Halaman Satu

Minggu, Maret 29, 2015 0 Comments A+ a-

Aku sebenarnya tidak tahu darimana harus memulai. Tetapi bukankah dengan menulis kata “aku” di awal tadi aku sudah memulai? Barangkali semua ini memang diawali dari absurditas Albert Camus. Dari diskusi Absurditas Camus di unit tiben ITB. Dari aku masuk unit lingkar sastra, dari aku masuk ITB, dari aku SMA, SMP, SD, dari aku yang lahir dari rahim ibu karena ayah. Dari kakek dan nenek, dan dari yang Maha Awal.

Tentang diskusi absurditas, yang dibawakan oleh saudara Choirul Muttaqin, mahasiswa ITB angkatan 2012 SITH. Pemuda dari Rembang, Jawa Tengah ini membahas komentar Camus terhadap dunia yang absurd, tidak bermakna.
Sebuah fenomena memang harus terjadi tanpa harus kita ketahui maknanya. Camus berkata begini(dalam bahasa Indonesia)

"Jika kita terus mendari apa unsur yang menyusun kebahagiaan, kita tidak akan pernah bahagia. Jika kita terus mencari makna kehidupan, kita tidak pernah bisa hidup"

Sabtu, 28 Maret 2015 : Berhari Sabtu dan Bermalam Minggu dengan Kawan-kawan yang Selalu Ceria

Minggu, Maret 29, 2015 0 Comments A+ a-

Sabtu, 28 Maret 2015

Sarapan pagi di Dapur Minang

Hari ini aku dan kawan-kawan : Hamsan, OngehPajik dan Abdi sarapan pagi di dapur minang, di belakang RabbaniDipati Ukur. Kalau kau tahu, Rabbani itu adalah toko busana muslim yang menjual jilbab, baju koko dan kopiah serta lain-lain. Setelah sebelumnya, pada malam harinya aku yang menginisiasi.

Malam itu malam sabtu. Kami membahas tentang banyak hal di kamar Hamsan, dari mulai Islam syiah dan tentang ilmuwan Ibnu Sina (Avicenna), sampai ekonomi makro, sejarah Indonesia, konsep negara, uang kertas, dinar, baitul malTan Malaka, komunisme sampai kapitalisme. Ya, aku sebagai manusia yang selalu ingin berbagi pengetahuan menjadi orang yang paling sok tahu dalam diskusi itu.

Pagi-paginya, aku dibangunkan oleh Pajik, kira-kira pukul 8, katanya Abdi mengajak makan di dapmi, singaktan untuk dapur minang. Abdi ternyata ingin membuat rencana tadi malam menjadi kenyataan.

Jumat 27 Maret 2015 : Main catur, makan indomie, ngopi dan menulis diari

Minggu, Maret 29, 2015 0 Comments A+ a-

27 Maret 2015

Kiriman dari Uni

Aku menerima kiriman, dalam pengertian sebenarnya kakakku mentransfer uang 300ribu ke rekeningku. Segera kukirim nominal yang sudah disebutkan oleh Dea. Kukirimkan ke rekening Ayu yang sebelumnya sudah di sms kan Dea nomornya.
Setelah selesai, eits maaf lupa sebelum aku ke atm, aku bertemu dengan Farhan, teman sekosanku dulu saat tingkat satu, TPB. Sekarang dia sudah pindah dan kami pun mengobrol singkat, saling bertanya kabar dan kemudian dia pulang dan aku ke atm.


Bersantai menikmati sore di Sekre Tiben

Bakda ATM, aku ke tiben, bertemu dengan Yudki, mahasiswa S2 jurusan Aeronautika 2013.  Dia S1 angkatan 2009, Yudki alias Pater Yudki, Choirul, dan Bang Tarjo. Choirul yang waktu itu sedang asik dengan laptop Dell miliknya dan headset putih yang dicolok kedalam telinganya. Kuintip Choirul sedang mendengarkan video dari situs youtube, sebuah grup band metal progressive dari Jepang. Ketik kutanya sedang mengapa? “Ibadah” katanya. Beberapa menit kemudian, aku mengajaknya untuk melanjutkan permainan catur kemarin malam saat sebelum diskusi kajian kafe tiben dimulai. Tadi malam itu, aku di bantai Choirul 6.5 – 0.5. Dari 7 game yang kami mainkan, aku hanya bisa seri sekali, dan sisanya dia memenangkannya. Aku jadi penasaran dengan permainan catur Choirul, sekaligus menimba ilmu dari orang hebat, pikirku. Game pertama sore itu berakhir  draw dengan aku memegang buah hitam. Ending gajah pion dan raja.

Sajak Malam Minggu

Minggu, Maret 29, 2015 0 Comments A+ a-

Daun pohon pinang, dua batang pinus
Menara besi dan merah lampu kelap-kelip
Membentuk pandanganku akan malam ini
Sabtu yang tidak lagi kelabu
Aku duduk di jendela menangkap
Semuanya
Udara malam dan seluruh bayang masa
Memutarku ke depan, membayangkan bentuk, tempat dan hartaku disana
Mau apa lagi ketika hidup tak lagi asik menari
Harus berlari sekencang apa kalau diburu mati
Mungkin janji-janji kebahagiaan memberikan semangat membara
Tetapi refleksi hari ini jelas menjadikan diri sekuat cinta
Ya mudah-mudahan
Harus hidup agar suatu saat mati

Camana

Senin, Maret 23, 2015 0 Comments A+ a-


\lahir.
Hmmm...aku adalah anak bintang-bintang
dari kejora dan mama
Ssst...kau adalah putri kembang-kembang
dari merah dan papa

\hidup.
aku berlari menuju Mondovi
sedangkan kau tersenyum memutari Arab

\bijaksana.
kuingin menulis padang pasir,
namun kau tabiri debunya dengan cadar
kukarang lagu dan syair,
disaat asik kautenun seluruh galaksi

Hidup tidak bermakna bagi Ca
Menurut aku, laksana menari
Bagimu Na : permadani raksasa

Mengapa tidak menari saja kita diatas permadani sampai camana kehilangan makna ?

Bandung, 23 Maret 2015
 
                                                                                           Buat Ameerah

Ngigau

Senin, Maret 23, 2015 0 Comments A+ a-

Aku berlindung dari niat jahat saat mengarang ini
Mudah-mudahan disampaikan kepada yang lemah lembut juga baik
Dua mata, maaf salah...
Dua bahasa menjelma menjadi seribu mata yang memelototi langkah kakiku
Dua bahasa dari sembilan bulan rahim
Dua bahasa menjaga waktu yang sama dengan tatap berbeda
Ya dua bahasa yang menjadi sepatu, sekali ada, selamanya ia ada
Hmmm..dua bahasa adalah tanda bahwa mata tidak bisa menjaga selain hanya memaksa

Ah aneh...ganti aja yang lebih OK

Adakalanya rindu harus mempunyai massa. Bukan apa-apa melainkan biar bisa diangkat
Ada masanya bahwa perasaan wajib rahasia. Supaya tidak mendapat cerca

Ah,,,kurang asik lagi

Ini terakhir aku janji
.
Ada apa dengan aku yang mau melanggar ini itu ?
Apakah aku seperti Adam?
Kalau ya, aku nabi palsu.
Maka dari itu, janganlah sedih.
Ini terakhir aku janji.
Apalagi yang bisa dikenang dan ditagih dariku selain janji?
Memang dari sekian kata-kata ini : aku membosankan.
Maka dengan kau aku tidak : Aku janji
Mudah-mudahan niat jahat tidak hadir.

Bandung, 21 Maret 2015


*)Ini ditulis oleh seorang yang menganggap dirinya punya niat dan beranggapan bahwa sastra harus hidup. Dan tambahan : Karya tidak harus indah.

dia kemudian tidak akan sembunyi lagi Kartini

Senin, Maret 16, 2015 0 Comments A+ a-

Dengan sastra, wawasanmu tidak hanya luas, tetapi juga volume. Ini adalah sebuah kalimat bagus yang kususun dari ceramah-ceramah Mbah Sudjiwo Tedjo di dunia maya. Dunia ini adalah fana, apalagi dunia maya, maka ia menjadi fana dan maya, alias maya kuadrat. Tetapi jangan takut, jika wawasanmu tidak hanya melulu soal panjang dan lebar, kau tidak perlu khawatir, ya sastra itu adalah yang membantumu menjadi manusia yang melihat, berpikir dan bertingkah secara mendalam. Keren bukan? Jika teknik dan ilmu sains kuanggap sebagai cara pandang dua dimensi, maka sastra adalah cara pandang tiga dimensi.

Ibadah dimana

Senin, Maret 16, 2015 0 Comments A+ a-

Sengaja aku menulis sajak berupa puisi berbaris-baris membungkus maknaan karena cinta
Dengan mengagumi kebesaran semesta yang diciptakan oleh Tuhan seluruh alam
Dimanakah akhir dari sejumput perasaan? Apakah status pacaran ataukah pelaminan?
Bagaimana dengan liang kubur? Atau jenazah yang dibakar kayu bersama api menjadi abu
Dimanakah akhir dari sebuah kasih sayang? Puisi indah, canda manja, atau saling mendoa?
Bagaimana dengan Nietzcsche? Atau Adawiyah yang tak memilih Hasan Al-Bashri
Huh...
Dengan apa harus diungkapkan? Atom karbon, magnet kompas, jamur merang, atau syal panjang
Aku belajar sedari awal bukan untuk mengakhiri hidup yang penuh rahasia
Kita bermain dari kecil bukan untuk menjadi orang yang lupa cara bermain ketika besar
Aku hanya mengasah pisau yang tak kunjung tajam
Sebab tentangmu adalah perisai yang tak tertembus
Aku belajar dan bermain untuk menjadi aku yang mengungkapkan rasa itu
Kepadamu yang begitu aku cintai, ampunilah seluruh kesalahan kami



Bandung, 14 Maret 2015 1.11 WIB