Obsesi

Minggu, September 04, 2011 0 Comments A+ a-

Ini pengingat tentang sesuatu yang begitu penting kita punya. Thumuhat. Obsesi.

Teringat tentang sebuah obsesi yang pernah hadir dari seorang yang sederhana, tetapi sungguh bijak. Ust Rahmat Abdullah, Syaikh Tarbiyah. Seorang yang hidupnya luar biasa menginspirasi dan kematiannya menjadi kehilangan bagi jutaan orang. Kurun dua puluh-an tahun yang lalu, ketika para akhwat tidak dibolehkan berjilbab di sekolah, mereka harus dikeluarkan dari sekolah, yang 90% nya didanai dari uang umat islam, tapi anak-anaknya dikeluarkan karena menjalankan syariat agamanya, diintimidasi bagi yang nekat, bahkan bisa saja dikeluarkan dari sekolah bagi yang ngotot. Ketika itu obsesi yang ustadz Rahmat, saksikanlah suatu saat nanti para akhwat akan bebas dengan jilbab-jilbab mereka. Kita akan menyaksikan dari kampus-kampus, sekolah-sekolah, bahkan dari gang-gang akan keluar para akhwat dengan jilbab-jilbab kemerdekaannya. Itu obsesi, itu jalan, member kekuatan, mungkin pada saat itu beliau juga belum terpikir cara mewujudkan obsesi itu, tapi beliau terus bekerja.


Kita tarik lagi ke waktu yang agak jauh. Seorang panglima yang namanya menggores indah dengan tinta emas dalam sejarah bangkitnya islam, sultan Muhammad AlFatih. Kecemerlangannya ditangkap oleh Syekh Syamsuddin, ia dibina dan setiap hari sang guru membangkitkan sebuah gelora, untuk berani berobsesi dalam diri AlFatih, dengan Hadits dari lisan yang mulia Rasulullah SAW, “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad). Mungkin sebulan dua bulan, setahun dua tahun hadits ini terdengar di telinga AlFatih, ia pun belum tau caranya menaklukkan konstantinopel, membayangkannya pun mungkin belum. Tapi disitu ada obsesi, disitu ada jalan, memberi kekuatan. Beliau terus bekerja, dan kita sama-sama tahu ujung cerita ini.


Kita tarik lagi ke episode yang lebih jauh, di masa yang mulia Rasulullah SAW, kisah sebuah perang besar, islam dikepung oleh kekuatan besar ditambah pengkhianatan dari dalam, Perang Khandaq.
“Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan penggalian khandaq, ternyata ada
sebongkah batu sangat besar menghalangi penggalian itu. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bangkit mengambil kapak tanah dan meletakkan mantelnya di ujung parit, dan berkata:
“Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak
ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” Terpecahlah sepertiga batu tersebut. Salman Al-Farisi ketika itu sedang
berdiri memandang, dia melihat kilat yang memancar seiring pukulan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau memukul lagi kedua kalinya, dan membaca: “Telah
sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang
dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” Pecah pula sepertiga batu itu, dan Salman melihat lagi kilat yang memancar ketika
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul batu tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam memukul sekali lagi dan membaca: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an)
sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya
dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Dan untuk ketiga kalinya, batu
itupun pecah berantakan. Kemudian beliau mengambil mantelnya dan duduk. Salman berkata:
“Wahai Rasulullah, ketika anda memukul batu itu, saya melihat kilat memancar.” Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Wahai Salman, engkau melihatnya?” Kata
Salman: “Demi Dzat Yang mengutus anda membawa kebenaran. Betul, wahai Rasulullah.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketika saya memukul itu, ditampakkan
kepada saya kota-kota Kisra Persia dan sekitarnya serta sejumlah kota besarnya hingga saya
melihatnya dengan kedua mata saya.” Para shahabat yang hadir ketika itu berkata: “Wahai
Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar membukakannya untuk kami dan memberi kami
ghanimah rumahrumah mereka, dan agar kami hancurkan negeri mereka dengan tangan-tangan
kami.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa. “Kemudian saya memukul
lagi kedua kalinya, dan ditampakkan kepada saya kota-kota Kaisar Romawi dan sekitarnya
hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.” Para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah,
berdoalah kepada Allah agar membukakannya untuk kami dan memberi kami ghanimah rumah-
rumah mereka, dan agar kami hancurkan negeri mereka dengan tangan-tangan kami.” Maka
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa. “Kemudian pada pukulan ketiga,
ditampakkan kepada saya negeri Ethiopia dan desa-desa sekitarnya hingga saya melihatnya
dengan kedua mata saya.” Lalu beliau berkata ketika itu: “Biarkanlah Ethiopia (Habasyah)
selama mereka membiarkan kalian, dan tinggalkanlah Turki selama mereka meninggalkan kalian”. (HR Ahmad dan Nasa’i).


ini obsesi Rasulullah, yang dibimbing oleh wahyu Allah tentunya. Mungkin saat itupun Rasul belum punya cara mewujudkannya. Tapi ini obsesi, disini ada jalan, memberi kekuatan. Rasul dan para sahabat terus bekerja, terus berjihad, dan kita pun juga tahu bagaimana kelanjutan cerita ini dimasa para pelanjut beliau.


Saudaraku, jalan dakwah ini panjang, umur kita yang Allah amanahkan takkan cukup untuk mewujudkan semua tuntutan-tuntutan dakwah. Namun di jalan panjang itu, tentu kita perlu membuat capaian-capaian yang memperkuat harapan kita, memperkokoh langkah kita, memberikan kekuatan pada perjuangan kita dan membuat da’wah ada pada line-line kerja yang jelas.


Lihatlah ketika obsesi itu ada dan diiringi oleh kerja dan kerja, apa yang pernah diobsesikan oleh Rasulullah SAW memang terwujud di zaman para sahabat. Apa yang pernah menjadi obsesi Muhammad AlFatih memang menjadi nyata di usianya yang ke 23. Dan apa yang menjadi obsesi syaikh tarbiyah,Ustad Rahmat Abdullah memang menjadi suatu yang nyata. Sekarang. Saat ini


Saudaraku, bisa jadi jalan da’wah ini terasa berat, terasa begitu panjang, bahkan terasa sangat melelahkan, karena memang kita tak punya obsesi yang jelas akan capaian dakwah kita. Obsesi yang akan menjadi kekuatan tambahan bagi kita. Obsesi untuk masuk surga dan bertemu dengan Allah dan para Rasulnya itu jelas. Sangat jelas. Tapi tentu obsesi besar itu kita perlu breakdown juga menjadi obsesi-obsesi perjuangan dakwah kita di alam dunia. Dan yang pasti obsesi itu harus selalu kita iringi dengan kerja-kerja dan amal nyata.


Jadi apa yang menjadi obsesi perjuangan dakwah kita?10 tahun lagi, 20 tahun lagi bahkan 50 tahun lag??dan kerja apa yang sudah kita lakukan menuju ke sana?
OLEH
Adi Putra