Catatan 1 Juli

Sabtu, Juli 04, 2015 0 Comments A+ a-

Ramadhan sudah bergulir entah berapa hari. Aku tidak menghitung dengan pasti : sudah episode keberapa hari ini? Yang jelas aku selalu melakukan rutinitas : sahur dan buka. Seiring dengan itu, cerita tentang dunia terus berlanjut dengan pasangan emas tragedi dan ironi. Berdua berseliweran ganas melintas realitas.

 Baru-baru ini di negara Pakistan, ribuan manusia mati. Jelas setiap hari ribuan juga manusia yang mati di belahan bumi lain. Akan tetapi bagaimana jika ini adalah sebuah kematian yang bersama. Mirip bencana. Penyebab utama adalah kehilangan nyawa. Akan tetapi gelombang panas yang menimpa Pakistan itu juga turut serta dalam proses itu.


Lalu kasus kematian bocah bernama Angeline di Indonesia itu turut mengisi ruang publik yang semakin kabur batasnya dengan ruang privat. Legalisasi pernikahan LBGT di negara adikuasa Amerika, tarawih yang express, langgam quran jawa. Begitulah kenyataanya. Dan aku tidak ingin heran dengan fenomena dalam dunia ini. Namun kadang-kadang tetap saja gegara aku menaruh ekspektasi terhadap hal dan kondisi tertentu, tidak lepas juga ini menjadi beban permenunganku.

Mengapa? Mungkin pertanyaan ini yang tiap hari menyerbu diriku sendiri mulai dari diri ke diri yang baru juga. Aku menyaksikan orang-orang yang buang uang,  lebih tepatnya menukar uang dengan makanan mahal, kendaraan bagus, baju model terbaru, sepatu model terkini sekaligus juga para tuna segala yang tidur di trotoar Braga.

Anak-anak jalana terpaksa memaksa para pengunjung warung pecel lele kaki lima pinggir jalan membagi rejekinya. Adakah ini mau mereka? Aku rasa tidak. Bertanya mencari mau siapa tentu mungkin akan menghabiskan energi yang jauh lebih besar daripada memberikan mereka sebgaian harta yang kita punya. Menurut pandangan umum, tidak ada manusia yang ingin menderita. Menurut beberapa orang bijak, hidup adalah penderitaan. Mau apa dengan penderitaan jika itu adalah hal yang wajar?


Bicara hidup memang juga bicara paradoks yang tiada ujungnya. Dunia ini indah sekaligus buruk, hidup ini menyenangkan sekaligus juga menyedihkan. Penuh dengan teka-teki yang tak punya jawaban atau barangkali memang tak ada maknanya sama sekali.