[Resensi Buku] Manusia Indonesia (sebuah pertanggungjawaban)

Sabtu, Agustus 08, 2015 2 Comments A+ a-

Judul               : Manusia Indonesia (sebuah pertanggungjawaban)
Penulis             : Mochtar Lubis
Penerbit           : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Cetakan           : III, Mei 2012
Tebal               : viii+140hlm
Harga              : Rp35.000,00

Manusia Indonesia adalah naskah ceramah Mochtar Lubis di TIM(Taman Ismail Marzuki) April 1977. Ceramah itu kemudian disusun menjadi sebuah buku. Didalam buku ini  disertai dengan tanggapan dari beberapa tokoh yang dimuat di media massa. Misalnya Sarlito Wirawan Sarwono, Margono Djojohadikusumo dan Wildan Yatim. Kemudian Mochtar Lubis juga menjawab beberapa tanggapan itu dengan tanggapan terhadap tanggapan tersebut.


Isi buku ini adalah tentang kritik terhadap sikap dan karakter bangsa Indonesia. Melalui sudut pandang subjektif beliau. Didalam bukunya Mochtar Lubis menguraikan 6 ciri Manusia Indonesia.  Didalam buku ini Mochtar lubis terkesan seolah-olah dia menjelekan bangsanya sendiri namun tentunya bukan itu tujuanya. Buku ini bisa dikatakan sebagai bentuk auto-kritik pak Mochtar lubis terhadap bangsa indonesia yang hendak berkembang .
Buku ini cukup bagus dibaca oleh siapapun yang merasa bagian dari Manusia Indonesia, soal setuju atau tidak dengan Pak Mochtar Lubis, terserah pembaca.

Enam ciri yang dibahas dalam buku ini yaitu :
Munafik atau Hipokrit
Enggan bertanggung jawab
Bersikap Feodal
Percaya takhyul
Artistik
Lemah watak
Dalam buku ini disebutkan bahwa hal yang pertama dari salah satu ciri Manusia Indonesia adalah Munafik atau Hipokrit. Manusia Indonesia punya berbagai macam jenis kalimat untuk membungkus ketidak setujuaannya. Lain di mulut lain di hati. Kemudian asal bapak senang(ABS) menjadi jargon yang acapkali terdengung.

Selain itu, Yang kedua keengganan untuk bertanggung jawab juga merupakan salah satu ciri manusia indonesia. Salah satu kalimat yang sering dilontarkan Seperti : kalau menurut atasan begini. Saya hanya diperintah begini, dll.

Yang ketiga  pengaruh feodalisme masih melekat dengan Manusia Indonesia. Salah satu fenomena yang disoroti oleh Mohtar lubis adalah penggunaan kata Bapak pada jabatan yang lebih tinggi (atasan). Seorang karyawan meskipun sudah berusia  40-an tahun harus memanggil atasannya Bapak Anu. Padahal  kata sapaan Bung dan Saudara akan lebih dekat dirasa. Bapak Menteri, Bapak Jenderal, bisa diganti menjadi Saudara menteri, Saudara Jenderal. Selain itu masalah jabatan juga kerapkali diberikan kepada yang bukan pada ahlinya. Istri kepala daerah langsung otomatis menduduki jabatan tertentu. Tanpa didasari oleh pertimbangan skill dan pengalaman yang bersangkutan.

Yang keempat dari ciri manusia Indonesia yang disentil oleh Mohtar lubis adalah kepercayaan manusia indonesia terhadap tahayul. Seorang yang sudah berpendidikan tinggi, bergelar sarjana, mempelajari teori atom dan sains masih percaya dengan tahayul. Buktinya banyak dukun yang masih didatangi oleh Manusia Indonesia. Baik ingin mengambil jabatan, berobat penyakit,meramal nasib, pengasih dan ajimat.Seorang yang beragama di Indonesia masih merasa nyaman dengan ritual sesajen. Gempa bumi, banjir masih dikaitkan dengan hal gaib. Wabah penyakit dihubungkan dengan marahnya makhluk halus tertentu sehingga perlu diberikan sesajen. Kemudian mandi kembang tujuh rupa dan segala bentuk jenis ritual lain didalam ciri khas
bangsa Indonesia

Yang kelima mungkin pandangan Mochtar Lubis bisa dikatakan cukup positif terhadap manusia Indonesia yaitu bersifat artistik.  Manusia Indonesia yang hidup di garis khatulistiwa terlahir untuk hidup dengan perasaan yang sensual. Sebab fenomena dan pemandangan Alam yang indah di Indonesia secara tidak sadar melahirkan estetika tersendiri dalam setiap lika-liku kehidupanya.

Ciri yang terakhir dari manusia Indonesia yang disingung oleh Mochtar Lubis adalah  watak yang lemah. Manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis mau mengubah keyakinannya agar dapat ‘bertahan’ . Mochtar Lubis menyingung manusia Indonesia sebagai manusia yang  lemah pendiriannya. Manusia Indonesia kurang memiliki gairah untuk melawan realitas yang sedang dihadapinya.
Terlepas dari Pandangan Mohtar lubis tersebut seyogyanya kritikan pedas tersebut dijadikan  sebagai pelecut daya juang untuk manusia Indonesia.

2 comments

Write comments
Anonim
AUTHOR
25 Mei 2019 pukul 03.20 delete Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
avatar
Anonim
AUTHOR
22 Maret 2024 pukul 15.12 delete

Rasanya antara ingin dan enggan membaca buku ini karena pandangan seseorang belum tentu benar juga salah tapi untuk saya orang yg awan rasanya sulit saja dicerna bagaimana pandangan seseorang terhadap bangsanya ini dibalut fakta dan opini yg bisa saja mempengaruhi prespektif orang lain.

Reply
avatar