Catatan Masa Libur di Kampung # Sosial

Minggu, Agustus 09, 2015 0 Comments A+ a-

Kondisi Sosial

Masyarakat di kampungku ini makin memprihatinkan. Baru tahun ini rasanya para golongan yang berhak menerima zakat fitrah (asnaf mustahiq) mendatangi rumah-rumah untuk memungutnya. Sebelumnya hal ini tidak ada. Ada panitia khusus yang mengelola ini dan mengumpulkannya. Entah mengapa sekarang jadi begini. Bahkan banyak juga yang datang dari kampung sebelah.



Kemudian warung yang biasanya tutup pada ramadhan-ramadhan sebelumnya sekarang sudah mulai buka. Dan tidak tertutup-tutup lagi. Dengan tanpa beban, begitu kelihatannya, beberapa orang pemuda dan bapak-bapak merokok siang hari bulan ramadhan.

Lalu malam hari bulan ramadhan bukannya tarawih di mesjid, anak-anak malahan bermain lilin dan petasan. Padahal harusnya ramadhan kan bulan ibadah mestinya ibadah. Malah seperti pesta tahun baru. Petasan dimana-mana, mercon meledak-ledak dan kembang api saban malam. Apa salahnya habis berbuka habis solat magrib justru diiisi dengan tadarus Al-Quran.

Masyarakat kelas menengah melonjak jumlahnya. Konter-konter HP makin ramai, jalanan pun penuh dengan sepeda motor dan mobil. Kalau TV, itu sudah dari dulu, setiap rumah pasti punya, sereyot apapun rumah itu, TV itu wajib.

Egoisme melanda kampung ini. Musik keras-keras seperti jadi kewajiban. Tidak ingat lagi dengan pelajaran PPKn Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Tidak boleh membunyikan musik keras-keras karena tetangga akan terganggu. Setiap orang sibuk dengan Tuhan baru mereka masing-masing. Kalaulah boleh menjustifikasi sepihak tuhan baru itu adalah uang.

Uang adalah hal yang paling utama dan terpenting zaman ini. Hubungan keluarga bisa merengga karena uang dan bisa pula kuat karenanya. Mungkin dari zaman dahulu uang sudah menjadi faktor penentu. Tapi uang sekarang makin menjadi-jadi.

Selama aku di sini sudah 3 kali terjadi perampokan. Ada juga pencurian dan penodongan. Ada yang dijambret saat berkendaraan sepeda motor. Ada yang ditodong adapula yang rumahnya didatangi.

Kejahatan anak muda pun bertambah. Narkoba mulai menjadi mainan baru para remaja. Sudah beberapa orang tertangkap baik sebagai pengedar maupun pemakai. Lem banteng seperti hal yang sudah lumrah. Balapan liar, pacaran di tempat gelap, dll.

Penyakit masyarakat pun bertambah. Miras dan judi merajalela. Bahkan ada jenis judi baru yaitu judi biliar. Ada suatu desa yang sudah 80 % pemudanya pejudi. Angka ini tidak diperoleh dari survei yang pasti. Hanya pengamatan dan pernyataan dari salah seorang warga desa saja.

Kebersamaan warga kampung hampir menyerupai individualitas macam di kota besar. Slogan siapa elo siapa gue bukan hanya diucapkan  melalui lisan lagi tetapi sudah diamalkan dalam perbuatan. Mungkinkah sudah dibenarkan oleh hati? Wallahu alam. Kalau sudah begitu iman-lah namanya.

Meskipun demikian, aku melihat juga tumbuh generasi baru yang membawa perubahan baik seperti keluarga temanku yang mulai rajin ke mesjid. Peduli terhadap lingkungan sekitar menanam pohon dan berlebihan dengan baik dengan benar.

Lalu banyak juga anak muda yang melanjutkan pendidikannya di sekolah-sekolah di luar kampung. Mudah-mudahan ilmu yang mereka dapat kelak dapat berguna bagi orang-orang dan makhluk sekitar mereka.