Seri Iwan dan Keluarga Kebunnya #3 Monolog Pohon Kakao

Sabtu, Agustus 08, 2015 0 Comments A+ a-

Pohon Kakao





Foto dari www.disbun.sulselprov.go.id

Aku langsung dibibit dari tangan Ayah Iwan. Mulai dari biji basah yang dijemur sampai dimasukkan dalam polybag, disemai dan kemudian ditanam di tanah ini. Menggantikan pohon jeruk yang sudah habis masanya. Aku mulai merasai lingkungan yang beda dengan polybag, tempat tinggalku sebelumnya. Lebih segar di sana. Mungkin hanya perasaanku saja.


Dari cacing di dalam tanah, kudapatkan kabar bahwa kebun ini sudah tidak seceria dulu lagi. Bahkan jumlah cacing sudah jauh berkurang. Banyak diantara mereka yang mati. Entah kenapa. Kemudian Iwan dan keluarga yang biasanya ramai-ramai seminggu sekali ke sini tidak lagi. Banyak dekadenlah pokoknya. Namun aku tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Yang penting kusiapkan hidup baru. Bertumbuh sebagai Kakao yang dewasa. Melanjutkan keturunan.

Seperti perlakuan kepada penghuni kebun sebelumnya. Ayah Iwan juga memberiku makanan lezat bernama pupuk NPK dan KCL itu. Aku berkembang dengan cepat. Batangku makin besar dan tinggi. Daunku makin hijau dan lebat. Sampai-sampai cahaya pun susah menembus masuk ke tanah. Mengakibatkan tanah menjadi lembab. Tidak lama. Aku berbuah. Banyak, kuning cerah dan beberapa ungu kecoklatan. Setiap hari Ayah Iwan memotong tunas-tunas yang menghambat pertumbuhanku. Pada musim panen pertama, semua keluarga datang kesini akan tetapi Iwan tidak memanjatku. Hanya memetik saja dari bawah yang dapat ia gapai. Memang aku adalah Kakao yang tidak bisa dimakan buahnya. Hanya kalau iseng saja bijiku yang masam bisa diemut oleh Iwan.

Hanya sekali itu saja mereka bersama-sama datang memanen. Setelah itu hanya dilakukan oleh ayah Iwan Saja.