[Review Film] The Green Mile (1999)

Senin, April 13, 2015 2 Comments A+ a-

Review Film The Green Mile (1999)

Judul : The Green Mile
Sutradara : Frank Darabont
Produksi : Castle Rock Entertainment, Warner Bros. Pictures
Durasi : 188 menit
Pemeran : Tom Hanks, David Morse, Bonnie Hunt, Michael Clarke Duncan

Sinopsis

The Green Mile dimulai dari Paul yang bercerita kepada Elaine tentang masa kerjanya di Green Mile (sebuah  alur mundur sebab mereka berdua sudah masuk ke panti jompo sekitar tahun 90-an saat bercakap-cakap). Paul tua, teringat dengan adegan sedih film Top  Hat, ia menangis dan memulai cerita.

Paul Edgecomb (Tom Hanks) menjadi seorang eksekutor di Green Mile. Green Mile merupakan sebuah blok di penjara yang isinya terpidana yang akan di hukum mati. Hukuman mati pada waktu itu (tahun 1935) di Amerika dengan menggunakan electric chair. Penjara itu disebut Green Mile karena lantainya berwarna kehijauan. Kursi listrik yang menjadi algojo eksekusi pencabut nyawa itu dijuluki Old Sparky. Paul terjangkit sakit infeksi saluran kemih (barangkali semacam batu ginjal) kerap menderita saat bertugas.Suatu hari ada terpidana baru yang masuk blok E : John Coffey (Michael Clarke Duncan). Ia didakwa atas pembunuhan dua orang anak kecil. Paul selalu mengusahakan agar para calon penduduk kursi listrik tidak tertekan jiwanya. 


Konflik utama film ini adalah pergolakan batin antara penjaga Green Mile yang menyaksikan hukuman mati. Di bagian tengah film muncullah keajaiban yang ditunjukkan oleh John Coffey. Ia menyembuhkan penyakit Paul dengan tangannya sendiri. Beberapa pertanyaan akan muncul setelah adegan ini. Kemunculan Wild Billy dalam penjara, kemunculan tikus ‘Del’ Delacroix dan ambisi balas dendam Percy, penjaga penjara yang kejam.


Komentar

Film ini menyuguhkan drama yang rapi. Dialog-dialog yang berwarna. Kadang serius dan penuh isi, kadang satir dan lucu. Sineas Frank Darabont kembali mengangkat novel Stephen King kedalam film seperti yang ia lakukan di The Shawshank Redemption (Film yang juga berlatar penjara). Namun kali ini penjara khusus untuk hukuman mati. Film ini juga menyuguhkan keajaiban supernatural, yang berpangkal dari John Coffey. Ia bisa menyembuhkan penyakit Paul dan Melinda (istri Hal) dan menghidupkan tikus(Mr.Jingle) Delacroix (terpidana mati) yang sekarat.

John juga dapat melihat masa lalu seseorang melalui interaksi sentuhan tangannya. Keajaiban ini barangkali membuat film ini agak berbau fantasi. Namun menurut beberapa kritikus,The Green Mile memaparkan bahwa keajaiban pun bisa dijumpai di tempat-tempat yang tidak disangka, bahkan sebuah penjara.

Kemudian pemilihan John Coffey sebagai penyebab keajaiban adalah tanda bahwa keajaiban juga bisa datang dari kalangan minoritas, yaitu seorang negro.
Skenario film ini tidak  melibatkan adegan adu jotos yang seru. Tetapi mengalir saja, terus-menerus dan membuat saya hanyut. Selama 3 jam lebih saya menikmati film ini, dramanya keren dan menyentuh sisi kemanusian (yang mungkin saya punya). Menurut saya Frank Darabont memberi sentilan kepada kita tentang prasangka. Prasangka yang seringkali menjadi dasar kita dalam menilai sesuatu, padahal belum tentu prasangka kita itu sesuai. Dan anehnya kebanyakan prasangka kita itu buruk. Pada Green Mile, sisi praduga atau prasangka ini berkaitan dengan nyawa manusia. Hukuman mati yang diterapkan pada terpidana tentu suatu hal yang final. Yang apabila ada bukti baru (novum) yang menunjukan terpidana tidak bersalah. Tidak mungkin perkara akan diperbaiki, sebab terpidana sudah mati.

Paul yang mulai ragu apakah Coffey sebenarnya bersalah atau tidak, mencari data dan kebenaran yang sesungguhnya. (Paul sudah berpengalaman dan bisa melihat tatapan seorang kriminal atau tidak.)

Hal itu di akhir dibuktikan melalui kesaktian yang dimiliki oleh Coffey. Pemilihan ending yang kurang happy tidak mengurangi cita rasa film ini. 

Coffey yang bijak rela di Old Sparky. Dan itu adalah terakhir kalinya Paul dan kawan-kawannya melakukan eksekusi. 

Kutipan percakapan yang keren :

Paul Edgecomb :I just can't see God putting a gift like that in the hands of a man who would kill a child
Paul Edgecomb : On the day of my judgment, when I stand before God, and He asks me why did I kill one of his true miracles, what am I gonna say? That it was my job? My job?
Old Paul Edgecomb : We each owe a death - there are no exceptions - but, oh God, sometimes the Green Mile seems so long.

2 comments

Write comments
Unknown
AUTHOR
2 April 2018 pukul 10.32 delete Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
avatar