Rumah sakit. Kontrakan and somethin(k) between.

Sabtu, Desember 29, 2012 0 Comments A+ a-


Tadi malam tidak sengaja aku menyebut frasa rumah sakit dalam sebuah monolog. Rumah sakit, dua kata, satu makna yang acap aku perdebatkan dengan teman semasa SD dulu. Aku membantah temanku karena menurutku rumah itu bukanlah benda hidup. Jadi mustahil merasakan sakit. Hal ini dibantah oleh mereka, rumah sakit itu ada. Buktinya jelas. Katanya ada tulisan ‘Rumah Sakit Harapan Kami’ dan bangunannya bisa dikunjungi karena tidak jauh dari lokasi sekolah. Aku tetap pada pendirianku karena aku berpikir begitu saintifik saat itu. Tidak perlulah kita membahas topik itu kali ini (perdebatan rumah sakit).
Apakah kalian pernah juga mengalaminya?

Rumah sakit bagiku adalah sebuah bangunan yang dibuat atas banyak kepentingan. Citra. Kemanusiaan. Bisnis. Ekonomi. Budaya. Dan Lainnya. Banyak para kepala daerah berlomba mendirikan rumah sakit di daerahnya agar bisa diliput media program kerjanya meningkatkan fasilitas kesehatan di daerah tersebut. Padahal, bukankah sebaliknya ? Coba kalian renungkan sendiri !
Ada juga yang dengan nilai moral dan kemanusiaan membuat rumah sakit untuk menolong sesama manusia. Karena kesadaran bahwa manusia harus sehat agar dapat menjalankan kewajibannya. Ada juga rumah sakit bisnis. Untuk menghasilkan uang dan keuntungan berlimpah. Buktinya, eksisnya rumah sakit yang tidak akan mau ‘menyentuh’ pasiennya sebelum disetorkan rupiah dengan nominal otorisasi pihak rumah sakit. Ada lagi yang kebudayaan. Bisa kalian temukan sendiri contoh-contohnya.
Terlepas dari itu semua, bagiku rumah sakit adalah rumah yang yang lebih dari sekadar bangunan. Rumah sakit menjadi tempat paralelnya rasa sedih, cemas, gembira, haru, duka cita serta suka cita. Mari membayang, betapa banyak kelahiran yang terjadi di rumah sakit. Kelahiran yang sewajarnya disambut gembira oleh para keluarga. Mari membayang lagi(dengan otak kanan). Kematian yang amat ditakuti oleh sebagian besar manusia. Banyak manusia yang mengakhiri(diakhiri) episode hidup di dunia di rumah sakit. Hal yang sama sekali berbeda. Kelahiran dan kematian. Menjumpai dunia yang sesak dan meninggalkan dunia yang indah dan penuh kenikmatan. Rumah sakit menjadi tempat puncak perasaan.

Rumah sakit sebagai gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yg meliputi berbagai masalah kesehatan;(Menurut KBBI)

Sementara itu rumahku. Kontrakan kalian. Kosan mereka. Akan selalu menjadi tempat pertengahan.
Jika kalian nanti sakit, maka berobatlah kerumah sakit. Jika kalian punya istri yang akan melahirkan bisa dibawa ke rumah sakit. Aku tidak sedang mempromosikan rumah sakit. Aku juga sedang tidak mengajak kalian untuk ke rumah sakit dan menuhankan rumah sakit. Aku ingin mengajak kalian bersyukur karena sekarang belum berada di rumah sakit. Karena Tuhan masih memberikan izin kesehatan. Suatu saat jika kalian. Ya jangan takut. Karena kalian sekarang bersyukur. Kalian mengingat Tuhan saat sehat. Tentu Tuhan tiada lupa bila kalian sakit kelak.
Tulisan ini terinspirasi dari meninggalnya seorang anak karena ruangan ICU nya sedang dipakai untuk Syuting sebuah sinetron. Dikabarkan bahwa sang anak menjadi terlambat mendapatkan kemoterapi. Kematian memang sebuah kepastian. Kematian merupakan sebuah ketetapan. Tetapi berusahalah untuk selalu menjaga kesehatan. Kalau sakit. Berobatlah. Jangan lupa berdoa. Kalau perlu berobatlah ke rumah sakit. Jangan sampai kejadian seperti syuting ini terjadi lagi.