[Resensi Buku] Musyawarah Burung

Sabtu, Agustus 08, 2015 0 Comments A+ a-

Judul : Musyawarah Burung Judul asli dalam bahasa Arab : Mantiqu’t Thair

Terjemahan dari bahasa Inggris Conference of The Birds karangan C.S Nott
Penulis : Fariduddin Attar
Penerjemah : Hartoyo Andangjaya
Penerbit : Pustaka Jaya
Cetakan : II, 1986
Tebal : 253 halaman

Sebuah karya dari sufi Fariduddin Attar. Sebagai pendahulu Rumi Attar memang sudah menulis hampir dua ratus ribu sajak. Musyawarah Burung yang dicetak oleh Pustaka Jaya ini adalah hasil terjemahan dari Bahasa Inggris. Sedangkan terjemahan bahasa Inggris itu dari terjemahan bahasa prancis yang diterjemahkan pula dari bahasa persia. Yang lebih dekat dengan bahasa aslinya.


Buku ini memuat kisah-kisah tentang burung, manusia dan pergumulannya spiritualnya. Banyak juga alegori-alegori yang sarat hikmah. Saya begitu terpana membaca bagian awal betapa dalam Musyawarah Burung ini Attar menceritakan kuasa Tuhan dan kerajaanna dengan begitu puitis. Bahasa yang merdu dengan banyak metafor yang pas dan wah.

Selain itu buku ini dilengkapi dengan catatan kaki yang ditambahkan oleh sang penerjemah Hartono Andangjaya. Ia pun mengutip dari alquran terjemahan bahasa inggris.

Jangan membayangkan bahwa buku ini berisi dongeng-dongeng tentang binatang. Isinya menurutku adalah petulangan jiwa manusia yang dimetaforkan dengan burung. Kemudian kisah atau cerita itu dibungkus dalam paragraf pendek-pendek. Kalau boleh ini dinamakan alegoris atau aforisme. Atau cerita hikmah tentang perjalan spiritual manusia menuju tuhan.

Fariduddin Attar, penulis buku ini terbiasa menulis sajak. Buktiknya 200 ribu sajak sudah ia tulis. Oleh karena itu pada Musyawarah burung ini bahasanya juga merdu dan liris. Meskipun ia sedang menulis prosa.
Hud-hud, bul-bul yang mencari Simurgh. Itulah inti kisah di dalam buku ini. Meskipun demikian, banyak tokoh lain yang diselipkan seperti Daud, Musa, Para Darwis, dan beberapa nama lain.

Secara bahasa, seperti yang sudah dikatakan di awal, buku ini menggunakan bahasa yang indah. Penuh dengan perumpamaan. Seperti : manusia itu ibarat burung yang terkurung di dalam peti. Mati itu adalah terbukanya pintu peti itu. Dan burung-burung yang siap, yang sudah kuat sayapnya akan terbang menuju Tuhan. Hidup adalah mempersiapkan sayap.
Lalu pertanyaan seperti yang ada di lirik lagu itu. Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud kepadanya. Jika surga dan neraka tak pernah ada masih kah kau menyebut namanya.
Di dalam buku ini juga ada yang demikian dengan redaksi yang berbeda.

Sabda Tuhan Pada Daud
Tuhan dari Atas bersabda pada Daud,” Katakan pada hamba-hamba-Ku: ‘O gumpal tanah ! Seandainya Aku tak punya sorga sebagai ganjaran dan neraka sebagai hukuman, akankah kamu akan tetap ingat pada-Ku? Kalau taka da cahaya maupun api, akankah kamu tetap ingat pada-Ku? Tetapi karena Aku layak mendapat kehormatan tertinggi, kamu harus memuja-Ku tanpa pengharapan atau ketakutan ; namun, bila kamu tak pernah ditopang pengharapan atau ketakutan, akankah kamu tetap ingat pada-Ku? Karena Aku Junjunganmu, hendaknya kamu memuja-Ku dari dasar hatimu. Buanglah segala yang bukan Aku, bakar itu hingga menjadi abu, dan campakkan abu itu ke angina keutamaan. Hal 169

Dunia menurut seorang sufi
Seorang sufi bangun pada suatu malam dan berkata dalam hatinya,” Tampak padaku bahwa dunia ini bagai sebuah peti mati di mana kita diletakkan dan tutup peti mati itu dikatupkan, sedangkan kita mengurbankan diri kita untuk hal-hal yang tidak berarti. Bila maut mengangkat tutup peti mati itu, maka siapa yang telah mendapatkan sayap, membubung pergi menuju keabadaian ; tetapi yang belum, tinggal dalam peti itu menjadi mangsa seribu bencana. Maka yakinlah bahwa burung gairah mendapatkan sayap cita-cita, dan memberikan pada hati dan pikiranmu haru-gembira jiwa. Sebelum tutup peti terbuka, jadilah burung Semangat, yang siap mengembangkan sayap. Hal 140-141

Buku ini terdiri dari 7 bagian :
Pengantar;Madah Doa;Burung-burung berkumpul;Musyawarah Burung;Akhirul Kalam; lalu disusul dengan mini biografi Attar dan catatan tentang kaum sufi.

Catatan tentang kaum sufi
Sebutan Sufi diturunkan dari kata suf, bulu domba—jubah bulu domba kaum zahid. Kaum sufi mengikuti ajaran batiniah dari Quran. Bersama dengan sistem pemikiran yang berdasarkan petunjuk-petunjuk dari kitab suci mereka, mereka mempunyai metoda yang praktis untuk menyempurnakan diri sendir, yang diajarkan secara lisan. Dengan latihan-latihan, pemgambilan sikap dan tarian, tenaga-tenaga insan yang senantiasa terlucut dari dirinya, akan bias dimanfaatkan dan diarahkan untuk pengembangan batin dan peningkatan kesadaran. Maksud dan tujuannya ialah persatuan jiwa dengan Tuhan. Mungkin ada saat-saat pendahuluan tentang ini—saat saat penyingkapan keinsafan(revelation), dan haru—gembira (ecstasy)—“karunia-karunia”, demikianlah biasa disebutkan, tetapi persatuan dengan Tuhan, harus diusahakan; harus ada usaha yang terus-menerus. Hal 249.