[Resensi Buku] Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri

Kamis, Oktober 22, 2015 3 Comments A+ a-

Resensi Buku Kierkegaard

Judul                  : Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri
Penulis                : Thomas Hidya Djaya
Penerbit              : KPG
Cetakan              : II, Maret 2010
Tebal                  : xviii+178hlm
Harga                 : Rp

 “apa gunanya kalau kebenaran berdiri di hadapan saya, dingin dan telanjang, tidak peduli apakah saya mengenalinya atau tidak, dan malah membuat saya takut dan bukannya percaya?”

Itulah kutipan langsung yang seketika saya temui dicover buku ini dan membuat diri saya penasaran tentang Kierkegaard. Kierkegaard melemparkan sebuah pertanyaan bagi dirinya(Kierkegaard) dan bagi siapapun yang punya dirinya (sendiri) mengenai kebenaran.

Lalu selanjutnya meletup lagi pertanyaan-pertanyaan baru

Apa yang harus saya lakukan?

Pencarian makna hidup adalah pergulatan menjadi diri sendiri dengan menghayati kehidupan yang otentik. Adakah rasionalitas bagi pengalaman eksistensial? (fenomena eksistensial jatuh cinta)

Soren Aabye Kierkegaard dilahirkan tanggal 5 Mei 1813 di Kopenhagen Denmak. Ia adalah anak bungsu dari 7 bersaudara. Tahun 1813 juga adalah kelahiran komposer Jerman yang terkenal Richard Wagner dan ayah Friederich Nietzsche. Kierkegaard tumbuh dalam keluarga kelas menengah yang cukup berada. Ayahnya Michael Pedersen Kierkegaard, sudah berumur 56 tahun ketika Kierkegaard lahir. Pengalaman yang sangat membekas bagi Kierkegaard adalah saat Ibu dan kelima kakaknya satu per satu meninggal karena sakit sebelum ia berumur 21 tahun.

Tahun 1837, ia mulai jatuh cinta kepada Regina Olsen, putri seorang pejabat terhormat. Tiga tahun kemudian Kierkegaard bertunangan dengan Regina. Tahun 1841 setahun setelah pertunangan, Kierkegaard tiba-tiba mengembalikan cincin pertunangan itu kepada Regina dan mengakhiri pertunangan itu 3 bulan kemudian, sebelum ia berangkat ke Berlin.

Regina sangat sedih dan keluarganya mencoba membujuk Kierkegaard namun Kierkegaard tidak mau. Ia punya Vita ante acta. Masa lalu yang menjadi duri dalam daging baginya, yang tidak sanggup ia utarakan kepada Regina dan tidak pula sanggup membohongi Regina. Kierkegaard melankolik garis khusyuk (Senartogok: 2015). Beberapa pengamat bilang bahwa Kierkegaard tidak sanggup menjadi suami atau ayah yang baik buat Regina dan anak-anak mereka kelak. Selain itu juga ada yang menganggap bahwa Kierkegaard sudah pernah berhubungan seks dengan perempuan diluar pernikahan yang kemudian membuat dirinya tidak ingin mengotori kehidupan Regina yang berasal dari keluarga baik-baik dan terpandang.

Idealisme dan proyek filsafat Hegel (1770-1831)

Idealisme : dunia tergantung pada gagasan yang kita bangun, atau merupakan hasil kegiatan kesadaran kita. 

Immanuel Kant (1724-1804) merintis ini-> Pengalaman kita mengenai dunia ditentukan oleh struktur akal budi dan kategori –kategori pikiran yang kita miliki. Dunia ‘penampakan’ phenomena ditentukan struktur kesadaran, berlawanan dengan noumena dunia pada dirinya sendiri.

Filsuf idealis sesudah Kant : Fichte (1762-1814), Schelling (1775-1854) serta Hegel (1770) menidak dunia pada dirinya sendiri.

Kesadaran universal/ Ding absolute (absolute self) ‘bentuk kesadaran’ kita (forms of consciousness) sedang berusaha merealisasikan identitas diri Absolute ini. 2 alasan membicarakan ini :

1.       Di Eropa, awal abad ke-19 ada orientasi budaya baru aliran romantik (romanticism) yaitu pembebasan emosi manusia dan ungkapan bebas kepribadian dalam karya-karya artistik. Hal ini juga merupakan kritik atas zaman pencerahan yang terlalu menekankan akal budi.

2.       Eropa sedang dilanda perang dan pergolakan dimana-mana. Revolusi Inggris (1608) menghapus hak-hak ilahi Rajanya. Revolusi Prancis (1789-1799) menghancurkan kekuasaan monarki.

Eksistensialisme dan Kebenaran sebagai subyektivitas
-Hidup dengan hasrat spontan (wilayah estetis)
-Perhitungan baik-buruk (wilayah etis)
-Relasi dengan yang Abadi dan transenden (religius)

Diri akan mengalami gelisah karena tidak mampu menggapai realitas obyektif pengaruh kategorisasi (dalam harus mengambil konsep linguistik yang terbatas keputusan penting)

Kebenaran bagi manusia akhirnya masalah subyektivitas : masalah relasi diri manusia itu dengan sesuatu yang melampaui dirinya.

Drama eksistensi manusia
Memilih dan memutuskan sehingga mengundang penderitaan (agony). Ketidaklengkapan informasi membuat cemas. Hegel , Aristoteles dan Kant, manusia adalah rational being pengada yang rasional, menggunakan akal budi ingin tahu dan berusaha menggapai kebenaran.

Menurut Kierkegaard, manusia merupakan pengada yang selalu ditantang untuk memilih dan mengambil  keputusan dalam pergulatan hidupnya.


Kemewaktuan (temporalitas)
Terlalu terfragmentasi untuk dibuatkan suatu sistem yang mencakup segala-gala. Banyak uncertainty yang sulit dipahami secara rasional, dan malah membuat manusia merasa cemas akan masa depannya. Inilah yang dikritik oleh Kierkegaard atas filsafat idealisme Hegel. Filsafat Hegel memang bisa dianalogikan dengan naik ke puncak bukit dan mengamati perkampungan di bawahnya. Memang segalanya dapat tampak dan kelihatan. Bisa diperoleh pandangan yang holistik dan menyeluruh, namun tidak detail. Tidak kepada diri manusia individu. Filsafat Hegel tidak akan bisa tahu bahwa ternyata penghuni rumah sedang kelaparan atau terjadi cekcok dengan keluarga atau. Perasaan seorang pemuda yang sedang dirundung kasmaran jatuh cinta.

Saat filsafat menjelaskan dunia padahal yang diperlukan adalah mengubah dunia kata Marx, Kierkegaard dapat mengubah objek nya. Jangan-jangan dunia ini dipengaruhi oleh kita diri kita juga sebagai subjek. Jadi menjelaskan pergulatan dan mengubah diri menjadi otentik adalah bentuk mengubah dunia juga.

Wilayah eksistensi dan keputusasaan (sphere of existence)

Tahap-tahap jalan hidup (stages on life’s way)
Based on modes of being-in-the-world
1.       Wilayah estetis (aesthetic) tanpa merujuk good and evil, aestetis sensasi pemenuhan keinginan spontan (immediate) yang ada hanya satisfaction dan dissatifatction dan fullfillment
2.       Wilayah etis (ethical)berdasarkan baik buruk , rasio dan suara hati, refleksi kategori utama dalam mendefinisikan eksistensinya
3.       Wilayah religius (religious) good and evil sudah tidak memenuhi. Yang bernilai hanya relasi dengan yang ilahi.

Pandangan Climacus (nama samaran Kierkegaard) mengenai kebenaran sebagai subyektivitas. Latar belakangnya adalah pandangan Hegel mengenai pengetahuan obyektif dan absolute yang diperoleh dari kesadaran diri Roh Absolut dalam perjalanan sejarah. Climacus : relasi orang dengan kebenaran yang dipeluknya jauh lebih penting daripada hakikat kebenaran itu sendiri. Kritik Kierkegaard : sikap puas diri (complacency) mengabaikan sikap batin.

Kebenaran sebagai subyektivitas
Kebenaran harus bisa dipeluk secara pribadi. Efek dari relasi dengan yang transenden keseriusan. Kebenaran masalah batin (Inwardness) (Concluding Unscientific Postcript).

Kebenaran Obyektif
1.       Bersifat manusia (human objective knowledge) available dengan approximate. Climacus : kebenaran, ketidakpastian obyektif yang dipeluk erat-erat dalam proses appropriasi oleh batin yang paling berhasrat.
2.       Ilahi (divine obejctive knowledge) unavailable bagi manusia (tidak ada akses menuju ke sana)
Lia mencintai Bram. Dia yakin dengan perasaannya tersebut. Lia meyakini bahwa Bram adalah lelaki pilihannya yang tepat. Ia siap dan mempersiapkan diri untuk menikah dengan Bram. Ia dapat menganggap bahwa takdirnya adalah Bram, pasangan yang sudah dijanjikan buatnya. Singkat cerita gayung bersambut, Bram menikahi Lia. Mereka hidup sebagai pasangan suami istri yang rukun. Lia makin yakin bahwa memang Bram sudah dituliskan sebagai pasangannya dari surga. Kebenaran yang digenggam oleh Lia adalah kebenaran subjektif bukan kebenaran objektif milik ilahi. Lia tidak akan tahu apakah Bram mempunyai keyakinan yang sama dengan yang diyakininya. Hingga akhirnya singkat cerita Bram menceraikan Lia setelah 20 tahun pernikahan mereka.

Ternyata selama ini Bram bagaimana tentu tidak akan diketahui oleh Lia, apakah dia punya wanita lain atau kasus apa? Yang jelas kalau kita mengambil prinsip Kierkegaard. Hakikat kebenaran itu bukanlah yang pertama dan utama akan tetapi relasi kita dengan kebenaran yang kita yakinilah yang menjadi fokus diri.

Kebenaran moral dan religius sehari-hari bukan kebenaran sains ujar Kierkegaard. Sains mungkin kebenaran objektif. Sikap terhadap yang transenden (berhala atau idol). Penghayatan batin atas kebenaran.

Buku ini menyajikan biografi Kierkegaard dengan lengkap. Mulai dari kehidupan pribadinya dan pergulatan dirinya dengan diri sendiri disertai dengan pandangan-pandangan melalui karya-karyanya. Dengan gaya bahasa yang renyah, buku ini mengantarkan sosok Kierkegaard yang mencari dan memperoleh religiusitas dalam hidupnya. Tahapan-tahapan Kierkegaard juga menunjukkan hal yang manusiawi, ia bukan malaikat yang diutus suci dengan setumpuk filsafat utuh. Namun Kierkegaard adalah tokoh melankolis garis khusyuk yang mencoba meruqyah diri manusia melalui filsafatnya. Melalui karya-karyanya yang dihasilkan saat bergulat dan bergumul dengan dirinya. Bahkan demi menjaga objektivitas pembaca, agar karyanya tidak disangkutpautkan dengan peristiwa hidup pengarang, Kierkegaard acapkali menggunakan nama samaran dalam setiap karyanya, dengan harapan orang akan lebih fokus membahas dan memahami ide-idenya.

Tulisan-tulisan Kierkegaard pada umumnya tidak terkenal di luar Denmark. Para Filsuf dan publik Denmark sendiri tidak pernah menanggapi karya-karya tersebut secara serius. Pengaruh Kierkegaard baru sangat terasa dan diakui pada abad ke-20. Banyak filsuf dan penulis berutang budi kepada Kierkegaard atas inspirasi yang diberikannya kepada mereka, misalnya Martin Heidegger, Karl Jaspers, dan Jean-Paul Sartre. Teriakannya untuk memperhatikan eksistensi sang subyek akhirnya didengar oleh banyak orang dan menjadi bahan pemikiran filosofis bagi banyak pemikir.

Sebagai peletak dasar pondasi eksistensialisme, buku ini menjadi salah satu bacaan wajib untuk mengenal tokoh Kierkegaard ini. Thomas Hidya Tjaya berhasil membawa Kierkegaard kedalam buku kecil 178 halaman berbahasa Indonesia ini. Jika ingin mengetahui lebih dalam, dalam buku ini juga disertakan daftar kepustakaan yang lengkap dari karya-karya Kierkegaard. Ada kepustakaan utama (yang merupakan terjemahan langsung karya Kierkegaard dari bahasa Denmark ke bahasa Inggris) dan kepustakaan sekunder yang merupakan tulisan oranglain tentang Kierkegaard.


Selamat membaca.

3 comments

Write comments
20 April 2018 pukul 18.22 delete

Ada copy an buku ini gk ya

Reply
avatar
asra10
AUTHOR
28 April 2018 pukul 19.15 delete

Kebetulan buku ini sedang dipinjam kawan. Setahuku buku ini udah dicetak ulang lagi sama penerbit KPG, mestinya ada di Gramedia atau di lapak-lapak buku onlen semisal bukalapak :-)

Reply
avatar
Anonim
AUTHOR
25 Mei 2019 pukul 03.20 delete Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
avatar