Cerpen Anton : Cinta Hakiki ?

Jumat, Februari 08, 2013 2 Comments A+ a-


Rasanya baru saja aku mengelus kening, eh tak sampai semenit, keringat muncul lagi. Matahari dalam klimaksnya memancarkan panas ke bumi. Sel surya di atap rumah gedongan itu tentu bahagia mendapatkan cahaya sepanas ini pikirku. Bandung sungguh panas tengah hari ini.
“Wah supir angkot udah pada kaya semua ya Bro?”
“Hahaha..yang sabar atuh Mas. Sebentar lagi juga lewat kok.”
“Udah setengah jam kita nunggu masa belum ada angkot lewat?”
“Nah itu dia. Relatifitas Mas, nunggu angkot kalo panasnya segarang gini rasanya bakal lama banget. Tapi kalo kondisinya disamping gadis cantik. Setengah jam ini bakal terasa setengah detik.”
“Huh..Udara panas disini kayaknya membuat naluri humorku menguap”
“Aku juga gak sedang ngelucu”,Guntur terlihat kesal karena aku tidak memuji analoginya.
Mobil angkot hijau kemudain melambat di depan kami.”Akhirnya” Pikirku dalam hati.Aku dan Gun segera masuk ke angkot. Sudah tak sabar rasanya mencicipi makan siang yang sudah terhidang di rumah. Enam jam belajar di kelas rasanya cukup menguras energi.
“Assalamu’alaykum” aku membuka pintu.
“Waalaykumsalam” terdengar suara Fitri menyahut dari dalam. Fitri biasanya memang selalu pulang lebih cepat dariku. Satu alasannya, Fitri kelas dua SMP, aku kelas dua SMA.
“Fit, ada apa senyam-senyum begitu?”
“Mau sedekah ama Kakak” Fitri terus senyum lagi dan beralih ke blackbery-nya.
Setelah sedikit memperhatikan ekspresi Fitri dan buku ditangannya, aku sekarang paham sekali. Untuk kedua kalinya adikku yang sangat penuh rasa ingin tahu ini mengupas lagi ruang privasiku. Tidak tanggung-tanggung, kali ini diary-ku-lah referensinya. Kemarin handphone sekarang diary. Darahku melaju cepat menuju ubun-ubun. Tetapi hal lain terjadi di tengah perjalanan darahku menuju ubun-ubun : Ibu yang tahu apa yang akan kulakukan menepuk pundakku dari belakang, Ibu mengangguk dan senyum. Mengisayaratkan aku supaya segera ganti baju dan makan siang.
ALAMAK. Fitri. Fitri . Mengapa pula ia harus melakukan hal ini? Bukankah masih banyak pekerjaan yang seharusnya ia lakukan? Membuat PR, Membantu ibu mencuci piring atau menyiram bunga. Mengapa harus menceritakan kisah kasmaranku kepada Ibu?

Aku marah betul pada Fitri. Pokoknya seminggu ini dia harus dihukum. Aku tak boleh sedikitpun mengajaknya ngobrol. Jangankan mengajak bila diajak pun aku akan diam saja seperti patung.
“Dan, ada apa kamu dengan Fitri? Kata Fitri kamu marah dan ngambek. Benar begitu?”
“Gak ada apa-apa kok Yah” aku terus pura-pura asyik membolak balik komik Naruto.
“Kamu sebagai kakak harusnya pandai mengajari adikmu. Kalau dia salah, nasihati. Jangan didiamkan apalagi dibiarkan” Ayah mengambil pelan komik karangan Masashi Kisimoto itu dari tanganku.
“Iya yah” anggukku takzim.
“Ayah, Bang Anton itu sedang pacaran sama Teh Nisa kakaknya temenku. Gara-gara aku cerita ke Ibu isi SMS dan diarynya, Bang Anton cuek ke Fitri” Fitri mengeluarkan suara manjanya.
“Benar begitu Ton?”. Aku terdiam. Bohong itu dosa.
“Begini saja. Kalau Anton gak mau cerita. Ayah saja yang bercerita. Refleks aku dan Fitri merapat. Kalau Ayah sudah bercerita, pasti banyak pelajaran dan nasihat didalamnya.
“Dulu ayah sangat tertarik kepada seorang gadis. Dia cantik seperti kamu Fit, matanya bulat rambutnya hitam berkilau, kulitnya putih. Ayah sempat menyatakan perasaan ayah kepada beliau. Gayung bersambut, cinta ayah tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi berterima dua tangan. Lama ayah menjalin hubungan dengannya sampai akhirnya perasaan ayah kepada sang gadis itu memakan perasaan cinta ayah kepada nenek kalian. Ayah pernah mencuri uang nenek kalian untuk sekadar mentraktir si gadis yang ayah taksir tadi. Sekarang Ayah menyesal.” Tidak ada komentar dari aku dan Fitri. Padahal biasanya Fitri itu selalu kritis.
“Yang paling ayah ingat sekaligus yang paling ayah sesali adalah ketika ayah bertengkar dengan gadis itu, ayah membentak nenek kalian. Waktu itu, ayah baru saja balik dari pertemuan dengan si gadis. Nenek kalian sudah menunggu ayah dengan makan malam yang sudah terhidang. Son, makan dulu Nak, mumpung gulenya masih anget. Masih anget.
Ayah kesal saat itu karena baru saja datang sudah disuruh makan. Ayah cuek dan langsung ke kamar."
Tanpa disadari air mata ayah meleleh. Ayah yang kami kenal selalu bijak dan tegas itu ternyata punya sisi kelembutan. Ia menangis bercerita kepada kami. "Begitulah ceritanya Ton,Fit" Ayah mengusap kedua kepala kami sambil tersenyum dalam tangisnya. "Jadi jangan sampai kalian kehilangan cinta kalian. Cintailah keluarga kita ini. Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka” Begitu kata Tuhan dalam Al-Qur’an. Cintailah sesuatu yang halal dengan cara yang halal. Niscaya kemudian Allah akan membimbing kalian menemukan cinta yang sesungguhnya.

2 comments

Write comments
Anonim
AUTHOR
1 Maret 2013 pukul 16.59 delete

menyentuh...aku seneng banget ama cerpen2 kak asra

Reply
avatar
asra10
AUTHOR
1 Maret 2013 pukul 21.13 delete

hehe..mksh saudara/i anonim...ternyata ada juga yang baca blog ini.

Reply
avatar