serpih kesekian

Sabtu, Juni 02, 2012 2 Comments A+ a-


Ia sendiri tak tahu apa sebenarnya yang telah mengganggu pikirannya tersebut. Sudah berbulan-bulan ia mengalami hal yang aneh dan susah untuk dimasukkan dalam dimensi imajiner yang bernama akal manusia.
Jakarta sore. Menjelang Magrib.
Ia sedang duduk termenung  di depan pintu. Bukan melamun. Bukan. Bukan pula mengkhayal. Bukan. Sore itu ia hanya kosong. Tatapan matanya hampa. Galau?. Bukan, ia tidak sedang galau. Dia adalah lelaki berhati kuat, tidak semudah itu perasaannya galau. Bahkan kalaupun terjangkit penyakit ini, tentu dirinya tak akan  berlama-lama. Queen
dengan suara Freddy Mercury akan segera mengusir galaunya jauh-jauh. Ya, Musik beraliran Cadas hobi sekaligus hiburannya. Meskipun secara ilmiah belum bisa dijelaskan, tapi itulah cara sangkil dan mangkus untuk menghalau galaunya.
Entah kekuatan apa yang menuntunnya pada tindakan itu. Yang jelas bukan dari empat gaya fundamental yang Ilmu pengetahuan ketahui, strong force, gaya gravitasi, elektromagnet dan gaya lemah.
Seketika jemarinya mengetik pelan. Telepon genggam di tangan kirinya tersebut menerima ketikan itu  dengan patuh. Tanpa perlu berpikir-pikir, ia fix, mengrimkan sms itu.
Negeri antah berantah. Menjelang Adzan Magrib.
Siapa yang tahu apa bunyi pertanda sms masuk pada HP ber-casing biru  milik gadis itu.
Yang jelas, sebuah short message  telah mengetuk, masuk, dan minta dibuka di dalam hp-nya.
Ia baca sms itu.
Ia balas.
Jakarta
Lafadz Low battery akhirnya berganti dengan battery empty dengan sedikit nada tuk..lik..lit.  Seperti suasana seorang yang tengah sakaratul maut meninggalkan pesan kematiannya. Sedetik kemudian Layar HP Nokia Monophonic-nya padam.
Untungnya, ia telah mengkhatamkan sms yang beberapa detik lalu masuk hp-nya.
Ruginya, ia cemas bercampur takut. Ia harus membalas sms itu sesegeranya. Tetapi hapenya mati. Dilema. Kalau tidak dibalas ketidaksepahaman ini akan berakhir dengan kebencian mendalam.
Apa daya, ia tidak mempunyai baterai cadangan. Ia juga tidak membawa charger, tak ada bantuan, tak ada pertolongan. Kenyataannya, ia sedang dimintai tolong untuk menjaga si kecil berusia 3 tahun yang tengah tidur pulas di ayunan dalam rumah tersebut. Sang paman sedang pergi ke kantor polisi mengurus kasus pencurian di rumah itu. Sekali lagi, Tidak ada bantuan. Tak ada pertolongan. Charger maupun baterai. Dua benda yang benar-benar ia butuhkan saat ini. Tepatnya, kebutuhan primernya sekarang.
Ia melupakan penyesalan, menelan kecemasan. Ia berpikir keras, sekeras-kerasnya. Energinya hampir seratus persen digunakan untuk mencari solusi masalah ini. Hatinya turut membantu sepenuhnya, sepenuh hati.
Akhirnya ia mendapatkan ide untuk meminjam HP. Sekarang muncul pertanyaan baru. Hape siapa?
Tak ada kenalanya disana, tak ada kawan, sahabat, dan kerabat.
Ia putus asa. Ia ingin menangis. Semuanya segera berakhir. Tetapi sebelum itu terjadi, sebuah kekuatan membawanya pada keputusan untuk mencari penjual pulsa, dan meminjam hape sang penjual pulsa. Ini akan berhasil. Ungkapnya dalam hati. Setelah pulsanya dibeli, ia tentu akan sedikit senang dan meminjam hp sebentar akan lebih mudah.
Pertanyaan kembali hadir. Dimana? Dimana si penjual pulsa.
Beberapa detik. Ia mengambil keputusan. Ia harus melanggar amanah yang telah diberikan padanya, ia harus meninggalkan rumah, sementara. Ia meminta maaf dalam hati. Barangkali ia berdosa, hanya malaikat dan Tuhanlah yang tahu.
Ia sekarang berlari menyusuri gang-gang sempit, mencari konter hape yang bisa ia pinjam hapenya kelak.
Sudah hampir sekilometer ia berlari, tak ada konter hape.
Nafasnya memburu. Ia tersengal. Jantungnya berdebar kencang. Denyut nadinya meningkat tajam hampir 200 DNM. Keringatnya bercucuran. Matanya sedikit berair. Suhu tubuhnya serasa naik beberapa fahrenheit. Kondisi yang seharusnya dirasakan oleh manusia biasa saat melakukan sprint. Karena metabolisme respirasi anaerob. Ia tarik nafasnya dalam-dalam. Biarlah. Ini memang harus demikian sepertinya. Maafkan aku.
Tuhan punya kehendak lain. Ia adalah sang penguasa cerita. SANG Sutradara kehidupan.
Dalam perjalanannya pulang, kepalanya tak sengaja menoleh, ia melihat sebuah konter hape kecil yang agak menjorok kedalam sebuah rumah. Hanya ada sebuah lemari berbentuk  balok kaca disana. Didalammya hanya terdapat beberapa kartu perdana simpati, as, im3, dan mentari, sang penguasa jaringan telekomunikasi di negeri ini. Ternyata karena terburu-buru dan cemas,  tadi ia tak melihat kesana, atau barangkali meskipun sempat melihat, informasi itu tidak sampai ke otaknya. Mahakarya Tuhan. Mungkin saja di sekitar gang-gang itu sebenarnya banyak konter hape seperti yang dilihatnya, tetapi rasa cemas itu mengaburkan penglihatannya.
Ia mengisi pulsa, dan meminjam hape. Untung saja sang penjual pulsa itu baik.
Ia keluarkan kartu As-nya, dimasukkan dengan cepat ke hp yang dipinjamnya.
Hape dihidupkan, start up, booting. Tak sabar ia menunggu.
Dicarinya menu kontak, dicarinya nama itu.
Tapi nomor tersebut tak ada didalamnya. Diulangnya hingga tiga kali. Hasilnya tidak ada.
Ia baru menyadari kalau nomor itu tersimpan di hapenya. Harapan semuanya sirna.
Saat mengeluarkan kembali kartunya ia melihat baterai hapenya. Ya ide cemerlang muncul.
Baterai hape rata-rata menyuplai arus yang sama . Meskipun dengan jenis yang berbeda, yang penting dimensinya mirip sehingga bisa muat dalam kotak tempat baterai hape.
Meskipun berbeda seri ia mencoba ia berusaha. BL5C dengan BL4C.
Ia mencoba menghidupkan, tetapi tidak bisa. Ia coba sekali lagi, tetap juga tidak bisa. Ia tak putus asa kali ini, ini usaha terakhirnya, ia sudah bersusah susah untuk ini ia sudah berkorban untuk ini, sudah melanggar amanah untuk ini.
Akhirnya. Hapenya bisa hidup, sejenak ia bersyukur, ia haru, Tuhan telah menjawab hatinya hari ini.
Ia temukan nomor kontak itu. Ia segera membalas sms yang terakhir masuk hapenya sebelum koid tak menentu tadi. Ia menjelaskan.
Hatinya lega, jiwanya puas. Batinnya bersyukur. Senyumnya mengembang.
Sang penjual pulsa itu bagai pahlawan baginya. Ia sangat berterima kasih benar padanya. “Mas ada apa sih? Tadi kelihatan sangat cemas banget tapi sekarang udah berbinar dan ceria kayak gini? Nembak cewek ya? diterima ya?”
“Eh..nggak Mas, gak ada apa-apa”. Memang ia tidak bisa berbohong. Air mukanya telah berubah jauh. Tapi ia sama sekali tidak berbohong untuk menyangkal ia sedang menembak seorang cewek seperti yang penjual pulsa asumsikan. Ia berlalu.


Barangkali inilah kekuatan cinta. Tidak ada dalam mekanika newtonian, persamaan schrodinger, hukum gravitasi, fisika nuklir bahkan relativitas Einstein. Tak bisa didefinisikan, tak bisa dibuat persamaan matematisnya, tak bisa di buka mata kuliahnya karena tak akan ada profesor yang akan mampu menjadi dosennya, tak bisa dipaksa untuk menjadi hukum dan teori. Ia hanya bisa dirasakan dan dikerjakan. Cinta itulah manusia sepakat menamainya. Bila kau merasakan cinta kau akan merasakan indah yang tak terperi kawan sekaligus sakit yang tak tertahankan.

2 comments

Write comments
Si Belo
AUTHOR
2 Juni 2012 pukul 09.01 delete

Woww.. nembaknye liwat sms, kenape kagak ngemeng langsung aje :D eaaa

Reply
avatar
asra10
AUTHOR
2 Juni 2012 pukul 13.04 delete

kayaknya salah tafsir dah...tidak tembak ditembak

Reply
avatar