Jangan Menyerah : Frasa terbaik untuk saat ini

Jumat, Februari 08, 2013 0 Comments A+ a-

Lama sudah saya tak menulis. Mungkinkah saya sudah kehilangan cinta kepada dunia tulisan? Astaga entahlah. Semester ini,semester ke dua saya di teknik fisika itb. Kata pak nugraha, dosen wali saya, semester ini adalah semester yang  ;paling berat; di tf ini. Bagaimana tidak? Matematika rekayasa sistem II, fisika kuantum dan medan elektromagnetik berkumpul di  semester yang sama. Padahal menurut beliau, untuk belajar fisika kuantum itu prerequisite nya adalah matrek II fenomena gelombang dan medan elektro magnetik. Sementara itu, kuliah seperti fenomena gelombang baru akan ada di semester selanjutnya. Sederhanya begini, saya akan belajar kalkulus dan aljabar bebarengan. Tapi kata de massiv(tak tau ejaannya): Jangan menyerah. Ya jangan menyerah adalah frasa terbaik untuk menghadapi hal ini.
Wow..saya malah jadi curhat ya. Mari sejenak kembali kepada tujuan. Semester tiga ini saya sedikit beranjak dari lumpur malas yang memakan saya hidup-hidup. Mulai dari bersih-bersih kamar dan mengganti lampu kamar menjadi lampu pijar kuning. Ceritanya ganti suasana gitu. Selanjutnya sejak tpb saya tidak pernah sekalipun mempunyai buku teks pegangan. Sekarang alhamdulillah udah mulai nyicil meski baru Cuma sedikit. Mau tau judulnya?
Eits. Meskipun pas TPB saya gak pernah beli buku teks tapi sekitar 30 an novel dan belasan buku non-fiksi mulai dari self building, sejarah sampai politik saya borong dan sesekali baca. Waktu itu saya belum minat beli buku teks. Sekarang ups jangan macam-macam, Mulai dari quantum mechanics David J griffths, Buku Circuit analysis nya om nelson sampai intruduction to fluids mechanics sampai complex variables and applications pak james ward dan Churchill. Ada ditangan.
Apa sebenarnya tujuan saya menulis ini. Tidak ada tujuan apa-apa. Mungkin tidak ada pesan moral disini. Tetapi, ya tetapi cerita ini minta ditulis melalui keyboard laptop saya.
Kita boleh berubah jadi orang lain untuk kembali menjadi diri kita sendiri.
Asal kita benar-benar tidak tersesat dalam jiwa orang lain. Bukankah kita benar-benar menjadi diri sendiri setelah  kita mewakili jiwa dan pikiran kita sendiri. Tubuh fisik kita hanyalah medium. Dan pikiran serta perasaan kitalah yang sebenarnya diri kita sebenarnya