Kekecewaan Kedua ; Maukah Kau Memaafkan

Jumat, Juni 28, 2013 0 Comments A+ a-


Maafkan bila aku tidak sekeren
Maafkan kalau aku tidak setinggi, tidak segagah, tidak setegap, tidak semancung, tidak semulus ekspektasimu
Maafkan, kalau saja aku diizinkan memilih, tentu
Aku ingin menjadi insan yang kau terima lapang dada
Maafkan kalau aku tidak seperti aktor, tidak semasyhur personil boyband
Maafkan bila ucapanku terkesan sepihak
Maafkan, sungguhpun kalau aku harus memilih, antara tubuh dan jiwamu
Tidak ragu adalah jiwamu yang kusertai selalu
Maafkan bila aku bukan lelaki yang kau impikan, yang selalu hadir dalam bayanganmu
Karena bahkan sampai saat ini tidak ada yang sempat aku kupastikan
Karena memang tiada kemampuan
Karenanya dikau harus rela berjuang
Karena puisi se-cupu ini pun aku harus meminta teman membuatkan
Maafkan bila aku harus mengatakan
Sampai awan mencapai daratan
Tubuhku, wajahku, akan selalu begini. Dan aku berjanji tidak akan operasi plastik.
Selain uang yang memang tidak berkenan, nurani pun melawan
Maafkan kalau aku tidak dikehendaki hadir dalam pentas kehidupan dan pesta kebahagiaanmu
Sampai pikiran terlepas dari badan. Aku sanggup menahan jiwamu bersama pikiran.

Kekecewaan Ketiga ; Jackie dan Lin

Jumat, Juni 28, 2013 0 Comments A+ a-


Apa yang terjadi apabila janji diingkari?
Jangankan manusia bahkan Tuhan pun bisa berang bila janji sudah dianggap basi
Ada sebuah kisah di negeri seberang. Pemuda bernama Jackie menjalin kasih dengan Lin.

Mereka berjanji akan setia,sehidup dan akan sama-sama mati.
Suatu hari pergilah Jackie ke ibukota mencari kerja. Mengharap gaji yang lebih baik dari buruh tani. Berniat mengumpulkan uang untuk memulai hidup resmi bersama Lin.
Hari berganti, pekan bertukar, bulan bergilir, kalender tahun pun kemudian diganti.
Janji tetap janji, sehidup dan semati.

Jackie sudah cukup materi untuk laksanakan resepsi.
Maka berangkatlah Jackie dengan senang hati.
Ia bawakan sutra, kalung emas, sepatu cantik dan gaun indah.
Tidak lupa sepasang cincin. Sebagai tanda terikatnya dua hati
Jackie senang tak terperi ; penantian panjangnya segera terobati.

Kekecewaan Keempat ; Anton dan Supri

Jumat, Juni 28, 2013 0 Comments A+ a-

Kekecewaan Keempat


Terkisahlah seorang pemuda yang dititipkan segelas susu oleh seorang kawan.
Supri namanya. Kawan karib Anto sejak mulai mengenal pertemanan.
Anto pergi sebentar mengambil rumput makanan kambing.
Tidak berapa lama, seekor anjing dari jauh berlari kencang ke arah Supri.
Naluri manusia beraksi. Tanpa sa-si-su Supri balik badan dan melakukan langkah seribu.
Ternyata sesudah beberapa puluh meter Supri sadar, si anjing bukan mengejar dirinya, tetapi kucing di sampingnya. Bukan Gede Rasa atau sejenisna hanya pikiran untuk menyelamatkan diri.

Ngigau 8

Kamis, Juni 20, 2013 0 Comments A+ a-

Lama rasanya aku sudah menahan keinginan untuk sekadar menyapamu lagi. Lama rasanya aku sudah meredam perasaan untuk melemparkan senyum ke arah depanmu. Lama rasanya.
Hari ini aku hendak bertanya. Pertanyaan lazim manakala seorang jarang bertemu. Apa kabarmu.? Bukan basa basi. Apa kabarmu di negeri orang ?
Aku dalam keadaan baik-baik saja. Aku harus jujur bahwa aku tidak pernah sedikitpun tidak rindu padamu. Aku harus jujur bahwa aku selalu menjadi bayang-bayang dalam perasaanku sendiri.
Setiap perasaan akan menemukan perasanya sendiri bukankah begitu?

Mengenang masa-masa aku. Sudah.

Ngigau 6 : Rindu Ketiga

Minggu, Juni 16, 2013 0 Comments A+ a-

Terima kasih Tuhan yang sudah memberiku kehidupan

Terima kasih Tuhan yang sudah memberiku perasaan

Terima kasih dikau yang sudah membuatku kerinduan

Terima kasih atas pemberian

Terima kasih atas segala bentuk perhatian yang walaupun wujudnya adalah kecuekan


Terima kasih.

Terima kasih atas segala perasaan yang merindukan

Hanya Tuhan yang dapat mewujudkan perasaan menjadi kenyataan

Sampai saat ini aku akan tetap berterima kasih kepada Tuhan karena telah berikan peran

Walaupun hanya untuk merasakan kerinduan

Have you ever missed somone so bad?

I feel it now.


Thanks God

Ngigau 5 : Rindu kedua

Minggu, Juni 16, 2013 0 Comments A+ a-

Suatu saat bila tiba masanya.




Rindu bisa menjadi penyakit yang amat menyiksa. Bisa membuat kepala pening. Jantung berdebar. Nafas tersengal dan badan meriang. Rindu bisa melenyapkan nafsu makan. Rindu bisa membuyarkan perjuangan. Rindu bisa membuat hidup berantakan.

Bila rindu sudah demikian, maka seharusnya ia harus diobati.

Jika rindu adalah sebuah penyakit maka bertemu adalah obatnya.

Bila rindu kepada sesuatu yang masih ada mungkin kita bisa mengusahakan bertemu.   Seorang perantau bisa pulang ke kampung halamannya. Seorang yang rindu kekasih bisa membuat janji untuk bertemu. Tapi bagaimana dengan rindu pada masa lalu? Kepada orang-orang yang sudah ‘dahulu’? 

Saatnya membuka hati dan perasaan. Saatnya kembali ‘bertemu’ dalam artian yang sesungguhnya.

Ngigau 4 : Rindu Pertama : Setipis Kulit Ari dengan Kehilangan

Minggu, Juni 16, 2013 0 Comments A+ a-

Pernahkah kalian merasakan rindu?

Jika tidak maka tulisan ini bukan untuk kalian. Meneruskan membaca ini bukanlah sebuah kebijaksanaan. Ini tertulis khusus bagi orang-orang yang pernah merasakan rindu.

Rindu hanya beda tipis dengan kehilangan. Mungkin setipis kulit ari.

Rindu seperti layaknya perasaan biasa. Merasa rindu juga wajar. Jangan pernah mengartikan negatif tentang rindu. Rindu bukanlah sebuah dosa dan kesalahan. Manusiawi jika manusia merasa rindu.

Rindu. Mungkin ada hal-hal yang akan selalu kita rindu, masa kecil ketika tidak ada beban dan stress, masa bermain layangan di lapangan, masa mandi hujan dan bermain lumpur, atau menonton serial kartun di hari minggu.

Dalam Kerangka

Rabu, Juni 12, 2013 0 Comments A+ a-

“Dalam Kerangka kita bersua”
Mungkin bagimu cicak berjalan terbalik di langit-langit.
Tapi baginya,  kaulah yang diatasnya.
Untung saja, jantungmu tidak salah pompa.
Dalam kerangka kita berdua.
Mungkin bagimu aku benci.
Tapi bagiku kau adalah...
Untungnya, kau pun...
Terima kasih..

Frekuensi tepuk tangan memenuhi aula. Tanpa sadar aku berdiri, melakukan ‘standing applause’ kata orang ‘amriki’ sana. Ruangan berkapasitas 100 orang ini sesak dengan para pecinta puisi. Diantara ratusan manusia disini, barangkali hanya aku seorang yang ‘setengah suka’ pada prosa lama ini. Walaupun begitu, aku tetap ingin menyaksikan dia ikut lomba ini.
MC segera mengambil alih. Memanggil  peserta berikutnya.

Hidup memang menunggu giliran