Pengin Punya Satu

Minggu, November 19, 2017 0 Comments A+ a-

Ingin sekali menghilangkan malu
dalam diriku, memeluk rimbun
rambutmu seperti pohon
beringin itu. Lalu berlarian
di sekitar ponimu : pagar
taman kanak-kanakmu.

Ingin sekali melepaskan ragu
lantas melangkah yakin ke arahmu
menyuapimu dengan bekal makan
siang dari ibu.

Kau suka telur dadar?
Atau roti selai sarikaya?

Ingin sekali bernyanyi di
depan kelas denganmu.

Ingin sekali seperti besi berani itu.
Kadang-kadang kamu magnetnya
kadang-kadang aku,
kadang-kadang kamu pasirnya
kadang-kadang aku.
Tidak pernah bercerai karena magnet dan pasir selalu lengket.

Ingin sekali selalu bersamamu
berjalan berdua ke mana pergi

Ingin sekali memencet hidungmu
tombol nyala keriangan lincahmu

Ingin sekali selalu denganmu
bermain, belajar, menulis, membaca,
sarapan dan nonton tv hari minggu,
juga mandi hujan sore-sore, tidak perlu
takut dimarah ibu.

Ingin sekali bermimpi denganmu.
Di mimpi sama dengan ketika bangun.
Mimpi dan bangun sama-sama senang.

Ingin sekali nanti kakek-nenek denganmu
Sampai menyeberang jembatan
dari rambut dibelah tujuh itu.

Ingin sekali aku menghilangkan rasa
ingin memilikimu. Kini


Bandung, 2017

Menunggu Hujan Reda

Sabtu, September 30, 2017 2 Comments A+ a-




Selepas kenyang makan nasi goreng ikan asin
Kita akan langkahkan kaki ke penjuru malam
Sambil menanyakan apa lagi yang akan kita habiskan
Segelas kopi tubruk pangalengan atau kentang goreng setengah matang?
Ini hujan sudah tidak rintih-rintih
Marilah pulang menuju dipan
Lantas menyetel lagu lucu masa kecil
Kala kita masih berparas lugu
Juga cerita-cerita sebelum tidur
Membawa kita ke lain dunia

Mudah-mudahan esok nanti waktu kita bangun pagi
Kita bangun lagi kesepian di antara gugur hujan
Kita mesti selesaikan langkah kaki ini
di tengah kata-kata berserakan
diguyur hujan malam-malam
di atas kertas yang hitam-kelam

Dengan demikian damai dan tenang
datang di hadapan diri yang dingin
dan diguyur lupa-melupakan


Kita cuma menunggu hujan reda
Sembari tak rela kehilangan hangat yang telanjur ada?


Bandung, 2017

Sepuluh Kata Benda atau Nomina yang Sebaiknya Dihapuskan dari Muka Bumi(Sepuluh Terlalu Banyak Tiga Dulu ya, nyicil :-) )

Sabtu, September 23, 2017 0 Comments A+ a-


Misalkan kita di pelataran Tiben, berbicara tentang  kata, mendiskusikan satra, perihal frasa yang mesti dilenyapkan dari muka bumi. Apa yang timbul dalam benak asra? Tidak tahu. Biarlah yang kita tahu hanya bahwa esok hanya misteri seperti kata The Rain dan Hidup Mesti Terus Meski Misterius. Tetapi saya tergelitik untuk menulis judul-judul yang seperti di atas. Maka dari itu ketika diri saya bertanya tentang apa sepuluh kata yang harus dihapuskan dari muka bumi saya mencoba mengurai satu persatu, gulungan benang kusut yang silang-sengkarut di antara kita.

Inspirasi

Entah karena saya yang snob akut atau mengalami gejala sinis stadium Wembley, kata inspirasi dengan segala macam derivatnya: inspiratif, inspirator, menginspirasi, dan lain-lain, membuat saya kekal, maaf kesal. Saya yang mengalami masa kecil di SMA jurusan IPA ini cukup terganggu dengan penggunaan sedikit-sedikit inspirasi, sedikit-sedikit inspirasi, inspirasi kok sedikit-sedikit. Ini semacam merusak citra pemahaman dalam benak saya bahwa inspirasi adalah proses memasukkan udara melalui alat-alat pernapasan. Ingat napas dengan p bukan f.

Meskipun demikian, demikain apa? Di tengah kesibukan saya mengabdikan diri sebagai insan akademis ITB demi perkembangan Industri dan ilmu pengetahuan agar supaya menjamin kemaslahatan bangsa dan agama. (Bukan demi kepentingan pribadi yang berkedok kepentingan umum tentu) Saya menyempatkan diri untuk membuka KBBI dari taskbar desktop komputer saya, hasilnya inspirasi berarti ilham. Selayaknya manusia yang tidak pernah puas. Saya melanjutkan dengan mencari apa itu ilham.

Apa itu ilham? Sebelum apa saya akan jelaskan siapa itu Ilham dengan I besar. Ilham adalah nama pemain timnas U-19 yang  sempat menjadi idola saya. Dia biasa dipasang sebagai penyerang sayap kiri atau kanan. Dia mempunyai akselereasi di atas rata-rata pemain AFF U-19 waktu itu. Amat sering ia menyusahkan pemain belakang lawan-lawannya. Ilham kini bermain untuk klub bola Surabaya United. Usianya baru 21 tahun. Ini mungkin ada kaitannya dengan regulasi PSSI soal pemain muda yang wajib ada di kompetisi LIGA GOJEK dan Traveloka ini.

Sedangkan menurut hasil salin-tempel saya dari KBBI ilham itu seperti ini :  il·ham n 1 petunjuk Tuhan yg timbul di hati: ibu Nabi Musa mendapat -- supaya memasukkan anaknya ke dl peti dan menghanyutkannya ke Sungai Nil; 2 pikiran (angan-angan) yg timbul dr hati; bisikan hati; 3 sesuatu yg menggerakkan hati untuk mencipta (mengarang syair, lagu, dsb): di tempat pengasingannyalah ia mendapat -- untuk mencipta lagu-lagu perjuangan;

Saya tidak mengusulkan agar inspirasi diganti dengan kata lain. Agar itu lebih enak dinikmati saja, dimakan di hari yang panas, mencuci mulut yang kotor sehabis banyak berdusta dan melontarkan kata-kata kotor juga. Karena rinso tidak menyediakan itu. Saya terganggu saja, kenapa? Mungkin karena penggunaan itu berefek kepada pendangkalan sistem pencarian manusia akan ide-ide kebenaran-kebenaran kecil dan perangkat pikiran yang subtil lainnya. Inspirasi merupakan bagian dari sistem Respirasi yang terdiri dari pergantian terus menerus insipirasi dan ekspirasi. Menghirup dan mengeluarkan udara.

Wah memang kamu inspiratif sekali ibarat udara yang kuhirup demi melanjutkan kehidupan. Demi memasukkan oksigen ke dalam tubuh untuk proses oksidasi dan metabolisme seperti daur Krebs.

Apresiasi

Apresiasi kalau yang ini mungkin bersinonim dengan pujian. Saya harus mengakui bahwa saya suka pujian. Meskipun saya tahu bahwa pujian bisa berdampak negatif bagi perkembangan orang-orang tertentu. Masih ingat dengan Whiplash? J.K. Simmon yang jadi guru killer itu bilang di film itu bahwa dua kata paling bahaya dalam kosakata Inggris adalah good job. Pujian adalah bahaya. Pujian juga ujian bukan? Nah saya sudah tidak tahu lagi, eh iya meskipun pujian kok malahan ngomongin pujian ya? Bodohnya saya. Apresiasi.

Apresiasi sendiri bagi saya adalah lawan dari depresiasi. Waktu mengambil mata kuliah Proyek Rekayasa Interdisiplin saya memiliki kesan tertentu terhadap kata apresiasi, meskipun sebelumnya apres bagi saya adalah sebuah unit musik pada saat OHU (Open House Unit) sekitar enam tahun lalu. Depresiasi itu adalah penurunan nilai guna suatu barang seiring berjalannya waktu. Baik itu jalan kaki, jalan macet atau jalan berlubang. Tetapi bukan jalan ke surga ya ! Ada namanya koefisien depresiasi. Faktor pengali untuk kejadian depresiasi, besaran untuk menghitung pengurangan nilai guna atau performansi barang itu.

Oke apresiasi adalah kenaikannya, menurut saya. Apresiasi mungkin menaikkan nilai sesuatu. Bukan nilai UTS ya. Karena itu sudah berlalu. Apresiasi menghargai? Mungkin

Tapi kalau Apresiasi adalah menganggap sesuatu lebih penting daripada yang lain? Entahlah !

Tips

Tips yang bahkan tidak ada dalam perangkat lembut KBBI milik saya ini mengingatkan saya kepada tips menulis buku best seller yang amat saya jumpai di dunia maya. Tips yang kemudian dibuatkan novelnya oleh Orang Cerdas bernama Martin Suryajaya: Kiat Sukses Hancur Lebur. Oh iya bahkan kitab suci kabarnya tidak judul bab atau semacamnya yang begini: Tips Masuk Surga atau Kiat Masuk Surga Secepat Kilat. 300.000 km/detik maksudnya.

Tips juga hadir dalam bentuk lain seperti langkah-langkah. Entah mengapa saya skeptis dan cenderung membenci langkah keajaiban rejeki 7 hari menjadi kaya. Mungkin karena diri saya yang sudah sering gagal sehingga menempa diri saya menjadi pesimis. Sehingga apa lagi? Tidak tahu

Tetapi siapa yang tahu cara dunia bekerja. Bukankah yang kebanyakan itu misal saja hanya sedikit yang masuk surga ‘kan? Jikalau memang ingin. Jangan-jangan demokrasi adalah bentuk dari simulasi kebodohan. Bukankah orang awam adalah massa yang mudah terpengaruh? Terombang-ambing tak ada uang. Jangan-jangan yang best-seller best-seller adalah tipuan. Bagaimana halnya dengan keserupaan keseragaman? Di mana posisi sesuatu yang personal, yang partikular.


Saya sebenarnya tidak tahu sedang menulis apa. Tapi ya begitulah namanya juga anak muda, eh mahasiswa boleh salah kan? Demi menjadi penulis besar yang best seller, demi kebaikan kita bersama marilah menghapuskan tiga kata ini saja mudah-mudahan kita menemukan diri kita sendiri. Amin. Tapi tenang saya sebisa mungkin akan berusaha untuk tidak akan menuliskan tips menemukan diri sendiri dalam waktu sepertigapuluh detik !

Malam Minggu yang Ditunggu

Minggu, Agustus 06, 2017 1 Comments A+ a-

Datang seperti tangan ingin
bergandeng, bulan putih
di langit malam cerah
malu-malu menyerahkan wajah
indahnya bagi seluruh pemilik
rindu paling dingin
di sebalik awan
yang sudah terlalu lama
sembunyikan rasa saling
mengirimkan seulas senyum
terbagus selama ini.

[Resensi Buku] Perjalanan Lain Menuju Bulan : Bring Puisi To The Next Level

Senin, Juli 10, 2017 0 Comments A+ a-



Judul               : Perjalan Lain Menuju Bulan. Satu Kisah Tiga Babak atau Tiga Puluh Sajak
Penulis             : M. Aan Mansyur
Penerbit           : Bentang
Cetakan           : I, Juni 2017
Tebal               : xvi+96 halaman

Pertanyaan masih mungkinkah puisi ditulis menjadi teror bagi para penyair kita. Bila di dunia bisnis ada istilah inovasi, maka dalam seni puisi ‘inovasi’ ini sepadan dengan jawaban atas pertanyaan teror itu. Setelah masa Buah Rindu Amir Hamzah, Chairil menyentak-terjang dengan Aku Ini Binatang Jalang. Lantas kemudian, para penyair kita berlomba-lomba keluar dari kungkungan para pendahulu tersebut. Maka kemudian lahirlah Sapardi Djoko Damono dengan tradisi prosaik Tagore, Subagio yang puisinya padat ide, lalu Gunawan Mohamad dengan suasana kebahasaan yang menawan. Lantas muncul juga nama Sutardji yang mengembalikan kata-kata kepada kodrat kata-kata yang bukan sebagai penyampai makna. Ada lagi Joko Pinurbo yang seperti remaja nakal mengutak-atik satir dan kelucuan yang ironi. Muncul pula puisi posmodern Afrizal Malna yang nyeleneh, dan Nirwan Dewanto yang mengambil lisensi dari seni rupa, surealisme, ekspresioniesme dan dengan penumpukan benda-benda. 

PEMUDA DALAM KESUKARAN DALAM TIGA BAGIAN

Rabu, Juni 21, 2017 0 Comments A+ a-

(Bersama Kukuh Samudra)

Bagian Pertama

Pada taman kehidupan
ada sosok susah payah
menyongsong sesak hari depan
dihirupnya aroma melati
yang seluruh kelopaknya luka
dipandanginya bugenvil dan alamanda
lama-lama ia diam
diam dalam kepayahan
diam dalam permenungan

9 Haiku Matsuo Basho

Rabu, Juni 21, 2017 0 Comments A+ a-

1
Kemelut laut
sampai ke Sado
bentang bimasakti

2
Kolam tua
katak meloncat
air kecipak

3
Kilatan petir
memintas gelap
bangau teriak

4
Di tangkai layu
bertengger gagak
malam musim gugur

5
Ini jalan
tanpa seorang
malam musim gugur

6
Rumput musim bunga
tersisa hanya
mimpi ksatria

7
Keheningan
tenggelam ke batu
jangkrik meratap

8
Sakit di perjalanan
mimpiku berkelana
atas gersang padang

9
Gurita terjerat
mimpi lekas lenyap
bulan musim semi 

jiwa, waktu, dan akutagawa

Rabu, Juni 21, 2017 0 Comments A+ a-

secercah kilau cahaya
rebah pada seutas
benang laba-laba
melayang ganas masa silam


Bandung, 2017

haiku alai

Rabu, Juni 21, 2017 0 Comments A+ a-

lenganku lunglai

selesai membelai

si kecilku terkulai


Kanazawa, 458 SM

Pemuda dalam Kesukaran

Selasa, Mei 30, 2017 0 Comments A+ a-


Pada taman kehidupan
ada sosok susah payah
menyongsong sesak hari depan
dihirupnya aroma melati
yang seluruh kelopaknya luka
dipandanginya bugenvil dan alamanda
lama-lama ia diam
diam dalam kepayahan
diam dalam permenungan


Bandung, 2017

Nostalgia Dari Jauh Sekali

Selasa, Mei 30, 2017 0 Comments A+ a-


Si kecilku langkahkan kaki
lenggang gemulai hampir menari
Beringsut lambat ke alam mimpi
Tinggalkan dunia seram ngeri

Di kepalanya dedaun eukaliptus
Di lehernya sulur anggur
Di dadanya mangga mengkal
Di perutnya hampar vanili
Di kakinya kelinci berlari

Aku terlena, gelegak jiwa dan gemuruh


Bandung, 2017

Senyum Gadis Samaria

Selasa, Mei 30, 2017 0 Comments A+ a-

Senyum Gadis Samaria (1)

Pencerahan bukanlah jalan
cuma mengulang
senyum abadi.

Gadis menjemput kematian
meloncat dari jendela takdir
jatuh, patah,
berdarah di atas tanah.

Pencerahan, melalui hangat
tubuhnya Ia jalarkan.

Dalam peluk, segala makhluk
menjenguk sang Buddha
hingga sanggup teguk
air bahagia:
cucur pencerahan

Senyum Gadis Samaria (2)

Tiap perempuan, tiap laki-laki nan dilekapnya
ialah Buddha.

Cahayakah Ia? Mungkin api
membakar-retih seluruh dosa dan ketidakbijakan

Mukimnya pernah di rumah gedung
sebelum raib menyisakan kabung

Kini tinggal senyumnya yang nyala
di balik letih tiap setubuh basah

Senyum Gadis Samaria (3)

Bagian Pertama:

Pencerahan bukan cuma jalan panjang tetapi juga abadi mengulang. Perempuan dan laki-laki yang dipeluknya berubah jadi roda lenyap derita.

Bagian Kedua:

Gadis Samaria gadis senyum di bibir, di pipi, di hidung, di mata, di kening, di rambut, di leher, di bahu, di ketiak, di dada, Senyum di perut, senyum di pusar, senyum di vagina,senyum di pantat, senyum di paha, senyum di lutut, senyum di betis, senyum di tumit, senyum di tapak, senyum di jemari. Gadis Samaria sekujur tubuh senyum.
Gadis Samaria sepenuh badan senyum.

Bagian Ketiga:

Sepanjang masa: hening, segala ruang: riuh
damai sama senyum, riang ganjur jauh


Bandung, 2017

Bisa Tahan*

Selasa, Mei 30, 2017 0 Comments A+ a-

(bagi Okie F.R)
Aku adalah aku setelah aku dilalui aku
Aku ialah aku yang lebih hidup bahagia yang lebih menikmati hidup yang lebih daripada aku daripada dia daripada engkau dan daripada kalian
Aku adalah aku yang lebih dan selalu akan lebih daripada aku setiap detik, saban menit, setiap jam, saban hari, setiap minggu, saban waktu
Aku adalah yang lebih bijak yang lebih pintar yang lebih peka yang lebih daripada aku, aku, dan aku
Aku lebih esensial, lebih eksistensial, lebih spiritual ketimbang aku, ketimbang kamu, dan daripada segala sesuatu
Aku adalah yang mengaku sebagai aku yang mendaku sebagai aku yang menuju aku lewat aku
Aku dimana-mana, dimana saja dimana pun mukim aku
Aku di atas langit, di atas aku, di atas ruang, di atas waktu
Aku melampaui aku melangkaui aku mendahului aku
Aku adalah aku diawali aku diakhiri aku
Aku selalu aku menjelma aku kepada aku demi aku
Aku hanya aku cuma aku juga aku
Aku tetap tegak dibombardir beribu berita bahagia dari seluruh penjuru dunia
Aku bisa berdiri bagai batang bambu dibuai angin buta ingin lebih
Aku hening biru dalam kecamuk arus air hitam hidup kelam
Aku kabarkan kepada aku bahwa aku kini bisa tahan

Bandung, 2017


*dari puisi derai-derai cemara Chairil Anwar.

Celana Dalam Putih Eungyo

Selasa, Mei 30, 2017 0 Comments A+ a-


Musim Bunga

Seketika hadir napas
dari dada muda
gadis indah kaki
dan tulang selangka
melangkah di bawah
sakura putih

Musim Panas

Sajikan sarapan
tanpa pantangan
bercampur debu cahaya
di sela rak buku
dan meja tua

Langit Tinggi

Gairah masa
luruh usia
bermuka-muka

Salju

Matahari lesu
basuh putih
kulit lugu
rambut sebahu

Bandung, 2017

GASING

Selasa, Mei 30, 2017 0 Comments A+ a-

(bagi A.S)

Alarm berdering nyaring
menyiram pagiku yang hening
aku makin sukar menimbang
nyata
dan
alam khayal 

Sungguh linglung
aku terbangun di laut bingung
fajar atau senjakah yang merekah di bibirmu ?
intan atau safirkah yang bermukim di matamu ?
elang atau kumbangkah aku kini,
rajin sangat berkisar mengitari-menyenangimu ?
aku mestilah gasing atas nyata alam khayalmu 

Bandung, 2017 

SUNGAI

Selasa, Mei 30, 2017 0 Comments A+ a-


Selalu aku senang mendengar kata ‘sungai’
Meskipun tidak bisa berenang, sungai bagiku tempat 
yang damai
bunyi air yang mengalir, riak air diloncati binatang 
kecil, daun yang hanyut
Waktu kecil pabila aku piknik kecil-kecilan bersama 
teman-teman aku selalu ke sungai meskipun ibu
tidaklah membolehkan. 
Sungai juga musabab jembatan Mirabeau dibangun.
Tempat sepasang kekasih memandang arus, sambil
berpegang tangan dan beradu pandang. Tempat
Apollinaire menulis larik syair dukalara mengenang
gadisnya minggat ke Inggris. 
Sungai tidak pernah mengairi kaki yang sama.
Sungai menenggelamkan kesedihan dan air mata.
Seperti sungai, ini hidup mengalir.
Tapi bagaimana lagi, akunya ingin denganmu, bersama 
di atas perahu.

Bandung, 2017 

Duduk

Selasa, Mei 30, 2017 0 Comments A+ a-

Duduk aku, sembari menunggu
sambil membaca buku, sore itu
Di atas kursi, di bawah langit
menghadap huruf berbaris padu
yang  berkisah tentang percakapan
seorang murid dan guru
Murid  : Sekali waktu, di musim semi, aku simak 
gemerisik daun. Wahai guru, apakah sebenarnya, angin
ataukah daun itu yang bergerak? 
Guru    : Tidak keduanya
Engkauku tak kunjung lewat
Aku tutup itu buku
Perasaanku berlarian tak tentu tujuan
Aku diam. Angin diam. Daun diam.

Bandung, 2017 

Perjumpaan Pertama via Cahaya dan Suara dengan Perempuan yang Namanya Mirip dengan Nama Bunga Terompet Emas Lonceng Kuning yang baginya Mungkin Bukanlah Sebuah Perjumpaan a.k.a Alamanda Batu Permata

Jumat, April 14, 2017 0 Comments A+ a-

Rambut: hampar gurun gobi
Kening: bening langit siang
Alis: lekuk dahan cemara
Mata: bulat planet saturnus
Kelopak mata: hening samudra atlantik
Hidung: lanskap ngarai sianok
Pipi: pendar aurora borealis
Dagu: tegak tebing keraton
Bibir: lengkung gunung fuji
Gigi: jajar jaringan palisade
Leher: natural batang pisang
Bahu: lentuk gubuk bambu
Lengan: jalar sulur gladiola
Tangan: bentang daun pepaya
Pinggang: langsing gelas anggur Kaki: lingkar jati remaja
Suara: decit marmut-unik, hasil kawin-silang hamster 
dan kelinci
Gestur: angin pas hujan subuh
Aura: matahari; langit malam bulan purnama; jernih 
kolam malam hari; medan magnet kutub utara,
alamanda batu permata                
darimu memancar keheningan...

Bandung, 2017

Reverberasi Waktu dalam Renderasi Cahaya

Minggu, Maret 26, 2017 0 Comments A+ a-

Alangkah lamban bumi berputar
manakala datang enggan ungkapan
aku kini belajar terbang mengitari
nasib pelan-perlahan terang
dari lembah hingga gemintang
angkasa jiwaku mengarus sunyi

Seperti jalanan malam, hilang deru mesin dan langkah kaki
aku kini lengang tak tentu kata
française, bahasa, begini sama
inikah pertanda kalimat-kalimat telah mati
enyah, lenyap, dilumat sepi
riak-riang, selaput-waktu, kelindan-jarak
alangkah cepat luruh melesap
Bandung, 2017

Di Muka Pintu

Minggu, Maret 26, 2017 0 Comments A+ a-

Di muka pintu ini
kini aku menanti
masa-masa kosong
yang telah pergi
jauh meninggalkan
Di muka pintu
ini muka tertunduk
kering dan kehilangan
Sudah tak terdengar lagi
geletar senar gitar
dan keciap canda
Mengalir segala
ke luar rumah
ke langit malam
ke lalu-lalang 
Di muka pintu ini
puisi jadi catatan
pertanda pernah
sebentar singgah
dan pergi...

Bandung, 2017

À Peine Défigurée (Hampir Hancur)

Minggu, Maret 26, 2017 0 Comments A+ a-

Sampai jumpa nestapa
Wahai lara-pilu
Selamat tinggal melankoli
Duhai Kesedihan
Dikau tertoreh pada garis langit-langit
Pada mata yang kudamba dikau tertakik
Kau tak selamanya sengsara
Sebab bibir paling malang telah lansir kau
dengan seulas senyum
Wahai lara-pilu
Kasih dari tubuh mesra
Kuasa cinta
menebarkan hangat keramahan
Laksana monster tak bertubuh
Kepalanya lepas
Lara di elok paras

-Paul Eluard-

Kepada Diotima

Jumat, Maret 03, 2017 0 Comments A+ a-


Temui dan tataplah kebahagiaan: di sela pepohonan dingin semilir
 Anggung lenggangkan cecabang

Bak riap rambut penari bersama sinar mentari dan hujan di langit
 Tengah bercengkerama di bumi

Keriangan seakan bertangan dan gelorakan musik lantang
 Dan cahaya dan bayang-bayang

Gita Kepada Sang Jelita

Jumat, Maret 03, 2017 0 Comments A+ a-

Dari surgakah dikau atau dari neraka,
Jelita? Pandang matamu ilahi-jahanam,
Tebar samar kebajikan juga kejahatan,
Tersebab itu, kau seumpama anggur,

Yang Lelap di Lembah

Jumat, Maret 03, 2017 0 Comments A+ a-

Cekungan hijau, sungai mengalun sepi, sunyi
Tersampir erat pada rumput nan menghampar
Keperakan ; matahari atas puncak gunung tinggi
Berkilauan; di sekitar lembah, busa dan buih sinar

Lanskap Pagi

Jumat, Maret 03, 2017 0 Comments A+ a-

Berdiri aku di gerbang pagi
dengar kicau nuri bernyanyi
lagu riang cahaya mentari
hangat lembut kuncup mimpi

Iringan murai atas mahoni
kerling embun pada teratai
elok nian lenggok merpati
kirab melodi kelindan harmoni

Bandung, 2017

Menyangkal Kemalangan

Jumat, Maret 03, 2017 0 Comments A+ a-

Umpama ada buah plum
jatuh menimpa genangan
kolam tua tempat kaulihat
luka-luka sekujur wajah
Gempa waktu di kejauhan

[Resensi Buku] Geography of Faith

Selasa, Januari 31, 2017 0 Comments A+ a-

Resensi Buku Geography of Faith

Judul               : The Geography of Faith: Pencarian Tuhan di Tempat-tempat Paling Religius di Dunia dari Tibet sampai Yerusalem
Penulis             : Eric Weiner
Penerjemah      : Lulu Fitri Rahman
Penyunting      : Zahra Hanifa
Penerbit           : Penerbit Qanita
Cetakan           : I, September 2016
Tebal               : 500 hlm

“Jika kau menginginkan kebahagiaan maka percayalah. Jika kau menginginkan kebenaran maka carilah”—Friedrich Nietzsche—

Ada sentilan, yang berupa kritik, kepada kaum yang berhibuk ibadah ritual: “Sibuk bertuhan lupa beragama”. Sentilan ini tampaknya memisahkan antara bertuhan dan beragama. Seolah “bertuhan” adalah “relasi vertikal”(manusia dengan Tuhan) yang kaku dan terpisah sedangkan “beragama” sebagai relasi horizontal (manusia dengan makhluk Tuhan lain) yang ajek dan otonom.

[Resensi Buku] Kumpulan Cerpen Tokoh Anda yang Ingin Mati Bahagia seperti Mersault

Selasa, Januari 31, 2017 0 Comments A+ a-

Resensi Buku Kumpulan Cerpen Tokoh Anda yang Ingin Mati Bahagia seperti Mersault

 

Judul                : Tokoh Anda yang Ingin Mati Bahagia seperti Mersault
Penulis             : Risda Nur Widia
Editor              : Muhajjah Saratini
Penerbit          : BASABASI
Cetakan           : I, Desember 2016
Halaman         : 216 hlm.

Ingatan penulis langsung menyambar nama Iwan Simatupang begitu melihat judul buku ini. Tokoh Anda serupa dengan tokoh kita. Tokoh kita merupakan nama tokoh dalam novel-novel Iwan seperti Ziarah, Merahnya Merah, dan Kering. Tokoh kita, sebagai kata ganti orang ketiga, diciptakan oleh Iwan sebagai novel yang anti-hero.

[Resensi Buku] Membeli Batang Pancing Untuk Kakekku

Selasa, Januari 31, 2017 0 Comments A+ a-

Resensi Buku Membeli Batang Pancing Untuk Kakekku
“Narasi Fiksi Gao Xingjian”


Judul               : Membeli Batang Pancing untuk Kakekku
Penulis             : Gao Xingjian
Penerjemah      : An Ismanto
Penyunting      : Tia Setiadi
Penerbit           : BASABASI
Cetakan           : I, November 2016
Tebal               : 148 hlm.

“Sastra tidak peduli dengan politik, tapi murni persoalan yang individual. Ia adalah kegembiraan intelek yang berpadu dengan observasi, tinjauan terhadap apa yang sudah dialami, kenangan dan perasaan, atau kilasan keadaan pikiran. Sastra melangkaui ideologi, batas-batas nasional, dan kesadaran rasial. Sastra Tiongkok pada abad XX berulangkali diletihkan dan hampir-hampir tercekik dikarenakan politik mendikte sastra: baik revolusi  dalam sastra maupun sastra revolusioner keduanya menjatuhkan hukuman mati kepada sastra yang individual. Serangan terhadap budaya tradisional Tiongkok atas nama revolusi berakhir dengan  pembakaran buku.”

[Resensi Novel] Impian Pamanku karya Dostoevsky

Selasa, Januari 31, 2017 0 Comments A+ a-

Resensi Novel Impian Pamanku karya Dostoevsky
"Karnaval Psikologi Sosial"




Judul               : Impian Pamanku
Penulis             : Fyodor Dostoevsky
Penerjemah      : Sigit Djatmiko dan  Pitoresmi Pujiningsih
Penyunting      : Adhe
Desain isi dan sampul : @timoergurita
Penerbit           : Octopus Publishing House
Cetakan           : Pertama, 2016
Tebal               : 284 hlm.

Mikhail Bakhtin mendiktum Dostoevsky menciptakan sebuah genre sastra baru: novel polifonik. Tahun 1963, Bakhtin menerbitkan buku penelitiannya tentang karya-karya Dostoevsky: “Problems of Dostoevsky’s Poetics”. Di buku itulah kemudian dikenal istilah poliglosia atau polivalen atau polifonik.

[Resensi Novel] Para Bajingan yang Menyenangkan

Selasa, Januari 31, 2017 0 Comments A+ a-

Resensi Novel Para Bajingan yang Menyenangkan


Judul                : Para Bajingan yang Menyenangkan
Penulis             : Puthut EA
Penyunting      : Prima S. Wardhani
Penerbit          : BUKU MOJOK
Cetakan           : I, Desember 2016
Tebal               : vi+178 hlm.

Judi, menjanjikan kekayaaan
Judi, menjajikan kemenangan
Bohong, Bohong, Semua itu Bohong...

Sepenggal lirik lagu Bang Haji ini tentu tak bisa lepas bila kita bicara judi. Kali ini penulis tidak ingin membahas aspek struktur atau semiotik lirik lagu Bang Haji ini. Tetapi hanya membuka resensi buku ini dengan penggalan lirik lagu tersebut.