Intro : Pengantar

Rabu, Februari 27, 2013 0 Comments A+ a-

INTRO
Dengan sigap ia membuka laman yang disebutkan Profesor Fridtjof dua belas menit yang lalu. Jari-jarinya lihai menekan tuts laptop Acer. Seperti lidah seekor Rana pipens kelaparan menyambar nyamuk betina yang sedang terbang rendah. Tekanan tuts keyboard-nya menimbulkan perubahan kapasitansi pada kapasitor, menghasilkan sinyal-sinyal listrik. Dalam masa kurang  dari satu mikrodetik, prosesor intel di motherboard segera menerjemahkan sang sinyal dalam bentuk visual, yang kita sepakati sebagai deretan huruf. www.fridtjof-mahdi.com.  Drama mengetik super cepat itu di akhiri dengan satu ketukan. Enter.
Tidak perlu menunggu 3 detik, laman situs tersebut sudah tampil sempurna, tidak seperti yang ia derita saat di warnet SMA-nya dahulu, ketika baru berkenalan dengan internet. Barangkali pikirannya berkata, untung saja aku tidak sedang di Indonesia.  Seketika satelit mengirimkan data, teks dan gambar ke  Mozilla Firefox, web browser yang  Minas install setahun lalu saat kuliah S1 di Institut Teknologi ternama di Tanah Airnya.
“Velkommen til min side, FRIDTJOF MAHDI, hÃ¥per du finner noe nyttig der”
Teks itu tertata rapi di tengah bagian atas laman itu. Minas bisa melihat kotak-kotak tab Home, Profile, Jurnal, Buku Tamu, dan Download dibawah ucapan selamat datang tersebut.
Minas tahu apa yang harus ia klik. Tanpa menunggu detik berikutnya ia langsung mengarahkan kursor ke link download sembari mengetuk touchpad dengan terburu-buru. Ia harus mengerjakan tugas itu sebaik dan secepat mungkin.  Matanya yang hitam bulat dengan bulu sedikit lentik seketika melirik Swiss Army milenium di tangan kanannya.  Jam 18.10. Hal ini berarti kurang dari tiga jam lagi tugas itu harus sudah selesai dan tersaji di meja Profesor Fridtjof.
Sekejap mata,  file tugas itu telah tersimpan otomatis di drive C laptopnya. Minas menutup tab laman situs profesor Fridtjof seiring dengan menutup Mozilla. Tanpa  sadar kursornya telah melintasi quotes sang Profesor. Vennskap er ikke for meg deg eller oss, men Ham.

***
Prajurit kecil itu pun membunuh sang Ratu. Sekarang kerajaan kehilangan  panglima terbaiknya. Tinggallah Raja sendiri di singgasana terkepung tak berdaya. Musuh sudah menghadang di pelupuk mata. Penuh nafsu untuk menghabisi nyawanya. Tiba-tiba saja kuda lawan terjatuh. ”No !!!”, Sutan berteriak spontan. Sutan lantas menunduk sambil menggeser kursi dengan pantatnya. Matanya liar mencari kuda yang tak sengaja ia senggol dari papan catur ukuran sedang itu. Sedetik. Dua detik. Detik ketiga pandangannya sudah berhasil menyapu kamar berukuran 4x4 meter itu. Detik ketujuh Sutan sudah meletakkan kembali kuda putih itu di posisi a3 , persis sesaat sebelum kudanya jatuh.
Langkah berikutnya Sutan menggeser Raja Hitam menuju d4 dengan tangan kirinya. Belum selesai pendaratan sang Raja Hitam, tangan kanannya secepat kilat melakukan manuver dengan ancaman skak oleh pion putih. Prajurit yang sebelumnya telah sukses mengirim Ratu Hitam ke luar arena permainan. Sontak tangan kiri Sutan mengakhiri permainan tanpa kekalahan maupun kemenangan, dengan langkah brillian. e5. Remis. Itulah akhir dari dokumentasi transkrip pertandingan catur antara Kasparov VS Deep Blue yang sempat mengejutkan dunia beberapa tahun lalu. Sang Juara Dunia Gary Kasparov bertanding melawan Superkomputer Deep Blue dari IBM dengan kemampuan berpuluh-puluh kali lipat dari prosesor komputer biasa. Hardcopy transkrip itu didapat dari situs chessdatabase.com yang sering diaksesnya sejak berusia 7 tahun. Ia membaca dan menggerakkan buah caturnya sesuai dengan notasi-notasi dalam transkrip. Tangan kirinya laksana tangan Kasparov dengan pasukan hitam, dan begitu pula dengan tangan kanannya. The Deep Blue’s Invisible Hand. Pasukan putih.
Sutan menyeruput secangkir kopi hitam buatan ibu. Kopi yang sudah dingin itu membuat perasaan lega. Permainan catur pun usai. Ia ingin segera beristirahat melepas ketegangan urat syarafnya. Ternyata kafein kopi tadi belum cukup merilekskannya. Baru saja akan menghempaskan badannya ke kasur, Sutan mendengar seseorang memanggil namanya dari luar kamar. Tanpa berpikir beberapa kali, ia memutuskan untuk segera bangkit dan beringsut menuju pintu kamarnya. Pintu dari kayu jati tanpa cat itu ia buka dengan tangan kiri.”Ngeek” gesekan antara engsel pintu menimbulkan derit yang khas. Sunyi. Tak ada siapa-siapa.