3 November 2015

Rabu, Januari 20, 2016 0 Comments A+ a-

3 November 2015

Kemarin siang aku bermimpi. Ketika sedang bermimpi itu, aku berusaha untuk mengingat mimpi itu sebagai pelajaran (nasihat) penting bagi hidupku saat bangun nanti. Ya beberapa bulan terakhir aku sering mengalami mimpi yang aku sadar aku sedang bermimpi. Ya carana tentu dengan cek realitas yang acap kulakukan.  Dengan mencubit lengan, bila tidak sakit dan tidak merasakan apa-apa berarti aku sedang bermimpi.  Maka otomatis aku akan tahu. Meskipun demikian, aku tetap mendapatkan kesan sedih dan cemas dalam mimpi itu. Aku pernah mimpi becermin dan melihat wajah sendiri dalam mimpi itu. Mimpi mengajarkan skak mat catur dengan buah tinggal raja benteng vs raja kepada seoang kawan, mimpi main poker yang begitu detail dan mimpi yang paling ekstrem adalah mimpi menciptakan sebuah permainan dari kartu bridge atau remi.  Aku mencipta jenis permainan baru dan saat bangun aku dapat mengulangi game itu dan mencoba bug-bug-nya dan menyempurnakan aturan-aturannya. Aneh dan sangat.


Memang akhir-akhir ini aku acap concern ke mimpi  sebab barangkali mimpi juga merupakan bentuk ekspresi kesadaran. Dalam keluargaku, ibu dan kakak juga sering menceritakan mimpi-mimpi mereka padaku. Hahaha. Memang manusia suka berbagi. Bahkan pernah kakak menelponku hanya untuk menceritakan mimpinya. Rata-rata mimpi buruklah yang mereka ceritakan. Kali ini aku bermimpi tentang Hadne. Kuhitung sudah 6 kali beliau masuk mimpi ku.(5 kali saat diary ini ditulis dan 6 kali saat diketik). Dan akan terus bertambah mungkin.

Kalau yang ini sedikit agak spesial sebab aku menganggapnya demikian. Aku sempat gagal mengingat mimpi ini sampai akhirnya setelah sekitar 6 jam aku ingat lagi kerangkanya. Ya aku sadar aku sedang bermimpi namun kubiarkan ia mengalir dan aku larut dalam hanyut. Kunikmati dan ingin kuambil  hikmahnya nanti saat bangun.  Sempat buntu. Intisari mimpi ini adalah tentang diriku yang ingin beri kado (entah dalam rangka apa aku lupa) mungkin ulang tahun atau mungkin juga tidak.

Hadne kutemui di suatu tempat yang baru (kurasa aku belum pernah ke tempat ini sebelumnya) sebab se..., saat aku menulis ini deskripsi tempat ini aku tidak ingat.  Okelah, yang kuingat hanya 4 lukisan monalisa, pesan penjaga warung, aku yang merekam pesan penjaga warung dan Hadne yang sibuk  dan hanya sekilas bertemu aku. Waktu itu aku ingin beri hadiah lalu lukisan monalisa yang kubawa entah bagaimana ceritanya bertambah menjadi 4.

Aku nongkrong di warung kopi sebab menunggu Hadne yang sedang punya kesibukan. Dan pepatah pak tua itu (penjaga warung) ini yang dapat kureka ulang. “Nak jika kau merasa cocok dan pantas buatmu. Dia akan meluangkan waktunya buatmu.  Jika tidak, maka sebaiknya kau berpaling saja, mundur paling tidak. Jalani hidupmu yang lain.” Entah kenapa dalam mimpi itu daya kritisku menghilang. Aku mengaminkan saja petuah-petuah Bapak ini. Padahan bisa saja terdapat logical fallacy, Ya mungkin gegara dalam mimpi.  Seharusnya aku bertanya darimana aku tahu bagaimana dia meluangkan waktunya buatku? Apa itu waktu? Apakah dengan melintas saja dalam bayanganku dalam pikirannya itu sudah merupakan bentuk  peluangan waktunya? Huhu, ayolah, apa itu cocok dan pantas? Mesti terus dijalani bukan? Darimana manusia tahu itu adalah sebuah kebenaran objektif (ilahi) bukan kebenaran subjektif? Apa artinya berpaling dan menjalani hidup yang lain?

Yang jelas aku dapat merasakan waktuku sudah banyak terenggut oleh Hadne. Mungkin dia tidak berpikir begitu, aku saja. Tetapi menurutku di sanalah. Kenyataan adalah lintasan-lintasan ingatan, pikiran dan khayalan kerap dilesati Hadne dan sekalam imajinya.

Konflik Kepentingan

Ya sedikit banyak mungkin konflik kepentinganlah yang terjadi dalam diriku. Pergolakan beragam. Apakah kebutuhan keinginan, nafsu atau apa. Sering kuceritakan kepada kawan-kawan, apa sih sebenarnya tujuan berpacaran? Pertanyaan ini muncul gegara suasana yang barangkali tercipta. Musim ini adalah musim dimana single alias jomblo itu seperti sebuah dosa besar dan aib.  Dan tidak keren sama sekali. Pasar ide berkata untuk menjadi pemuda bahagia harus punya pasangan. Tentu saja tesis ini punya banyak celah untuk dikritik. Dari kaum idealis, agamis, pacaran relasi yang ditentukan melalui prosesi tembak terima ini oleh seseorang dan seseorang lain, jika ditolak tidak berpacaran. Inilah semacam akad yang anarki. Tidak penting pengakuan negara, agama ataupun masayarakat setempat. Yang jelas berdua sudah jalani upacara tembak terima. Lalu sisanya serahkan kepada kemesraan. Ya berpacaran. Ada tiga opini yang semacam pandangan terhadap diriku :

1.       Aku ingin pacaran gegara cemburu melihat kemesraan pasangan lain. Belaian, pegangan tangan, menyeka mulut, mengelus rambut, dll.
2.       Aku gengsi, ingin diakui dan berhasil menundukkan perempuan, sehingga memperoleh strata sosial yang lebih.
3.       Aku tidak mampu meraih tahap pacaran sehingga muncullah opini dua di atas.

Oke, kalau kita pakai penafsiran 2 tokoh moralis yaitu Felix Siauw dan Tere Liye. Dalilnya yaitu pacaran itu mendekati zina.  Jadi jelaslah haram hukumnya. Hubungan 2 pemuda-pemudi tanpa legalitas agama. Kemesraan, belai-belaian,  ciuman itu kesemuannya mendekati zina.

Lalu, atas 3 asas opini  tersebutlah aku ragu. Apakah pacaran atau tidak. Tetapi yang jelas, realitas sekarang masih membuktikan  bahwa aku tetap saja single dan masih bercokol hasrat untuk memiliki pasangan. Barangkali hasrat asali memang tertanam dalam diri manusia untuk hidup berpasangan dan menjalan relasi afeksi kemesraan. Namun bukankah Tuhan sangat maha paham akan hal-hal. Justru itulah Dia membuat regulasi tentang relasi tersebut. Pernikahan. Bab Munakahat dalam cabang ilmu fiqh.

Konflik kepentingan maksudku adalah apakah pacaran tersebut merupakan kepentingan individual yang hendak ini itu. Satu arah atau merupakan proses dialektis antara dua orang. Ya sedikit rumit memang, bila dipikir dengan logika formal, namun mesti diurai. Apa niat dan tujuan sebenarnya.  Dari menjalin relasi khusus dengan lawan jenis.


Ataukah diari-diari ini adalah bentuk pelarianku terhadap kesepisunyian ? Pelampiasan ego pribadi dalam relasi dengan lawan jenis, yang jangankan kandas, bergesek pun tidak. Huh kemurungan.