Mencoba tidak Tunduk kepada Tuan Rutinitas

Minggu, Juli 14, 2013 0 Comments A+ a-

Hari ini seperti biasa lagi. Sahur dengan teman-teman sekosan. Bangun pukul tiga lebih lima lapan (03.58). Sahur jam empat (04.00). Rutinitas. Aku terjebak dalam rutinitas yang kuciptakan sendiri. Aku ikuti rutinitas dengan mata terbuka.

Terpikir ide untuk menambahkan variasi, maka terwujudlah tulisan-tulisan ini supaya 
kelak aku bisa ingat apa yang terjadi hari ini. Supaya hari esok aku dapat kembali membaca catatan-catatan sambil tertawa kecil. Bisa dibaca oleh anak cucuku kelak supaya mereka bisa mendapatkan pembelajaran bagaimana ayah dan kakek mereka hidup dulu pada zamannya.

Malam itu pukul 23.00 WIB Tanggal 12 Juli 2013. Aku tepat berumur 20 tahun, sejam sebelum ini. Dua puluh tahun lebih enam jam pada saat aku menuliskan ini. Sebentar, tunggu dulu. Azan subuh sudah berkumandang. Dengan tidak mengurangi rasa sayang ku kepada kalian. Aku ke Salman dulu untuk memenuhi panggilan Allah Yang Maha Kuasa, menunaikan kewajiban : Sholat subuh. Nanti insyaallah aku akan sambung lagi.


Oke kembali lagi berjumpa bersama aku di sini. Aku mencoba mengubah rutinitas kali ini. Aku makan sahur dengan dua mata sapi. Kiri dan kanan.

Aku minum segelas jeruk hangat.

Aku mandi subuh. Bukan mandi pagi. Pukul lima pagi, aku mandi, terasa air yang segar lagi menyegarkan me-refresh aliran darahku, sebut saja begitu. Mungkin ada reaksi fisis yang menyebabkan pembuluh darah menjadi
‘sedemikian rupa’ sehingga aliran darah terasa lancar dan pasokan oksigen keseluruh tubuh menjadi optimal. Fresh itulah efeknya.

Sebenarnya aku tidak tahu akan fokus dimana dalam tulisan ini, karena ada banyak kalimat-kalimat yang melayang-layang di ruang pikirku. Mulai dari Ibu penjual nasi yang sampai setengah tiga di pasar Ciroyom, katanya : mencari segenggam berlian, acara lawakan yang konyol di siaran TV spesial ramadhan. Update-an PES 2013 yang masih 30 persen dari 1,23 GB. Ah mana hari senin ada ujian Dinsis lagi. Walah-weleh tiba-tiba aku jadi ingat kata Bang Ilham tadi malam. Kita hidup ni santai-santai aja kan. Hepi-hepi aja. Jalan-jalan , daki bukit, turun lagi, mandi disungai. Aku pun membayangkan bila saja hidupku esok demikian, santai-santai aja tak perlu banyak pikiran dan beban. Menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan. Tapi semua itu tentu butuh pengorbanan lebih dahulu.

Supaya topik ini terasa punya tujuan, ada baiknya aku menuangkan gagasan tentang optimisme. Kebetulan tadi malam Prof.Hermawan menyebutkan ini dalam ceramah singkatnya sebelum tarawih di Masjid Salman ITB.
Orang muslim itu orang yang optimis bukan pesimis. Optimis karena berpikiran postiif karena persangkaan Allah akan sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Perlu digaris bawahi kalau perlu lagi dibold dan diitalic, orang muslim itu pesimis melihat sebuah kemajuan dan masa depan yang lebih baik bukan karena sombong, melainkan karena kepercayaan diri dan konsep diri yang jelas.

Mengembalikan sifat optimisme tentu tidaklah semudah mengedipkan kelopak mata. Butuh sebuah tekad dan pengorbanan yang setimpal ataupun dua tiga timpal.
Kata Prof Her, tahun 1974 saat pertama ia masuk salman. Adzan subuh itu masih diputarkan dengan tape recorder dan jumlah jemaah sholat saat itu belum mencapai satu shaf. Bahkan bisa jadi hanya adzan saja, tidak ada shalat shubuh berjamaah. Tapi sekarang, 2013, salman sudah ramai jemaahnya. Tidak satu dua orang lagi, tetapi ratusan.

Nah, inilah sikap optimisme dalam memandang sebuah perubahan. Kalau dulu mahasiswa itu sedikit yang menghafal Quran sekarang sudah banyak mahasiswa yang mengisi otaknya dengan database Al-Quran. Ya sekali lagi kita harus optimis kepada diri kita bahwa semua yang kita lakukan akan mendapat pertimbangan disisi-Nya. Tahun 74 Prof Her optimis bahwa jemaah Salman ini akan meningkat. Akan banyak mahasiswa-mahasiswa yang cerdas spiritualnya mengisi shaf-shaf Salman.

Barangkali karena sudah dua halaman, aku akan sudahi sampai disini. Inilah kiranya catatan yang dapat kutuliskan hari ini kepada kalian semua. Semoga bisa diambil hikmahya. Dari segala kekurangan aku memohonkan maaf kepada kalian dan memintakan ampunan kepada Allah SWT. Semoga amal puasa ramadhan kali ini di terima di samping-Nya. Amin

Wassalam.