Untuk besok

Rabu, September 30, 2015 0 Comments A+ a-


buat hari nanti
maaf hanya sebuah
pemberontakan mungil
barangkali

buat hari nanti
hidup tinggal kata
tinggal makna
tinggal balada
tinggal trauma

buat hari nanti
tak ada hari
tak ada hati
tak ada lagi
selain diri, diri, diri

buat hari nanti
bakar saja hari ini


Bandung, 2015

kerupuk

Rabu, September 30, 2015 0 Comments A+ a-


terlempar saja aku bagai kerupuk
ke dalam mulut

mengambang lalu lembek dan
absurd

terasing saja adaku dalam hidup
lahir lalu girang dan
dijemput maut

aku bosan jadi kerupuk
sekali-kali izinkan aku jadi
sambal yang ngamuk
di setiap lidah makhluk


Bandung, 2015

Setrum senyum

Rabu, September 16, 2015 0 Comments A+ a-

: endah

Ada setrum di balik senyum
khasmu nan agung
terbentuk dari sungai rindu yang dibendung
dan ketika lepas
menghempas kincir sepanjang tahun
memutar dinamo perasaan
sampai mengalir
cinta bolak-balik
aku.kau.aku.kau.aku.kau

ada setrum di balik senyum
antikmu yang cantik
seumpama listrik, berjuta-juta volt ia menyambar batinku


Bandung, 2015

Pagi, lain kali mungkin

Rabu, September 16, 2015 0 Comments A+ a-

Duduk aku di pintu pagi
Sesudah  mandi dan gosok gigi
Sambil nyeruput kopi
Apa kabar pagi ?
Ucapku dalam hati
Apa kabar prenjak ?
Apa kabar murai ?
Apakah sudah kaudengar kabar
Mentari yang undurkan diri
Menyinari bumi
Mendengar berita
Ada gadis menangis
Di pinggir taman tepi jalan ?
Mendengar saja matahari sedih
Belum lagi menyaksikan cerita dan kisah lengkapnya
Air matanya yang tersembunyi
seperti sungai tenang
Tetap saja mengalir
Sebab tak ada yang bisa menahan
Sedih berkecamuk dalam diri
Maaf pagi aku ada janji
Mungkin kita bisa bercengkrama lain kali
Janjiku dengan kekasih ingin membangun jembatan
Dengan seribu ciuman dingin
Buat melintasi sungai takdir
Bila suatu saat perahu kami disulap oleh
Penyihir menjadi kertas
Atas nama harapan dan ekspektasi
Mohon izin
Kuingin berdiri sendiri


Bandung, 2015

Lebih dari itu, aku tetaplah manusia

Rabu, September 16, 2015 0 Comments A+ a-

Kendaraan lalu lintas pulang pergi
Dari kiri ke kanan dari kanan ke kiri
Ada mobil, motor, dan sepeda
Mobil angkot, motor vespa dan sepeda onta
Warna putih, warna merah dan hitam
Semua seumpama rasa
Yang berjalan membekas pada sejarah
Hidup yang abadi
Haru, gembira, kesal, dongkol, lara, dan duka
Puas, kecewa, luka, dan trauma
Lebih dari itu
Manusia-manusia berkehendak sesuka nafsu
Hati disingkirkan, moral diketepikan, rasa iba dimusnahkan
Tanah-tanah dibetonkan, bukit-bukit diratakan, hutan-hutan dialihfungsikan
Sementara lahan digerus terus
Mata air dimampatkan ke dalam botol dan dijual kepada manusia
Sawah ladang diganti perumahan, real estate dan pabrik-pabrik atas nama pembangunan
Manusia-manusia maksa manusia kerja kera ! kerja kera !
Seumpama monyet yang diikat lehernya
Dan disuruh memanjat  kelapa buat tuannya
Manusia-manusia jadi raja manusia jadi kera

Manusia-manusia mabuk kekuasaan gila harta
Manusia-manusia merampas bumi setiap inci
Membikin injakan kaki dimana saja
Lalu aku bertanya, “Jika seluruh bumi diinjak
Kemana lagi kening akan bersujud ?”
Lebih dari itu
Tuhan di langit mana sedang tertawa

Bandung, 2015



Lamunan tentang serorang gadis

Rabu, September 16, 2015 0 Comments A+ a-

Di tengah lamunanku pagi ini
Melintas gadis yang kerap kubincangkan di puncak sunyi
Rambutnya sebahu, melengkung membungkus kepalanya ayu
Hitam, lebih daripada aspal jalan ganesha, lebih daripada kilap cat honda jazz yang parkir di depan kampus
Lengkung alisnya menjadi tebing licin kepada setiap mata yang memandang, sehingga jatuh , terjun bebas ke jurang limbo kedalaman tatapnya
Berbaju atasan krem paduan khas matahari dan aura kulitnya menegakkan bulu kuduk, menegangkan pembuluh darah
Rok hitamnya yang menyerap segala gelombang cahaya
Sempurna ia menjadi citra Tuhan yang nampak dan bergerak
Ingin aku beranjak dari sini
Melangkahkan kaki menghampiri dan memperkenalkan diri
Ah, aku berpikir lagi, sampai tiga kali
Bila sudah bertemu yang kucari
Apalagi yang mesti kuhidupi nanti?

Bandung, 2015


Nanti saja

Rabu, September 16, 2015 0 Comments A+ a-

Nantilah setelah aku mati
Kau bicarakan soal cinta mencintai
Sampai mulut berbusa
Nantilah setelah napasku berhenti
Kauboleh kecup bibirku sampai horny
Nantilah, jangan sekarang datang
Aku ingin pergi


Bandung, 2015

padamulanya cari dan mengulang lagi

Senin, September 14, 2015 0 Comments A+ a-

:buat endah
kuberlari ke pinggir
bibirmu yang madu,
mencari jejak tanda

tentang segala kata mendiktum cinta.
Aku meluncur dalam
lidahmu yang salju,
istirah dan lagi

Bandung, 2015

Hukuman malam kepada pemuda

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Kenangan menjelma rantai
Mengikat leherku
Menggantungnya di atas pohon
Ditertawakan kawanan burung
Dan Waktu melompat, meloncat
Kegirangan di atas takdirku
Cahaya bulan melengkung bengkok
Mengenangmu tiada
Aku diserap dingin dihanyutkan angin
Resah meneriakkan rindu setinggi aspal
Kemana lolongan malam
mengapa cuma tersisa bisu
yang mengepung, menyergap habis segala ruang
Bayang-bayang pun
Tak ada..
Selain sebentuk luka dan trauma
Selain masa lalu selain rindu


Bandung, 2015

Bagaimana lagi

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Bagaimana lagi kalau bukan
Bagai mencintai seujung napas
Satu-satu dia ibu
Dua-dua ia lepas
Satu-dua : kita paripurna

Bandung, 2015


Tamasya

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Aku ingin ke laut
Melihat kesia-siaan
Aku ingin kehendak

Membunuh kesia-siaan

Bandung, 2015

Siklus

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Sebelum subuh,
Makamkan segala puisiku di belakang rumah
Setelah fajar terbit
Lahir pemberontakanku yang baru pada kehidupan

Bandung, 2015


Tidur

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Berputar-putar saja jarum jam dinding dalam kamarku
Tentang apa dan siapa
Yang ada dan bertanya
Yang rindu dan hilang
Yang gelap dan siang
Yang kasih dan
Yang sayang
Bismika allahumma ahya wa amuut


Bandung, 2015

Kau yang nyata

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Luka ibu jariku saat terburu-buru ingin menuliskan kerinduan padamu
Kulit tergesek dengan tepi buku tulis
Gatal dan geli yang kurasakan
Perasaan manalagi yang belum kukhatamkan selain cintaku padamu ?
Kitab mana lagi yang belum kubakar selain yang menceritakan ujung pertemuan kita ?
Maut, waw, maut
Aku tak sedikitpun takut
Tak ada yang dapat merebut
Kau yang nyata


Bandung, 2015

Kiamat Makrifat

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Sebuah ledakan besar
merisaukan kita
pada awalnya
hanya satu
negatif  memutari
inti sampai kiamat
Serupa aku mengitari
Kau dengan puisi
Hingga makrifat


Bandung, 2015

Asumsi Cinta

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Cinta semacam tebakan awal
Sisanya serahkan pada rindu
Biarkan menggebu, menggebu, menggebu !


Bandung, 2015

Aku lebih sukai bumi daripada angkasa

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Pagi ini prenjak teriakkan padaku : TERBANGLAH !
Hatiku menjawab di dangkalan lidah tepian bibir
Bukan hanya sayap yang tak mau kukepak
Lebih sukaku pada bumi yang penuh luka berjejak
Daripada angkasa yang penuh nafsu memburu


Bandung, 2015

Jauh-jauh

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Sejauh khayal berkumandang, sejauh angan menelanjang, sejauh-sejauhnya, disana tempatku sembunyi diburu rindu
Alamak sejauh-jauhnya apapun kita, selalu ada cinta dan kasih sayang
Percakapan panjang
Yang cair dan hangat
Malam itu
Ternyata hanya mimpi
Namun entah mengapa
tak sengaja jadi nyata
Dalam kegembiraanku yang kompleks
Dan interpretasi atas koneksi
Tak terbatas dua manusia
Terima kasih
Terima kasih
Terima kasih


Bandung, 2015

dari Subagio Sastrowardoyo

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Kucoba menggali gurun pasir
Mengalamatkan diriku pada
Setiap bingkah sumber pola keharuan hidup

Diajak nyanyi seruling menemui Tuhan
Kupilih menghunjam bukit, terpecah sempurna
Daku melawan dalam ya robbal ‘alamin


Bandung, 2015

Menolak Malam

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-


Adzan maghrib berkumandang,  matahari terbenam dibarat
Bumi bagian dudukanku tak jadi gelap
Sebab saklar lampu yang ditekan membuat nyala cahaya
Lalu apa semua ini ada hubungannya? denganmu?
Tidak tahu
Yang jelas, malam akan membawaku kepada seluruh ingatan, segala kenangan, rindu makin menusuk semakin malam semakin merasuk.
Aku tak ingin malam. Apa daya. Kau tak bersamaku di sini.
Aku tak ingin rindu. Apa kuasa. Kau tak disampingku hari ini.
Aku serba tak ingin. Kecuali dirimu.


Bandung, 2015

Sebelum

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-

Sebelum
Sebelum aku memutuskan untuk pergi
Sebaiknya kau sediakan seribu tisu
Buat mengelap air matamu
Biar tak banjir di jalan panjangku
Sebab itu sungguh mengganggu

Sebelum aku berangkat
Sebaiknya kau ucapkan selamat
sebab aku tak lahir dan mati dua kali
Sebelum semua telanjur
Ada baiknya kau melebur
Dalam tangis dan haruku...


Bandung, 2015

Subuh

Sabtu, September 12, 2015 0 Comments A+ a-

Subuh

Subuh bawaku jatuh
Pada sajak jauh
Kosong
Dan lelah


Bandung, 2015

[Resensi Buku Novel] Merahnya Merah (1968)

Rabu, September 09, 2015 5 Comments A+ a-


Resensi Buku Novel Merahnya Merah

Judul                  : Merahnya Merah

Penulis               : Iwan Simatupang

Penerbit             : PT TOKO GUNUNG AGUNG

Cetakan              : XIII, 1996

Tebal                  : 124hlm

Harga                 : Rp150.000

Tokoh Kita ini mempunyai sejarah yang cukup panjang. Sebelum meletusnya revolusi fisik, Tokoh Kita ini adalah seorang calon rahib. Selama revolusi, beliau merupakan seorang komandan kompi. Di akhir revolusi, beliau menjadi algojo pemancung kepala pengkhianat-pengkhianat. Akhirnya sesudah revolusi, tokoh kita masuk rumah sakit jiwa.

Kedatangan Tokoh Kita dalam komunitas kaum gelandangan itu cukup mendapat perhatian para anggota gelandangan. Dia cukup dianggap dan dihormati serta dicintai oleh beberapa diantara penghuni komunitas itu. Maria adalah salah seseorang yang mempunyai perhatian lebih terhadapnya. Maria, yang dalam komunitas kaum gelandangan ini dianggap sebagai sebagai ibu dari sekian para wanita setengah baya yang punya sejarah hidup yang kelam.

[Resensi Buku] Kering (1972)

Rabu, September 09, 2015 1 Comments A+ a-


Resensi Buku Novel Kering

Hidup Mesti Terus Meski Misterius

Judul                  : Kering
Penulis               : Iwan Simatupang
Penerbit             : CV HAJI MASAGUNG
Cetakan             : IV,1989
Tebal                 : 168hlm;21cm
Harga                 : Rp150.000,00

Novel ini bercerita tentang seorang mahasiswa berotak cemerlang, atas kehendaknya sendiri meninggalkan bangku kuliah. Ia tidak puas dengan sistem dan materi pendidikan yang diterimanya. Pergi bertransmigrasi, juga atas kemauannya sendiri.

Kemarau yang sangat panjang mendatangkan kesengsaraan bagi seluruh penduduk. Rumput-rumput merunduk layu, satu persatu mata air kering. Satu demi satu enduduk meninggalkan desa pemukiman yang hampir mati itu. Satu-satunya yang masih tinggal hanya Tokoh kita. Tapi akhirnya ia kalah dengan musim dan terlempar ke kehidupan kota. Sampai akhirnya Tokoh kita satu kali menerima harta warisan yang banyak dari kematian teman dekatnya. Uang itu lalu ia gunakan untuk membangun satu kota transmigrasi. (http://www.goodreads.com/book/show/3005671-kering)

[Resensi Buku] Antologi Puisi Isyarat oleh Kuntowijoyo (1974)

Rabu, September 09, 2015 0 Comments A+ a-

Resensi Buku

Antologi Puisi Isyarat oleh Kuntowijoyo

Judul                   : Isyarat. (Sajak-sajak 1974)

Penulis                : Kuntowijoyo

Penerbit              : Pustaka Jaya

Cetakan              : I, 1976

Tebal                  : 84 hlm

Harga                 : Lupa

Dalam “Maklumat Sastra Profetik”-nya Pak Kunto menjelaskan: “Keinginan saya dengan sastra ialah sebagai ibadah dan sastra yang murni. “Sastra ibadah” saya adalah ekspresi dari penghayatan nilai-nilai agama saya, dan sastra murni adalah ekspresi dari tangkapan saya atas realitas “objektif” dan universal. Demikianlah, “sastra ibadah” saya sama dan sebangun dengan sastra murni. Sastra ibadah adalah sastra. Tidak kurang dan tidak lebih.”

[Resensi Buku] Enigma Wajah Orang Lain (2015)

Selasa, September 08, 2015 0 Comments A+ a-

Resensi Buku Enigma Wajah Orang Lain
Eksistensialisme Religius
Judul                  : Enigma Wajah Orang Lain(Menggali Pemikiran Emmanuel Levinas)
Penulis               : Thomas Hidya Tjaya
Penerbit             : KPG
Cetakan              : I, Februari 2015
Tebal                  :vi+172hlm;13 cmx19 cm
Harga                 : Pinjaman Dari Syaikh Fauzan Al Anwari

Romo Magnis mengatakan bahwa Levinas berusaha berfilsafat dengan kosakata yang belum digunakan manusia, ia berfilsafat tentang sesuatu yang sesungguhnya tak dapat dikatakan atau dituliskan. Alhasil, Levinas berputar-putar menggunakan terminus yang sesungguhnya tak memadai melainkan sekadar “mendekati”. Namun tukas Romo Magnis, bila kita tekun mengikuti alur pemikirannya, kita akan segera mengetahui maksud Levinas.(Wahyu Budi Nugroho) http://kolomsosiologi.blogspot.co.id/2014/05/mengeja-eksistensialisme-emmanuel.html)

Dalam buku Enigma Wajah Orang Lain Levinas menjelaskan tentang kesadaran dan wajah. Beberapa tema dalam buku ini berkaitan dengan relasi subjek objek. Seperti contoh yang dikemukakan oleh Levianas bahwa manusia mengungkapkan dirinya berbeda pada saat ada wajah orang lain atau tidak ada wajah orang lain. Wajah yang dimaksud disini bukanlah wajah muka yang terdiri mata pipi hidung mata dan kening. Atau permukaan kepala bagian depan. Akan tetapi wajah adalah kehadiran kesadaran orang lain. Manusia akan merasa perlu menampakkan dirinya yang berbeda bila ada wajah orang lain. Misalnya manusia bila sendiri dalam kamarnya ia bisa saja menari tidak karuan, telanjang dan berekspresi semaunya. Namun bila ada kesadaran yang hadir disana selain dia, maka dia akan menampakkan sesuatu yang berbeda. Yang bisa jadi merupakan kehendak dari yang lain itu. Dia akan berusaha menampakkan atau mewujudkannya.

[Resensi Novel] Ziarah (1969)

Selasa, September 08, 2015 0 Comments A+ a-

Resensi Buku Novel Ziarah

Hidup sajalah jangan banyak Cingcong

Judul                   : Ziarah

Penulis                : Iwan Simatupang

Penerbit              : Djambatan

Cetakan              : VI, 1997

Tebal                  : 142 hlm;21cm

Harga                 : Rp150.000,00

“Tentang Ziarah saudara, saya merasa kagum dan menganggap perlu menerbitkan segera...(Surat H.B Jassin pada Iwan Simatupang, (26/6/1963)”...karena akan membuka halaman baru pula dalam kesusasteraan Indonesia seperti halnya tempo hari dengan puisi Chairil Anwar.” (Surat H.B Jassin pada Iwan Simatupang 16/7/1963)

“Suatu novel sangat interesan dengan tema yang pada dasarnya sangat sederhana sekali, tetapi memerlukan pengetahuan psikologis dan intelek untuk dapat mengungkapkannya. Novel ini dapat dinakaman parodi atau satire.” (Gajus Siagian, 1963)

OHU dan Malamnya 29 Agustus 2015

Selasa, September 08, 2015 0 Comments A+ a-

Dyno sedang praktik ilmu yang diperolah dari Chef Marinka
Sedang persiapan Open House Unit LS alias Lingkar Sastro eh Sastra
OHU dan Malamnya 29 Agustus 2015

-Rencananya tampil di panggung utama. Membawakan musikalisasi puisi Aku Chairil Anwar bersama Isan. Gitar sudah dibawa, senar sudah di stem. Latihan juga sudah. Tetapi jadwal beruba

h jadi malam. Tidak jadi aku tampil sebab Conoik datang dari Nangor malam ini.

-Bakda magrib Conoik datang. Aku kebetulan sudah selesai acara OHU.

-Makan Pecel Lele 88 di depan kampus. Ada yang memesan Ayam Cola. Yang ternyata adalah menu kaki lima sebelahnya.

-Main

-Tidur

-Futsal Pagi (tidak ikut)

-Malamnya nongkrong di angkringan DU.

-Perpisahan Fadil sebagai Mahasiswa ITB

-Syukuran Fadil sebagai Pekerja Krakatau Steel (Untung Bukan Pekerja Steel 
Krakatau)

-Fadil yang traktir (Surprise !!!)
FYI ini adalah makan pertama hari ini sebab dari pagi cuma minum. Siang tidur sampai sore.

-Pagi memasak ria bersama Chef Dyno. Chef dadakan dari Jatinangor.

-Padahal akan aku gurunya Chef Marinka. Tapi tidak apalah yang lebih muda mengalah. Maklum saja.

-Makan nasi goreng ft rendang ongeh.

-Mengantar motor ke Maranatha

-Pulang naik GO-JEK. Ke balubur. Dyno ke Arnes, dan aku pulang ke kosan.


Selesai dan Bersambung

Malam Minggu di Jatinangor Lagi-lagi (5-6 September 2015)

Selasa, September 08, 2015 2 Comments A+ a-

Ini suasana nonton Jerman VS Polandia, tetapi bukan penyebab Perang Dunia II

Malam Minggu di Jatinangor Lagi-lagi (5-6 September 2015)


Ini saat aku duduk di bawah pohon di atas semen, di bawah langit, di hamparan kesunyian











Realisasi Mimpi, Transformasi Diri dan Apalagi? Hidup Memang Begini

Siang itu hari Jumat, 4 September 2015. Dalam tidur siang aku bermimpi. Mimpi yang sederhana : Aku dalam mobil menuju Jatinangor. Aku tidak ingat dimana awal mimpi itu dimulai. Juga tidak tahu darimana aku tahu bahwa mobil itu menuju Jatinangor. Semua berkat kebangunanku dan persepsi itu. Esse est percipi, kata orang bijak dari luar negeri (Sepertinya diperlukan semacam Epistemologi Mimpi/ Filsafat bawah Sadar dan jangan-jangan Pak Sigmund Freud sudah bikin dan aku tak tahu).



Entah via koneksi apa, mungkin melalui neuron. Aku jadi ingat kawan Haris yang dulu pernah bercerita tentang mimpi. Begini ceritanya. Sila membaca.

meracau saat malam hari

Jumat, September 04, 2015 0 Comments A+ a-

Bermula dari secangkir kopi, percakapan membentang sepanjang malam. Apa yang tidak bermula selain Dia? Aku dan mereka adalah dunia. Dan Dialah pemiliknya. Semua yang ada dan tidak ada termasuk dalam daftar invetaris singgasana-Nya. 

Apa yang kurang dari kita manusia?

Celakalah Orang yang Memahami Ayat Celakalah Orang yang Shalat yaitu Orang-orang yang Lalai dalam Shalatnya dengan Sepotong-sepotong

Kamis, September 03, 2015 0 Comments A+ a-





















Sepagi ini sudah ada yang membagikan link berita  di facebook

Saya tertarik ikut membacanya sebab judulnya menarik. Paham Liberal masuk Sekolah. Intinya begini, ada rencana sebuah acara training untuk anak SMA dan SMK di Jakarta. Lalu materinya ada pada sebuah buku yang isinya dinilai kontroversi. Masyarakat mengecam lewat whatsapp (tetapi tidak dijelaskan masyarakat mana).

Catatan Masa Libur di Kampung # Ironi Kehidupan

Selasa, September 01, 2015 0 Comments A+ a-

Dua hari yang lalu, ada seorang anak yang meninggal terlempar dari truk. Ia adalah salah satu dari banyak orang yang menaiki truk bak terbuka. Truk itu mengangkut mereka ke tempat wisata. Tradisi H+2 Lebaran Idul Fitri, orang-orang pergi jalan-jalan. Mereka baru balik dari pantai. Dalam perjalanan pulang, dia terlempar dari bak truk. Anak kelas 5 SD yang duduk di atas truk itu jatuh saat truk sedang menikung tajam dengan kecepatan tinggi. Kepalanya terbentur batu, pecah lalu meninggal di tempat kejadian. Ternyata malaikat sudah menunggunya di sana.