Sepertinya ?

Rabu, Januari 20, 2016 0 Comments A+ a-

Sepertinya kita butuh duduk berdua, membicarakan. Kalau tidak, biarkan aku saja yang bicara, bermonolog ria, bercerita segala yang terjadi padaku akhir akhir ini dan kaitannya denganmu.


Bagaimana kecemasan diriku menjelma ke dalam mimpi-mimpi berulang tentangmu. Bagaimana ketakutan-ketakutan merasuk ke dalam renungan dalam relung puisiku. Perjalanan hidupku yang begitu-begitu saja terasa nyaman dan tidak ada bahaya yang mengancam.

Ah pembacaanku terhadap masa depan semakin kabur. Aku mulai tidak yakin kepada diriku sendiri. Bagaimana mungkin aku bisa mengatasi sementara informasi tentang yang akan datang aku tidak punya. Aku mulai melemparkan pertanyaan baru lagi, apakah ini sebuah hasrat penundukan ataukah pasrah mencintai. Aku tidak tahu aku ragu. Makanya aku tidak berani. Sejauh ini aku butuh kawan yang bisa kuajak bercerita jauh dan dalam. Tanpa menilai apa dan membandingkan keadaan. Aku ingin dapat mengerti dan memahami secara fondasional tentang apa yang ingin kuhadapi sehingga tidak ada lagi keyakinan buruk dan kekecewaan.

Tentang komedi-komedi yang pernah kulalui, ingin kutertawai saja sampai air mata mengucur deras. Ingin kuhapus diriku yang malu-malu kepada diriku yang lalu. Ingin kulupakan kekonyolan-ketololan yang pernah kubuat, ah bagaimana bisa aku melupakan diri sendiri. Dialah yang harusnya kukenal lebih jauh dan dialah yang harusnya menjadi kawan sejatiku. Diri sendiri mesti jadi diri yang bersatupadu. Berdamai dengan diri-diri yang sebelumnya, saling mengingatkan dan mengambil hikmah dan pelajaran.

Sejauh ini kau mungkin akan merasa aneh dan gerah, sebab seolah aku sajalah yang bermasalah dengan dunia. Ya seperti kubilang di awal. Kita mesti duduk berdua, saling menjelaskan. Siapa tahu memang kita dapat saling membantu. Jika pun tidak. Tolong carikan aku seseorang yang bisa.

Jikapun tidak tolong carikan aku penggantimu.


Huh, kalau kau tetap tak mau. Tidak apa-apa tidak menjadi masalah. Mungkin takdirku begitu.