Perjalanan Mengejar Buku Bumi Manusia, Dunia Sophie dan Dan Damai di Bumi

Kamis, Juli 04, 2013 0 Comments A+ a-

Sejak saya membaca buku perjalanan rasa buah pikir dari Fahd Djibran (yang disuruhkan oleh teman bernama Nailul Dina Afera), saya mulai tertarik membaca buku-buku yang membahas perasaan, kesadaran, dan yang beraroma filsafat. Kemudian secara sengaja saya ‘mempelajari’ filsafat melalui situs-situs di internet. Salah satu situs yang menjadi favorit adalah situs belajar-filsafat.com. Di sana penulis menyajikan filsafat dengan bahasa yang cukup mudah saya mengerti. Bahasa yang sederhana. Beliau(penulis blog) menunjukkan bahwa filsafat itu tidaklah semenakutkan yang saya bayangkan dan tidak pula menyesatkan(walaupun kita bisa saja tersesat didalamnya).
Saya meng-copy seluruh postingannya tentang filsafat ke dalam word. Kira-kira 17 file MS word.

Karena desire untuk membeli buku sangat tinggi, saya jalan-jalan ke sebuah toko buku di Bandung sebut saja namanya ‘rumah buku’. Rumah buku ini bisa menawarkan harga yang lebih murah. Diskonnya 15 persen, 20 persen 30 persen sampai berpuluh-puluh persen lainnya. Lebih murah dibandingkan dengan gramedia. Saya mencari bukunya Pram ‘Bumi Manusia’ .  Stok kosong. Saya pindah ke toko buku selanjutnya,  Toga Mas. Kedua toko buku ini berdiri di jalan Diponegoro (gedung sate lurus kebawah). Sama, stok kosong.


Suatu hari saya tidak sengaja melihat sebuah status seorang dosen TTKI (tata tulis karya ilmiah) di situs pertemanan dan permusuhan facebook. Sebuah kutipan dari Pram dari buku Bumi Manusia, saya tertarik dan saya komen, dimana bisa mendapatkan bumi manusia itu?
Lalu dengan bantuan beliau ditambah pegkomennya. Berjalanlah saya ke Balubur Town Square, bukan jalan juga sih, tapi naik belalang tempur, sepeda roda dua. Nekad saya menanyakan “Bumi manusia-nya ada?” Buku itu sudah memang sudah lama tidak terbit. Saya beralih kepada toko buku lainnya.  Ada, ada dua jenis kata si Penjual yang bagus 90 ribu sedangkan yang biasa 50 ribu. Dia tidak bilang bagus dan tidak bagus, hanya bagus dan biasa. Saya pun mengerti dengan bahasa itu, saya minta kurang harga, penjualnya bilang Cuma bisa dikurangi 5ribu. Oke. Empat puluh lima ribu. Mengapa diawal saya mengatakan nekat? Jawabannya tidak lain tidak bukan karena saya tidak membawa uang sepeser pun. Saya bilang ke penjualnya kalau saya akan balik sebentar lagi, mau mengambil uang.
Saya meminjam uang ke hamsan empat puluh ribu, uang dua puluh ribu dua. Supaya tidak susah cari kembalian. Tetapi ternyata Hamsan salah tanggap dia memberi uang 22 ribu selembar uang duapuluh ribu dan selembar uang dua ribu. Saya ketawa dan mengembalikan uangnya minta (minjam)  40 ribu ternyata oh ternyata dia pun tidak punya uang sebanyak itu
Saya menelepon ibu agar dikirimkan uang. Singkat ceita uang diterima.
Segera kayuh ‘belalang tempur’ ke atm di samping rektorat itb
Sikat uang seratus ribu dan meluncur ke Balubur lagi. Kemudian saya pulang dngan buku Bumi Manusia

Besoknya saya berkunjung lagi ke Balubur. Tidak ada hujan dan tidak ada badai di Bandung, saya tergerak untuk membeli buku filsafat karya Muhammad  Iqbal. Saya belilah Eksistensialisme Muhammad Iqbal karya hawasi sebagai intrepretasi pemikiran iqbal. Oh iya mengingatkan, Iqbal adalah seorang filsuf Islam. Kemudian buku Javid Namah karya iqbal yang sudah di terjemahkan ke dalam  Bahasa Indonesia.

Kemudian tidak puas disitu saja. Sebulan kemudian saya beli novel filsafat Dunia Sophie Sophies Verden karya Jostein Gaarder dan Dan Damai di Bumi Und Friede Auf Erden-nya Karl May. Saya semakin tertarik dengan filsafat begitu ceritanya.