dan impresi, afandi mewujud, aku tak dapat konfirmasi apa yang sudah kasyaf dan tajalli hingga macam begini hadirnya tubuhnya yang menguasi
Afandi kau masa lalu yang gembira
Sinar yang merambat  dari jauh dan kini sampai padaku sebagai manusia teladan
Afandi kau masa lalu : lukisanmu sampai beribu dan aku masa kini yang takkan pernah tahu apa aku kan sampai padamu, itu tak terlalu masalah, sampai aku tak ingin hanya sekadar sia-sia

Jogja, 2016


jalanku di jogja

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

Jiwaku mesti kabel listrik di siang jogja
Dan malamnya juga
Panas listrik panas matahari tak memutus dan tak mengendor
Ia menari saja bila kulihat dari atas
Motor jul ataupun mobil kukuh
Walau Frau sudah ewean di luar angkasa
Eh bukan ewean , tapi bercinta
Tubuhku mesti wanita pelacur sarkem yang bertahan dan melawan bukan untuk menumpuk keakayaan. Seluruh hidupku adalah perjalanan tanpa peduli tujuan yang ada hanya tidak tertekan
Menimbang hidup di atas bangku sadar akan
Pergulatan hidup tiap waktu adalah menyalakan api iman dalam diri sekaligus memadamkan api lain. Biar tak hanya sibuk beragama lupa bertuhan.
Rasaku mesti peka dengan gelandangan dan mafhum akan penindasan
Dan tertawa pada kehidupan
Setelah kemudian terlahir kembali
Sebagai birahi tak bertuan


Jogja, 2016

flu waktu malam

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-


1.
Mulut hidung bersin
Memuncratkan puisi
Dari dalam diri
Menyebar mengisi udara :
Menularkan bibit makna
2.
Salam !
Silakan buka mata, buka telinga
Lihat dengan saksama
Dengar keciap rasa
3.
Malam segera roboh
Di pangkuan tanah lembab
Silakan ucap kalimat perpisahan

Sebelum mulut dijahit dan suara dibungkam

Resensi Novel Alenia

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

Resensi Novel Alenia


Judul                     : Alenia
Penulis                 : Risalatul H
Penerbit              : Penerbit Periuk
Cetakan               : I, 2015
Tebal                     : vi+171 hlm; 19x12,5 cm
Harga                    : Gratis. Pemberian Ki Kaboet Yogyakarta

Sari Khotbah Nietzsche dalam Tubuh Novel

Usia memang tidak membatasi manusia untuk berkarya. Penulis novel ini kelahiran 1995 di Pati. Artinya, beliau menelurkan cerita ini di usianya yang ke-20. Novel tipis ini semacam khotbah. Risalatul sebagai mahasiwa filsafat—(sepertinya seorang umat Nietzsche) ingin mengumumkan kepada pembaca, begini loh hidup itu. Ada nilai-nilai yang mesti kau lihat dari kacamata lain. Ada penjungkir-balikan nilai a la Nietsche yang ditawarkan oleh penulis.

Resensi Novel Genesis

Kamis, Januari 14, 2016 0 Comments A+ a-

Resensi Novel Genesis

Judul                     : Genesis
Penulis                 : Ratih Kumala
Penerbit              : INSISTPress
Cetakan               : I, Juni 2005
Tebal                     : vii+203 hlm; 15x21 cm
Harga                    : Gratis. Pemberian Jaja Suharja Lampung



Bung Jaja Suharja adalah orang yang memberikan novel Genesis ini kepada saya. Awalnya saya minta buku cerpen Iwan Simatupang Tegak Lurus dengan Langit, akan tetapi kata beliau buku itu sudah tidak ada di Perpustakaan Lampung. Jadilah ia mengirimkan buku ini. Karena tabula rasa saya belum punya, buku Genesis yang merupakan novel kedua inilah yang saya baca.